KONTAN.CO.ID - Indonesia telah melaksanakan pemilihan presiden/wakil presiden dan anggota legislatif periode 2024-2029. Euforia dan kekecewaan mewarnai proses demokrasi ini. Selain pemilih yang gembira karena jagoannya menang, sebagian pemilih lain kecewa atas hasil coblosan yang tergambar lewat hitung cepat.
Pada pemilu-pemilu terdahulu, para pemilih dan pendukung mengantarkan jagoannya dengan penuh semangat, namun kekalahan sering meninggalkan luka mendalam. Sebaliknya, elite politik terlihat lebih mudah move on dan berkoalisi dengan bekas lawan. Mengapa?
Perbedaan motif menjadi jawabannya. Pendukung memilih berdasarkan idealisme dan ideologi, menaruh harapan besar jagoannya mewujudkan cita-cita politik. Kekalahan memupus harapan itu.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah berlangganan? MasukBerlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Kontan Digital Premium Access
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Rp 120.000
Business Insight
Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan