Kualitas Kredit Barito (BRPT) Makin Kuat, S&P Menaikkan Peringkat Chandra Asri (TPIA)

Rabu, 26 Juni 2019 | 20:38 WIB
Kualitas Kredit Barito (BRPT) Makin Kuat, S&P Menaikkan Peringkat Chandra Asri (TPIA)
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) Global Ratings mengerek peringkat utang jangka panjang PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dari B+ menjadi BB-. Kenaikan peringkat juga berlaku untuk obligasi senior tanpa jaminan senilai US$ 300 juta yang Chandra Asri terbitkan.

Kenaikan peringkat Chandra Asri tidak terlepas dari kinerja induk usahanya PT Barito Pacific Tbk (BRPT). S&P Global Ratings menyebutkan, peringkat Chandra Asri yang naik menjadi BB- mencerminkan kinerja operasi Barito yang lebih kuat.

"Kami sekarang melihat kualitas kredit Barito mirip dengan Chandra Asri yang kami harapkan akan tetap menjadi anak perusahaan inti yang tidak terisolasi. Anak perusahaan Barito yang lain, Star Energy Ltd., telah menjadi kontributor yang berarti sehingga meningkatkan stabilitas dan keragaman pendapatan induknya," ujar Vishal Kulkarni, Analis Kredit Utama S&P Global Ratings dalam siaran pers.

Penambahan arus kas Star Energy yang stabil, menurut S&P, telah menurunkan ketergantungan Barito pada kinerja Chandra Asri. Seperti diketahui, pada Juni 208 lalu, Barito telah mengakuisisi 66,67% saham Star Energy melalui transaksi non tunai.

Sebagai produsen tenaga panas bumi di Indonesia, Star Energy memiliki kapasitas 875 megawatt (MW) di tiga aset pembangkit listrik, yakni Wayang Windu, Salak, dan  Darjat.

Cadangan geologis Star Energy menunjukkan kecukupan bagi pembangkit listrik beroperasi pada kapasitasnya sekarang selama lebih dari 20 tahun. Selain itu, kontrak pembelian listrik Star Energy diuntungkan oleh rekanan yang layak kredit, yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Arus kas operasional Star Energy yang stabil juga meredam aliran kas yang fluktuatif dan siklus operasi petrokimia Chandra Asri. Selama dua tahun terakhir, Star Energy memperoleh keuntungan dari tingkat pemanfaatan yang tinggi lebih dari 90%.

Namun, Star Energy menghadapi beberapa risiko, seperti stabilitas operasional panas bumi. Baru-baru ini, gangguan geologis menyebabkan penutupan yang tidak direncanakan selama tiga hingga lima hari di beberapa unit.

S&P memperkirakan Star Energy akan menyumbang 50% atau lebih dari EBITDA Barito selama dua tahun ke depan. Hitungan S&P, EBITDA Star Energy akan menjadi US$ 350 juta-US$ 400 juta selama dua tahun ke depan dan utangnya akan diamortisasi turun dari level saat ini sekitar US$ 1,5 miliar.

Menurut S&P, Star Energy harus memiliki penyangga yang memadai setelah melunasi utangnya, termasuk biaya bunga tahunan sebesar US$ 130 juta-US$ 140 juta dan amortisasi pokok sekitar US $ 40 juta. Belanja modal Star Energi diperkirakan mencapai US $ 50 juta per tahun.  

Sementara Chandra Asri, S&P memperkirakan, akan menghasilkan EBITDA sebesar US$ 275 juta-US$ 325 juta selama 2019-2020. Proyeksi ini sejalan dengan ekspektasi sebaran siklus pertengahan untuk produk industri petrokimia secara keseluruhan.

Chandra Asri telah mempertahankan saldo kas yang kuat lebih dari US$ 500 juta dibandingkan dengan utang sekitar US$ 650 juta. S&P mengharapkan Chandra Asri mempertahankan rasio utang bruto terhadap EBITDA kurang dari 2,5 kali selama siklus, setidaknya sampai berkembang pada ekspansi pabrik cracker.

Sementara Barito, proyeksi S&P, akan mempertahankan EBITDA lebih dari US$ 700 juta selama dua tahun ke depan dibandingkan dengan utang bruto US $ 2,3 miliar. Ini berarti rasio utang bruto terhadap EBITDA rata-rata kurang dari 3,5x sepanjang siklus.

Utang Barito akan tetap stabil atau bahkan mungkin menurun hingga belanja modal Chandra Asri mulai meningkat. Di tingkat perusahaan induk, sumber utama arus kas adalah dividen dari Chandra Asri.

S&P memperkirakan, Chandra Asri akan membayar dividen sekitar US$ 80 juta per tahun, dengan US $ 40 juta akan dibayarkan ke Barito. Jumlah ini cukup untuk menutupi pembayaran bunga Barito sekitar US$ 20 juta dari utang sebesar US$ 200 juta.

Belanja modal baru Chandra Asri dan Barito yang direncanakan selama empat hingga lima tahun ke depan dapat meningkatkan daya ungkit masing-masing. Chandra Asri sedang menyelesaikan rencananya untuk membangun pabrik cracker kedua dengan kapasitas yang sama dengan yang ada dengan total investasi sekitar US $ 4 miliar.

Investasi proyek cracker ini akan terjadi selama 2021 hingga 2024. Keputusan investasi akhir diperkirakan pada akhir 2020.

Investasi akan terjadi selama 2021-2024 setelah final investment decision (FID) diperkirakan akan terjadi di akhir 2020.

S&P meyakini, Chandra Asri akan mengamankan mitra untuk memikul bagian signifikan dari pengeluaran proyek ini. Meskipun mendanai sebagian besar dari investasinya dalam cracker dengan arus kas internal, Chandra Asri masih perlu mengambil sejumlah utang.

Pada puncak siklus investasi ini, leverage arus kas perusahaan dapat meningkat di luar ekspektasi S&P tetapi akan turun ke tingkat yang sepadan dengan profil kredit mandiri di posisi bb- begitu proyek beroperasi.

Dalam pandangan S&P, profil kredit Barito dapat mengakomodasi pinjaman tambahan sebesar US$ 100 juta-US$ 150 juta. Dalam kemitraan dengan PLN, Barito sedang mengembangkan proyek pembangkit listrik termal baru yang akan memiliki total investasi US $ 3,1 miliar. Barito tidak akan mengkonsolidasikan proyek ini dalam keuangannya mengingat kepemilikannya sebesar 49% dan akan mendanainya dengan utang proyek sebesar 70% atau lebih.

Barito akan mendanai sebagian kontribusi ekuitasnya sebesar US$ 150 juta dengan menjalankan waran yang dikeluarkannya pada tahun 2018. Barito akan membayar sisa kontribusi ekuitas dalam bentuk barang dengan menyediakan lahan sekitar 40 hektare untuk proyek tersebut. Namun, pemenuhan pembiayaan dan FID  atas proyek ini masih tertunda.

S&P menyamakan peringkat Chandra Asri dengan profil kredit grup Barito di posisi bb-. Alasannya, S&P memandang Chandra Asri sebagai bagian integral dari strategi grup dan kontribusinya yang mencapai 40%-50% dari EBITDA konsolidasi grup. Selain itu, Chandra Asri tetap akan dimiliki dan dikendalikan oleh Grup Barito.

Barito akan terus mengandalkan Chandra Asri untuk kebutuhan likuiditas dan pembayaran utang. Selain itu, S&P memperkirakan, hubungan bisnis dan keuangan antara keduanya tetap kuat sehingga kualitas kredit mereka tidak akan berbeda.

Bagikan

Berita Terbaru

Agar Nonkaryawan Patuh Urusan Pajak
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:34 WIB

Agar Nonkaryawan Patuh Urusan Pajak

Rasio kepatuhan wajib pajak orang pribadi nonkaryawan merosot ke 27,96%, terendah dalam lima tahun terakhir

Perusahaan Milik Hashim Djojohadikusumo Mengungkap Motif di Balik Pencaplokan COIN
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:10 WIB

Perusahaan Milik Hashim Djojohadikusumo Mengungkap Motif di Balik Pencaplokan COIN

Investasi ini bukan hanya nilai ekonomi, tapi membangun kedaulatan digital Indonesia yang menghasilkan inovasi dan nilai tambah ekonomi nasional.

Bahaya Batalnya Tarif Resiprokal AS terhadap RI
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:09 WIB

Bahaya Batalnya Tarif Resiprokal AS terhadap RI

AS tuding Indonesia mengingkari komitmen yang telah disepakati dalam perjanjian tarif Juli          

Sah, The Fed Pangkas Suku Bunga 25 bps, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Kamis, 11 Desember 2025 | 07:29 WIB

Sah, The Fed Pangkas Suku Bunga 25 bps, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Analis memperkirakan, pasar mulai priced in terhadap pemangkasan suku bunga The Fed. Dari domestik, pasar berharap pada momentum akhir tahun.

AGII Menanti Kenaikan Permintaan Gas Industri di 2026
| Kamis, 11 Desember 2025 | 07:07 WIB

AGII Menanti Kenaikan Permintaan Gas Industri di 2026

AGII memproyeksikan bakal menyediakan capital expenditure (capex) atau belanja modal sekitar Rp 350 miliar pada 2026. 

Dana Kelolaan Reksadana Bisa Tembus Rp 800 Triliun di 2026
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:45 WIB

Dana Kelolaan Reksadana Bisa Tembus Rp 800 Triliun di 2026

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total dana kelolaan reksadana mencapai Rp 656,96 triliun per November 2025. 

Trafik Naik, Kinerja Jasa Marga (JSMR) Berpeluang Membaik
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:40 WIB

Trafik Naik, Kinerja Jasa Marga (JSMR) Berpeluang Membaik

Trafik jalan tol PT Jasa Marga Tbk (JSMR) menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) bakal lebih ramai, sehingga bisa memoles kinerja JSMR

Cermat Memilih Saham Selera Pasar
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:37 WIB

Cermat Memilih Saham Selera Pasar

Saham BUMI, DEWA, GOTO, hingga BKSL menjadi saham dengan volume perdagangan saham terbesar tahun ini

Bea Keluar Berlaku, Emiten Emas Masih Bisa Berkilau
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:34 WIB

Bea Keluar Berlaku, Emiten Emas Masih Bisa Berkilau

Pemerintah resmi menetapkan pengenaan bea keluar terhadap barang ekspor seperti emas, akan menjadi sentimen bagi pergerakan harga emiten emas

Efisiensi agar Kinerja Perusahaan Gas Negara (PGAS) Makin Berisi
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:30 WIB

Efisiensi agar Kinerja Perusahaan Gas Negara (PGAS) Makin Berisi

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) perlu mempercepat proyek strategis agar mengangkat kinerja fundamental ke depan

INDEKS BERITA

Terpopuler