Kurang Yakin Dengan Prospek Emas, Simak Proyeksi Kinerja Hartadinata (HRTA)

Selasa, 23 Juli 2019 | 10:22 WIB
Kurang Yakin Dengan Prospek Emas, Simak Proyeksi Kinerja Hartadinata (HRTA)
[]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek bisnis perhiasan emas tampaknya bakal kian kinclong. Ini terlihat dari proyeksi kinerja PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA).

Gambaran prospek bisnis yang masih cerah terlihat dari perkiraan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih HRTA. Tahun ini, manajemen HRTA menargetkan top line naik 15%. "Sedangkan untuk target bottom line lebih tinggi kira kira sebesar 20%, untuk utilitasi produksi," kata manajemen Hartadinata Abadi saat public expose pertengahan Juni 2019.

Sebagai gambaran, tahun lalu HRTA berhasil menorehkan kenaikan pendapatan 10,6% menjadi Rp 2,746 triliun. Sementara laba bersih naik 10,7% menjadi Rp 124 miliar.

Berbagai strategi ditempuh HRTA untuk mencapai target tersebut. Misalnya, dengan mendorong penjualan emas melalui e-commerce. Emiten ini memiliki e-store sendiri bernama hrta.store.

Upaya membesarkan bisnis penjualan emas via saluran digital juga ditempuh lewat cara anorganik. Pada 15 Juli 2019, HRTA meneken penjanjian penyertaan modal di PT Aurum Digital Internusa. Berbekal mahar Rp 4,5 miliar, HRTA menguasai 90% saham Aurum Digital Internusa. 

Oh ya, Aurum Digital Internusa merupakan perusahaan yang bermain di bisnis e-commerce khusus emas bernama masduit. Berdasar informasi di situs resminya, aplikasi masduit tersedia di Google Play. Namun, saat diakses pada 23 Juli 2019, KONTAN tidak menemukan aplikasi yang dimaksud.

Cara berikutnya yang ditempuh Hartadinata Abadi adalah dengan membesarkan bisnis gadai. Lewat strategi anorganik, pada 17 Juni 2019 HRTA merampungkan akusisi PT Gadai Terang Abadi Mulia. 

Aksi korporasi ini dilakoni lewat anak usaha HRTA, yakni PT Gadai Cahaya Dana Abadi. Transaksi digelar dalam dua periode, dengan total sebanyak 2.475 saham senilai Rp 2,475 miliar. 

Genjot utilitas

Strategi berikutnya yang ditempuh manajemen Hartadinata adalah mengerek utilitas pabrik. Hartadinata punya tiga pabrik casting dan satu pabrik solid chain. Total kapasitas produksinya mencapai 2.500 kg per bulan. Namun, rata-rata produksi per bulan hanya 789 kg.

Nah, tahun ini manajemen Hartadinata ingin menaikkan utilisasi dari 31,6% menjadi 35%. Caranya dengan fokus di pabrik kalung. Alasannya, pabrik kalung tidak memerlukan sumber daya manusia yang terlalu banyak, sehingga bisa lebih dioperasikan dengan mesin selama 24 jam.

Di lini produk ini, Hartadinata mengklaim punya produk unggulan yang berbeda dari kompetitor. "Kami punya produk unggulan yang sangat sulit ditiru oleh pesaing, yaitu Gelang Bangkok dan Gelang Sisik Naga serta termasuk wedding ring. Itulah produk perhiasan perusahaan yang sekarang sedang diminati," kata manajemen Hartadinata.

Bagikan

Berita Terbaru

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo
| Rabu, 03 Desember 2025 | 09:59 WIB

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo

Hingga pengujung 2025 PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) membidik pertumbuhan marketing revenue Rp 1,8 triliun.

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:47 WIB

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun

Berdasarkan prospektus obligasi BSDE, seperti dikutip Selasa (2/12), emiten properti ini akan menerbitkan obligasi dalam empat seri.

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:03 WIB

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)

Perdagangan saham PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) kembali dibuka mulai sesi 1 hari ini, Rabu, 3 Desember 2025. 

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:46 WIB

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI

Tekanan jual investor asing dan rerating sektor konsumer menghantam saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:41 WIB

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham

Saham RLCO lebih cocok dibeli oleh investor yang memang berniat untuk trading. Memanfaatkan tingginya spekulasi pada saham-saham IPO.

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:00 WIB

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun

Berdasarkan data Infovesta, per November 2025 reksadana saham mencatat return 17,32% YtD, disusul return reksadana campuran tumbuh 13,26% YtD

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:46 WIB

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal

Utang publik global capai US$110,9 T, memicu suku bunga tinggi. Ini potensi risiko kenaikan biaya utang pemerintah Indonesia hingga Rp4.000 T. 

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:45 WIB

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pendorong penguatan IHSG berasal dari kenaikan harga saham emiten-emiten konglomerasi dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:39 WIB

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara

Pemerintah perkuat ketahanan fiskal melalui Asuransi BMN berbasis PFB. Cakupan aset melonjak jadi Rp 91 triliun di tahun 2025.

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:37 WIB

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas

Ekspor Oktober 2025 turun 2,31% secara tahunan, tertekan anjloknya CPO dan batubara.                   

INDEKS BERITA

Terpopuler