Kuartal I-2019, Tiga Bank BUMN Anggota Indeks Kompas100 Catat Pertumbuhan Laba

Kamis, 25 April 2019 | 08:24 WIB
Kuartal I-2019, Tiga Bank BUMN Anggota Indeks Kompas100 Catat Pertumbuhan Laba
[]
Reporter: Anggar Septiadi, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja bank pelat merah sepanjang kuartal I-2019 tercatat mengalami pertumbuhan. Laba bersih masing-masing bank tumbuh sejalan dengan kenaikan pendapatan bunga dan juga ditopang peningkatan pendapatan komisi atau fee based income.

Masing-masing bank optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan kinerja yang lebih baik di kuartal selanjutnya hingga akhir tahun. Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan kredit yang lebih kencang.

Ada tiga bank BUMN yang sudah mengumumkan kinerja keuangan mereka, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Ketiganya merupakan anggota indeks Kompas100.

BBNI mencatatkan pertumbuhan laba bersih tertinggi, yakni 11,5% secara year on year (yoy). Penopang kinerjanya adalah kenaikan pendapatan bunga (interest income) sebesar 12,1% yoy dan pendapatan non bunga sebesar 2,3% yoy.

Sementara laba bersih BBRI tumbuh 10,42% yoy. Penopangnya penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga yang di atas rata-rata industri. Sama seperti BNI, fee based income juga turut mendorong perolehan laba bersih BRI. Pendapatan komisi tumbuh 16,49% menjadi Rp 3,14 triliun.

Adapun BBTN membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 5,67%. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan pertumbuhan kuartal I tahun lalu. Periode sama tahun lalu tumbuh dua digit yakni 15,13%. Penyebab minimnya pertumbuhan BTN karena peningkatan biaya dana atau cost of fund, menjadi 5,77% dari 4,66% di triwulan I-2018

Peningkatan biaya dana itu membuat pendapatan bunga bersih perusahaan atau net interest income (NII) tertekan, hanya tumbuh 1,44% menjadi Rp 2,4 triliun. Padahal penyaluran kredit masih tumbuh 19,57% dan pendapatan bunga meningkat 21,69%.

Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, BNI akan mengejar pertumbuhan laba bersih sekitar 11%–12% sampai akhir tahun. Untuk mencapai itu, perseroan ini mematok pertumbuhan penyaluran kredit di kisaran yang sama dan akan berupaya menjaga net interest margin (NIM) di level 5,2%–5,3%. "Begitu pun dengan fee based income akan kami dorong tumbuh sekitar 12%–14% tahun ini." katanya Rabu (24/4).

BNI juga akan terus menjaga kualitas kredit. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) BNI di kuartal I terjaga di level 1,9%.

BNI juga akan mengejar pertumbuhan secara anorganik dengan berencana mengakuisisi perusahaan asuransi dan melakukan penyertaan saham di PT Finarya, pengelola LinkAja. Namun, sebelum masuk ke finctech, BNI akan terlebih dahulu membentuk perusahaan modal ventura.

Sementara BTN akan fokus menurunkan biaya dana ke depan untuk menjaga pertumbuhan pendapatan bunga bersih mereka ke depan. "NII kami kuartal I tertekan karena peningkatan biaya dana. Ke depan kami mau fokus turunkan cost of fund. Kami sudah siapkan program untuk turunkan itu salah satunya dengan fokus mendorong dana murah." jelas Direktur Keuangan dan Tresuri BTN Iman Nugroho Soeko.

BTN memperkirakan penyaluran kredit di kuartal II juga akan lebih kencang dibandingkan kuartal I lantaran pemilu dan pilpres telah usai. Selain mendorong pertumbuhan secara organik, bank ini juga tengah memproses rencana akuisisi perusahaan asuransi jiwa dan modal ventura yang akan jadi jalan masuk buat perusahaan masuk ke Finarya.

Tak ketinggalan BRI juga akan melakukan ekspansi secara anorganik tahun ini dengan menyiapkan dana sebesar Rp 6 triliun. Salah satunya, perseroan ini akan mengakuisisi asuransi umum senilai Rp 1,5 triliun yang ditargetkan rampung akhir semester I. "Nilai akuisisi di atas Rp 1 triliun, kami akan menjadi pemegang saham mayoritas di sana nanti, paling tidak di atas 70%," kata Direktur Utama BRI Suprajarto.

Sementara dana Rp 1 triliun akan digunakan untuk menyuntik modal PT BRI Ventura Investama yang sudah diakuisisi akhir tahun lalu. Suntikan modal akan digunakan BRI Ventura untuk mengempit saham Finarya.

Bagikan

Berita Terbaru

Jumlah Pengangguran Naik, Tingkat Pengangguran Indonesia Berada di 4,76%
| Kamis, 15 Mei 2025 | 21:11 WIB

Jumlah Pengangguran Naik, Tingkat Pengangguran Indonesia Berada di 4,76%

Penduduk usia kerja Indonesia pada Februari 2025 mencapai 216,79 juta orang. Angka ini bertambah 2,79 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya.

IHSG Tembus 7.000, Net Buy Asing Mencapai Rp 1,68 Triliun Hari Ini (15/5)
| Kamis, 15 Mei 2025 | 18:52 WIB

IHSG Tembus 7.000, Net Buy Asing Mencapai Rp 1,68 Triliun Hari Ini (15/5)

Kamis (15/5), IHSG menguat 0,86% atau 60,28 poin ke 7.040,16 pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mengeruk Pajak Sektor Ilegal, Pembenahan Tata Kelola Jadi Tantangan Utama
| Kamis, 15 Mei 2025 | 14:54 WIB

Mengeruk Pajak Sektor Ilegal, Pembenahan Tata Kelola Jadi Tantangan Utama

Beberapa sektor ilegal yang menjadi radar Menteri Keuangan Sri Mulyani antara lain illegal fishing, illegal logging, dan illegal mining.

Cardig Aero Services Berganti Nama dan Alamat Kantor, Begini Kata Manajemen
| Kamis, 15 Mei 2025 | 14:29 WIB

Cardig Aero Services Berganti Nama dan Alamat Kantor, Begini Kata Manajemen

Penggantian nama dan alamat kantor merupakan langkah strategis perusahaan. Hal ini sejalan dengan perubahan komposisi pemegang saham.

Kubu Taipan Alim Markus Gugat Bank Maspion (BMAS) Rp 283,72 Miliar, Simak Alasannya
| Kamis, 15 Mei 2025 | 12:41 WIB

Kubu Taipan Alim Markus Gugat Bank Maspion (BMAS) Rp 283,72 Miliar, Simak Alasannya

Manajemen BMAS menyatakan bahwa hingga Mei 2025, proses hukum masih berlangsung di Pengadilan Negeri Surabaya.

Profit 28,6% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Rontok Lagi (15 Mei 2025)
| Kamis, 15 Mei 2025 | 08:59 WIB

Profit 28,6% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Rontok Lagi (15 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (15 Mei 2025) 1 gram Rp 1.866.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 28,6% jika menjual hari ini.

Industri Elektronik Global dan Indonesia Tengah Tertekan, Begini Kondisinya Terkini
| Kamis, 15 Mei 2025 | 08:44 WIB

Industri Elektronik Global dan Indonesia Tengah Tertekan, Begini Kondisinya Terkini

Sejumlah pabrikan elektronik terpaksa menaikkan harga jual di tengah daya beli masyarakat yang melemah.

Emiten Properti Portofolio Lo Kheng Hong Belum Bertaji, Analis Sarankan Wait And See
| Kamis, 15 Mei 2025 | 08:09 WIB

Emiten Properti Portofolio Lo Kheng Hong Belum Bertaji, Analis Sarankan Wait And See

Secara umum analis menilai saham-saham properti memiliki peluang untuk kembali melanjutkan penguatan.

 Laju Penjualan Mobil Masih Melambat
| Kamis, 15 Mei 2025 | 07:45 WIB

Laju Penjualan Mobil Masih Melambat

Daru data Gaikindo, secara bulanan laju penjualan mobil pada April 2025 baik whole sale dan retail kompak turun

Menakar Potensi Simpanan Emas di Bank Jadi DPK, Menyusul Langkah AS Adopsi Basel III
| Kamis, 15 Mei 2025 | 07:43 WIB

Menakar Potensi Simpanan Emas di Bank Jadi DPK, Menyusul Langkah AS Adopsi Basel III

Bila emas bisa diperhitungkan sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK), bank bisa menarik tambahan DPK dari orang-orang kaya. 

INDEKS BERITA

Terpopuler