Laba Mendaki Open Trip ke Gunung

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indah dan tak terbayarkan, kalimat ini yang terucap dari mulut Rizki Sinaga setelah mencapai puncak gunung Merbabu, salah satu gunung di Jawa Tengah yang didaki bersama temannya bulan lalu. Bagi pria berusia 35 tahun itu, aktivitas mendaki gunung selalu memberi kesan tak terbayar dengan uang.
Dengan mendaki gunung, ia melihat pemandangan yang cantik, juga menambah teman baru hingga mengetahui mitos dan fakta beberapa gunung Indonesia yang tak banyak diketahui orang. Walaupun ada risiko yang dihadapi, namun Rizki mendapat manfaat dari hobinya itu.
Dus, mendaki gunung juga membawa manfaat bagi kesehatan. Melewati jalur pendakian, naik turun lembah bisa melepas penat isi kepala dan menghilangkan stres. Karena itu, Rizki tak punya niat berhenti untuk naik gunung.
Rizki kini berencana naik puncak gunung selain Bromo, Salak, Gede, Papandayan, dan Rinjani. "Mau ke gunung Slamet tahun depan. Karena setidaknya setahun sekali harus naik gunung," ujar pria satu anak itu.
Agar rencananya berjalan mulus, Rizky rajin menabung. Maklum, biaya yang dikeluarkan untuk naik gunung tidaklah sedikit, karena butuh peralatan seperti tas gunung atau carrier, pakaian hangat bahan quick dry, sleeping bag, sepatu gunung, tenda, headlamp atau lampu, kaos kaki, perlengkapan masak sederhana dan matras.
Setidaknya biaya sekali perjalanan bisa jutaan rupiah. Namun, ia menyarankan, bagi pemula sebaiknya ikut penyedia jasa open trip naik gunung, agar tidak menemui kesulitan saat naik gunung.
Seperti apa jasa open trip naik gunung ini? Ini adalah jasa perjalanan naik gunung yang memungkinkan peserta bergabung dalam sebuah grup dengan jadwal kegiatan yang telah ditentukan penyedia jasanya.
Intan Nurhayat, pemilik Temenin Trip penyedia jasa open trip di Bandung bilang, mereka hadir melayani sekelompok orang atau personal yang baru pertama kali jalan-jalan atau naik gunung dengan tour guide.
Sejak merintis usaha tahun 2023 lalu, Temenin Trip sudah melayani puluhan pelanggan yang ingin naik gunung. Uniknya, Intan tidak hanya melayani generasi milenial dan Z saja. Konsumen Temenin Trip rupanya didominasi generasi baby boomers.
Dalam hitungan Intan, sekali perjalanan naik gunung, ada lima sampai delapan orang yang mendaftar. Biaya yang dibanderol untuk open trip, cukup merogoh kocek Rp 350.000. Biaya itu termasuk tiket, konsumsi dan tips pengemudi transportasi.
Sedangkan private trip, biaya yang dikeluarkan bisa sampai jutaan rupiah. Hingga kini, peminat open trip diakui Intan masih mendominasi permintaan di Temenin Trip. Dalam sebulan, omzet yang diraupnya cukup banyak. "Kalau high season bisa Rp 100 juta, kalau hari biasa di bawah itu," ungkap Intan.
Manisnya cuan juga dirasakan Purwo Hajar Prasetya. Owner Falisha Journey. Ia menikmati kenaikan minat naik gunung di masyarakat.
Di sisi lain, di Indonesia ada puluhan gunung yang menyajikan pemandangan berbeda. Berdasarkan pengalamannya, tamu Falisha Journey sejak berdiri tahun 2017 lalu terus mengalami kenaikan.
Dalam seminggu, Purwo melayani sekitar 12 keberangkatan yang dilakukan. Untuk keberangkatannya sendiri, Purwo melihat periode musim kemarau dan hujan. Pada musim kemarau, jumlah keberangkatan satu kali trip bisa 12 atau sekitar 1.000 orang selama satu musim.
