Laba Bank BUKU I dan II Tertekan

Kamis, 16 Mei 2019 | 08:18 WIB
Laba Bank BUKU I dan II Tertekan
[]
Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laba bank kecil di kelas Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I dan BUKU II masih belum optimal sepanjang kuartal 1-2019. PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR) misalnya sepanjang kuartal I-2019 cuma meraih laba senilai Rp 1,15 miliar, turun 22,86% secara year on year (yoy) dibandingkan kuartal I-2018 senilai Rp 1,50 miliar. Penyebabnya, pendapatan bunga bersih melorot 8,09% yoy menjadi Rp 17,95 miliar pada akhir Maret 2019.

Direktur Utama Bank Dinar Henra Lie menjelaskan, penyusutan pendapatan bunga bersih terjadi lantaran belum maksimalnya penyaluran kredit. Sejak akhir 2018 lalu, kredit Bank Dinar cuma tumbuh 4% year to date (ytd) menjadi Rp 1,30 triliun. Sementara akhir 2018 lalu realisasi kredit mencapai Rp 1,24 triliun.

"Kredit ada pertumbuhan 4% ytd. Ini belum maksimal karena adanya rundown dan penurunan penggunaan kredit (unused loan), kata Hendra kepada KONTAN, Rabu (15/5).

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Dinar pun ikut merosot sebesar 5,73% ytd menjadi Rp 1,69 triliun pada kuartal I-2019, dibandingkan akhir 2018 senilai Rp 1,79 triliun.

PT Bank Oke Indonesia justru mencatat kejatuhan kinerja lebih dalam. Sepanjang kuartal I-2019 perseroan ini cuma dapat laba 2,21 triliun, anjlok hingga 41,80% yoy dibandingkan laba bersih pada kuartal I-2018 senilai Rp 4,14 miliar.

Penurunan laba bank yang masuk kelas BUKU 2 ini terjadi lantaran menyusutnya pendapatan operasional selain bunga yang cuma diraih Rp 888 juta, merosot 51,07% yoy dibandingkan kuartal I-2018 senilai Rp 1,81 miliar.

Sedangkan penyaluran kredit Bank Oke juga turun sejak akhir 2018 sebesar 2,1% ytd menjadi Rp 1,64 triliun pada akhir Maret 2019. Sementara DPK Bank Oke justru meningkat 34,5% ytd menjadi Rp 170,88 miliar.

Kinerja dua bank tersebut yang belum memuaskan sejatinya wajar sebab Bank Dinar dan Bank Oke kini memang tengah dalam proses penggabungan usaha. Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah bilang, bank hasil akuisisi kelak sudah punya strategi bikin kinerja meningkat.

Saat ini kami sedang membangun infrastruktur digital, sehingga ketika penggabungan usaha rampung kami akan menawarkan banyak produk berbasis TI dan lebih mengarah ke segmen. Kami juga berencana untuk menjadi bank devisa, kata Efdinal.

Sementara itu, kelas BUKU I lainnya PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) juga belum mampu memperbaiki kinerja. Rugi yang dialami perseroan ini makin dalam, meningkat 59,50% yoy menjadi 51,60 miliar pada kuartal I-2019. Sedangkan posisi kerugian pada kuartal I-2018 sebesar Rp 32,35 miliar.

Berbagai indikator memang belum menunjukkan hasil yang ideal, namun demikian kami telah membangun pola untuk pertumbuhan yang lebih baik lagi, sehingga mampu mencapai tingkat yang diharapkan oleh para pemangku kepentingan, kata Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa kepada KONTAN.

Aset Bank Banten pada kuartal I-2019 tumbuh sebesar 10,68% yoy dibandingkan kuartal I-2018 menjadi Rp 8,4 triliun. Menurut Fahmi, pertumbuhan aset tersebut ditopang pertumbuhan DPK sebesar 11.76% yoy menjadi Rp 6.4 triliun.

Bagikan

Berita Terbaru

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:50 WIB

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 22,13% sepanjang tahun 2025. IHSG ditutup pada level 8.646,94 pada perdagangan terakhir.

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:01 WIB

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025

Nilai kesepakatan merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang 2025 mencapai US$ 5,3 miliar, atau setara sekitar Rp 88,46 triliun

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:00 WIB

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)

Kombinasi pola pergerakan harga, indikator teknikal, serta strategi manajemen risiko menjadi faktor kunci yang kini diperhatikan pelaku pasar.

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 11:00 WIB

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026

Fokus pemerintah pada belanja sosial, program gizi, serta stabilisasi harga kebutuhan pokok diyakini dapat memperbaiki likuiditas masyarakat.

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol
| Rabu, 31 Desember 2025 | 09:01 WIB

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2025                   

Target Gerai 2025 Tercapai, Aspirasi Hidup (ACES) Siap Geber Ekspansi di 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 08:56 WIB

Target Gerai 2025 Tercapai, Aspirasi Hidup (ACES) Siap Geber Ekspansi di 2026

PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) telah merealisasikan pembukaan 27 toko baru di sepanjang tahun 2025.

Akses Mineral Kritis untuk AS Belum Imbang
| Rabu, 31 Desember 2025 | 08:45 WIB

Akses Mineral Kritis untuk AS Belum Imbang

AS bakal mendapatkan keuntungan strategis sementara RI hanya mendapat pembebasan tarif              

Bangun Kosambi (CBDK) Suntik Modal Dua Anak Usaha Rp 2,79 Triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:48 WIB

Bangun Kosambi (CBDK) Suntik Modal Dua Anak Usaha Rp 2,79 Triliun

PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) mengumumkan dua transaksi afiliasi dengan nilai total Rp 2,79 triliun.

Hari Terakhir Tahun 2025, Mayoritas Bursa Asia Diprediksi Bergerak Mendatar
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:45 WIB

Hari Terakhir Tahun 2025, Mayoritas Bursa Asia Diprediksi Bergerak Mendatar

Pergerakan pasar dipengaruhi kombinasi profit taking akhir tahun.Kewaspadaan jelang rilis PMI China, serta risiko geopolitik.

Darma Henwa (DEWA) Raih Kredit Jumbo Rp 5 Triliun Dari BBCA dan BMRI
| Rabu, 31 Desember 2025 | 07:44 WIB

Darma Henwa (DEWA) Raih Kredit Jumbo Rp 5 Triliun Dari BBCA dan BMRI

PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mengantongi fasilitas kredit jumbo dari PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 5 triliun. 

INDEKS BERITA

Terpopuler