KONTAN.CO.ID - Tak sekadar spiritual, setiap peringatan hari besar agama memiliki hikmah ekonomi yang dapat dipetik. Pun dengan Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban. Di dalam pelaksanaan Idul Korban, mengandung sejumlah hikmah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat khususnya kaum dhuafa sesaat sejahtera dengan memperoleh jatah daging kurban yang dibagikan oleh panitia penyelenggara kepada yang berhak menerima. Walaupun bersifat sementara, warga tidak mampu dapat mengonsumsi daging yang relatif mahal harganya.
Idul Kurban juga meningkatkan kesejahteraan peternak kambing, domba, sapi, dan kerbau. Jumlah permintaan terhadap hewan ternak saat Idul Kurban melonjak tajam harus diiringi dengan pasokan yang cukup, agar harganya terjaga atau stabil.
Peringatan Idul Kurban yang diikuti penyembelihan hewan butuh ternak berjumlah besar. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian menunjukkan, kebutuhan hewan kurban secara nasional pada 2024 sebanyak 1,97 juta ekor.
Berdasarkan data Ditjen PKH, pemerintah dapat memastikan bahwa pasokan hewan kurban untuk peringatan Idul Adha 2024 dalam kondisi aman. Stok hewan kurban lebih dari cukup, mencapai 2,06 juta ekor berupa sapi, kerbau, kambing, dan domba, melegakan umat Islam.
Dengan kebutuhan hewan kurban yang sangat besar, Idul Adha memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) menunjukkan, Idul Kurban tahun ini bernilai ekonomi sangat tinggi, mencapai Rp 28,2 triliun.
Nilai ekonomi sebesar itu diperoleh IDEAS berdasarkan perhitungan potensi jumlah individu dan kelompok dalam masyarakat sebagai pekurban yang mencapai 2,16 juta rumahtangga. Jumlah pekurban 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan 2023.
Pada 2023, hanya ada 2,08 juta rumahtangga sebagai pekurban, memberi kontribusi nilai ekonomi sebesar Rp 24,5 triliun. Potensi kurban tahun ini diperkirakan meningkat lebih dari Rp 3,5 triliun alias bisa mencapai Rp 28 triliun lebih tinggi dari tahun lalu.
Selain menjaga supply-demand serta meningkatkan kesejahteraan, Idhul Kurban mengandung hikmah lebih luas. Hikmah ekonomi Idul Kurban lain: peningkatan ketahanan ekonomi dan pangan. Duo ketahanan ini bernilai sangat strategis bagi negara.
Memperkuat UMKM
Ketahanan ekonomi merupakan kemampuan negara menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi. Pemerintah pun mampu memelihara kelangsungan standar hidup bagi seluruh warga melalui pembangunan ekonomi seraya memelihara kemandirian ekonomi.
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Patut disyukuri, di 2023, Indonesia mencapai pertumbuhan 5,05% di tengah situasi krisis dunia. Pertumbuhan diharapkan terus meningkat menuju kemandirian ekonomi bangsa.
Kemandirian ekonomi adalah salah satu faktor kunci bagi keberhasilan pembangunan. Pemerintah mendorong peningkatan jumlah wirausaha untuk meningkatkan gairah kegiatan ekonomi yang melibatkan baik usaha skala besar maupun mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Peringatan Idul Kurban dengan kebutuhan ternak sangat besar merupakan instrumen bagi pemerintah memperkuat ketahanan ekonomi. Kemampuan menyeimbangkan supply-demand hewan kurban merupakan pemicu bagi kemajuan UMKM dan peningkatan jumlah wirausaha.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, secara nasional terdapat lebih dari 56 juta wirausahawan. Jumlah wirausahawan nasional, khususnya di sektor peternakan, dapat ditingkatkan mengacu momen Idhul Kurban yang butuh hewan kurban berjumlah besar.
Pemerintah berperan strategis membangun ekonomi dengan memperkuat networking pelaku UMKM sekaligus kemudahan akses permodalan. Langkah ini untuk menopang fundamental ekonomi yang lebih kuat dalam menghadapi setiap krisis.
Dengan Idhul Kurban, pemerintah bisa memetik hikmah ekonomi dengan mengembangkan jejaring dan kolaborasi antar pemangku kepentingan. Jalinan kerja pemerintah semakin kuat dengan melibatkan akademisi dan pelaku usaha besar dan UMKM.
Daya tahan ekonomi nasional semakin kuat ditopang oleh kegiatan yang sebagian besar bertumpu pada kegiatan ekonomi dari dalam negeri. Pemerintah memiliki ruang lebih longgar untuk mewujudkan penguatan ketahanan pangan sebagai salah satu hikmah Idul Kurban.
Ketahanan pangan
Merujuk UU 18/2012 tentang Pangan, ketahanan pangan merupakan pemenuhan pangan bagi negara hingga perseorangan. Ketahanan pangan dapat dicapai melalui ketersediaan pangan cukup, baik jumlah maupun mutunya, dan aman.
Pemerintah harus mampu menyediakan pangan secara beragam, bergizi, merata, serta lebih mudah diakses. Pangan yang disediakan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya agar masyarakat dapat menjalani hidup secara sehat, aktif, dan produktif berkelanjutan.
Pemerintah berkewajiban memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat dalam memperkuat ketahanan pangan. Melalui Idul Kurban, pemerintah dapat momentum untuk memperkuat ketahanan pangan nasional bertumpu pada usaha peternakan rakyat.
Pemerintah dapat pula menjadikan Idul Adha sebagai alat menjaga kondisi perekonomian menghadapi faktor eksternal, tekanan krisis global. Kondisi ekonomi nasional lebih kondusif didukung kemandirian usaha ternak rakyat menghasilkan hewan kurban.
Pasokan hewan kurban diperoleh secara mandiri. Sebaliknya, jika kebutuhan hewan kurban dipenuhi melalui impor, pemerintah tak bakal mampu membuat peternak nasional menikmati keuntungan dan lebih sejahtera.
Idul Kurban mendorong penguatan ketahanan pangan melalui tambahan supply daging bagi masyarakat khususnya kaum dhuafa. Meski bersifat temporer, daging kurban mampu meningkatkan konsumsi daging per kapita.
Data Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan, pada 2023, rerata konsumsi daging sapi segar oleh masyarakat 0,5 kilogram/kapita/tahun alias turun 9,1% dibanding 2022.
Konsumsi daging tersebut jauh dari ideal. Laporan World Cancer Research Fund menyebutkan, makan daging ideal sekitar 50-70 gram/hari atau 350--500 gram/minggu. Dibanding sejumlah negara tetangga di ASEAN, misalnya, Indonesia masih tertinggal.
Idul Kurban berhikmah meningkatkan kadar konsumsi daging. Namun, peningkatan ini harus berkelanjutan. Idul Kurban harus ditindaklanjuti oleh warga lebih beruntung, agar menyumbangkan sebagian kekayaannya untuk warga kurang beruntung.
Tak sekadar spiritual, hikmah peringatan Hari Raya Idul Adha pun menyentuh aspek sosial dan ekonomi.