Sementara, di kala musim hujan ia membawa sekitar 500 orang untuk open trip. Adapun peminat di Falisha Journey tak hanya dari pelanggan dalam negeri saja, karna mereka pernah melayani turis dari Kanada, Islandia, Malaysia dan Vietnam.
Yang menarik, Purwo bilang ada beberapa konten kreator hingga Menteri Pemuda dan Olahraga pernah menggunakan jasa open trip Falisha. Di antaranya ada Leonard, konten kreator motor, Dara Arafah, Awkarin hingga Dito Mahendra.
Dari situ, omzet Purwo pun naik terbilang drastis. Dalam sebulan, omzet yang diraup Purwo bisa mencapai Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar. Setelah dikurangi biaya operasional dan lainnya, marjin bersih yang didapatkan sekitar lima persen lebih.
Baca Juga: Usaha dan Tantangan Lembaga Pembiayaan Menapak Jalan Keberlanjutan
Persiapan usaha
Kendati terbilang tinggi peminat jasa open trip, namun usaha ini terbilang butuh modal cukup banyak. Persiapan bisnisnya juga panjang. Purwo membeberkan, untuk memulai usaha, Falisha merogoh kocek sekitar Rp 30 juta. Biaya itu untuk membeli komputer, drone yang fokus mendokumentasikan jasa open tripnya yang kemudian dipromosikan demi menarik pelanggannya.
Kemudian, sisa biayanya untuk membeli peralatan camping seperti tenda, cooking set, alat masak dan lainnya. Berbeda dengan Intan yang hanya mengeluarkan modal Rp 600.000 saat merintis usaha Temenin Trip. Intan bilang, modalnya digunakan untuk biaya transportasi berkeliling lokasi yang akan ditawarkan ke pelanggan.
Selebihnya, Intan tidak mengeluarkan biaya apapun untuk pegawai dan tempat usaha. Sebab, Intan menjalankan usaha sendiri dan menggunakan rumah pribadi serta laptop pribadi untuk memasarkan jasa open trip-nya di sosial medianya.
Kennedy Muhammad, Owner Hobi Muncak menceritakan, untuk memulai usaha open trip, sejatinya tak perlu mengeluarkan modal besar. Dirinya bahkan tidak mengeluarkan modal sama sekali. Sebab, sejauh ini kebutuhan peralatan naik gunung didapatkan dengan cara menyewa.
Nanti setelah digunakan, maka ia akan membayarnya dari ongkos jasa open trip. Terlepas dari biaya murah yang dikeluarkan, ada ini tetap punya tantangan untuk dihadapi.
Pertama, perlu memastikan keamanan peserta yang akan naik gunung. Pasalnya, jasa yang ditawarkan menyangkut keselamatan jiwa. Maka itu, Kennedy bilang harus ada pemimpin dan penjaga saat perjalanan dilakukan. Baik pemimpin perjalanan atau pendamping harus memastikan peserta tidak mendahului atau tertinggal.
Kedua, perlu dilakukan pelatihan atau briefing ke setiap peserta. Untuk faktor ini kata Intan, Temenin Trip membuat whatsapp grup, di mana peserta akan diedukasi mengenai peralatan yang dibawa. Hingga pentingnya olahraga sebelum naik gunung. "Biasanya briefing dilakukan seminggu sebelum berangkat," terangnya.
Ketiga yaitu, kemampuan pendamping atau guide yang menemani harus mumpuni. Setidaknya guide sudah tiga kali menapaki jalur gunung itu dan harus mengetahui jalur aman yang dilewati.
Keempat, penyedia jasa wajib memiliki SOP (standar operating procedure) keamanan dan peralatan pendukung kesehatan para peserta. "Sangat penting menjaga kualitas usaha agar pelanggan loyal terhadap usaha kita," imbuhnya.
Baca Juga: Upaya JSMR Pangkas Beban, Mulai dari Kembalikan Konsesi Hingga Likuidasi Anak Usaha