Laba Naik, Emiten Bank Syariah Positif

Senin, 18 Februari 2019 | 09:09 WIB
Laba Naik, Emiten Bank Syariah Positif
[]
Reporter: Yoliawan H | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham perbankan syariah, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) dan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS) diprediksi moncer pada 2019. Ini sejalan dengan rilis kinerja emiten bank syariah yang ciamik.

Sepanjang 2018, BRIS menorehkan laba senilai Rp 1,30 triliun, tumbuh 63,4% year on year (yoy) dibandingkan 2017 senilai Rp 799,90 miliar. Begitu juga dengan BTPN Syariah yang mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 7,27 triliun sepanjang 2018. Angka ini naik 20,2% dibandingkan periode sebelumnya Rp 6,05 triliun. Dus, laba BTPS meningkat 44% dari Rp 670 miliar menjadi Rp 965 miliar di akhir tahun lalu.

Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra mengatakan, saham perbankan syariah cukup kuat menahan sentimen negatif dari suku bunga acuan yang naik di tahun 2018.

"Perubahan tingkat suku bunga overnight sangat sensitif terhadap perubahan deposito di bank konvensional," ujar Sukarno, Minggu, (17/2). Di sisi lain, ruang likuiditas bank syariah masih lebar sehingga kemungkinan di tahun ini arah bunga yang flat akan berdampak positif ke dana pihak ketiga bank syariah.

Menurut Aditya, pembiayaan syariah akan lebih atraktif di era suku bunga kredit naik. Ini karena sistem bagi hasil atau nisbah lebih fleksibel. Selain itu, induk holding bank syariah yang kuat membuat emiten ini akan mudah untuk tumbuh.

Potensi lain juga terlihat dari emiten bank syariah. Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, saham bank berbasis bagi hasil atau nisbah ini dinilai akan lebih kuat menahan terpaan sentimen negatif dari suku bunga acuan.

"Untuk sektor bank syariah tentunya akan lebih kuat menahan sentimen negatif tersebut, bahkan bisa menjadi peluang bagi emiten," ujar Sukarno. Itu dikarenakan sistem nisbah membuat bank syariah akan jauh lebih fleksibel dibandingkan emiten bank konvensional.

Karena alasan tersebut, Sukarno menilai, saham BRIS dan BTPS bisa dijadikan alternatif investasi di sektor perbankan. Kendati demikian, dia bilang, ada beberapa yang harus diperhatikan di sektor perbankan ini seperti tingkat pembiayaan bermasalah dan likuiditas yang harus terjaga.

Sukarno merekomendasikan beli saham BTPS dengan target harga Rp 2.240 per saham dan BRIS dengan target harga Rp 650 per saham.

Tak hanya itu, ruang bertumbuh perbankan syariah jauh lebih besar. Sebab saat ini pangsa pasar perbankan syariah masih di kisaran 5%. Aditya menyarankan beli untuk saham BRIS dan BTPS untuk jangka panjang.

Jumat (15/2), harga saham BRIS masih ditutup stagnan di level Rp 555 per saham dan BTPS naik 0,49% ke level Rp 2.040 per saham.

Bagikan

Berita Terbaru

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam
| Kamis, 25 Desember 2025 | 08:10 WIB

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam

Fitur Fixed Price di aplikasi MyBluebird mencatatkan pertumbuhan penggunaan tertinggi, menandakan preferensi konsumen terhadap kepastian harga.

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026
| Kamis, 25 Desember 2025 | 07:10 WIB

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026

Santika Hotels & Resorts menyiapkan rebranding logo agar lebih relevan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan generasi.

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:37 WIB

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)

Pemerintah rem produksi nikel ke 250 juta ton 2026 untuk atasi surplus 209 juta ton. NCKL proyeksi laba Rp 10,03 triliun, rekomendasi buy TP 1.500

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:00 WIB

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?

Kenaikan harga saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) belakangan ini dinilai lebih bersifat spekulatif jangka pendek.

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

INDEKS BERITA

Terpopuler