Menanti Kinerja Reksadana di Tahun Politik

Sabtu, 28 Oktober 2023 | 12:23 WIB
Menanti Kinerja Reksadana di Tahun Politik
[ILUSTRASI. Wawan Hendrayana, Vice President Infovesta Utama]
Wawan Hendrayana | Vice President Infovesta

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana di tahun 2023 boleh dibilang mengecewakan. Di tengah pelemahan rupiah, kenaikan suku bunga dan juga imbas perang dagang, hingga Oktober 2023 reksadana saham mengalami kerugian. Namun jenis pasar uang, pendapatan tetap dan campuran masih positif.

Meski demikian volatilitas bukanlah sesuatu yang baru atau pun perlu ditakuti. Secara historis kinerja reksadana terus menguat dalam jangka panjang seiring perekonomian Indonesia yang terus tumbuh. Lalu bagaimana dengan tahun  politik pada 2024? 

Pemilihan presiden (pilpres) secara langsung pertama kali dihelat pada 2004. Lewat pemilihan hingga putaran kedua, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla muncul sebagai pemenang. Kinerja reksadana mengikuti kinerja rata-rata reksadana saham  tumbuh 35%. Adapun sektor saham yang naik tertinggi saat itu adalah keuangan, pertanian dan properti.

Pada tahun 2009 SBY dan Boediono muncul sebagai pemenang pilpres lewat pemilihan satu putaran. IHSG kala itu terus menguat dari awal tahun karena valuasi saham relatif sangat murah sebagai efek krisis subprime mortgage pada 2008. Kinerja indeks reksadana saham pun melampaui IHSG dengan return 97,3%. Sektor aneka industri, pertambangan dan konsumsi naik paling tinggi.

Berlanjut pada tahun 2014 pilpres dimenangkan oleh Joko Widodo – Jusuf Kalla. IHSG yang sudah menguat dari awal tahun bergerak flat setelah pengumuman pemenang. Ini terkait adanya gugatan dari salah satu calon. Meski demikian reksadana saham masih bisa membukukan kenaikan. Sektor saham yang memberikan return tertinggi adalah properti, keuangan dan infrastruktur.

Pada tahun 2019 pilpres diikuti oleh kontestan yang sama dengan tahun 2014 dan kembali dimenangkan oleh Joko Widodo bersama Maruf Amin. Ada ancaman virus Covid-19 di akhir tahun yang menekan kinerja IHSG meski tetap dapat ditutup positif.

Baca Juga: Rebalancing Indeks, Begini Strategi dari Manajemen Investasi

Tahun depan pilpres akan  diselenggarakan pada 14 Februari 2024. Pemenang pemilu akan diketahui pada pertengahan Maret 2024. Meski begitu, dengan tiga kontestan bisa saja pemilu akan berlangsung 2 putaran.  Bila ini terjadi maka pemenang definitif akan diketahui pada Juli 2024.

Melihat data historis tentunya besar harapan pasar modal terutama reksadana kembali bergairah di tahun depan. Pemilu yang berjalan aman dan demokratis dan dukungan legislatif yang solid berpeluang untuk membuat kinerja reksadana kembali positif. Ditambah valuasi yang cenderung murah setelah koreksi pada tahun ini. Umumnya market akan naik setelah kepastian didapatkan.

Tentu saja pemilu bukan satu-satunya faktor. Tahun depan pasar masih dibayangi oleh  kenaikan suku bunga  The Fed, penguatan USD dan kondisi geopolitik.

Untuk investor yang tidak nyaman dengan potensi kerugian, reksadana pasar uang dapat menjadi pilihan utama. Namun untuk investor yang berorientasi jangka menengah tidak ada salahnya diversifikasi pada reksadana pendapatan tetap dan saham untuk tahun depan. Happy Investing.    n

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak
| Selasa, 18 November 2025 | 16:13 WIB

ADMR Punya Angin Segar: Aluminium Bullish dan Labanya Diproyeksi Melonjak

Prospek PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) juga didukung smelter aluminium yang ditargetkan beroperasi pada akhir tahun 2025.

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar
| Selasa, 18 November 2025 | 15:31 WIB

Intiland Development (DILD) Garap Proyek IKN, Begini Respon Pasar

Masuknya DILD ke proyek IKN dianggap sebagai katalis yang kuat. IKN merupakan proyek dengan visibilitas tinggi dan menjadi prioritas pemerintah.

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit
| Selasa, 18 November 2025 | 10:05 WIB

Astra Graphia (ASGR) Cetak Pertumbuhan Dua Digit

Dalam menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang, perusahaan berfokus dalam penguatan fundamental bisnis yang disertai pemberian ruang eksplorasi

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia
| Selasa, 18 November 2025 | 09:50 WIB

Indonesia Bisa Kecipratan Investasi dari Australia

Hubungan dagang Indonesia–Australia selama ini didominasi oleh ekspor daging, gandum serta arus pelajar Indonesia ke Australia.

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:49 WIB

Hanya 4 Hari Saham CSIS Terbang Hampir 100%, Aksi Korporasi Anak Usaha Jadi Katalis

Secara teknikal, saham PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) masih berpotensi melanjutkan penguatan. 

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat
| Selasa, 18 November 2025 | 08:15 WIB

Bisnis UMKM Belum Bisa Terangkat

Hal ini dipengaruhi oleh normalisasi daya beli masyarakat yang masih lesu, permintaan pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya
| Selasa, 18 November 2025 | 08:11 WIB

Sejumlah Emiten Akan Private Placement, Simak Prospek Sahamnya

Salah satu yang terbesar ialah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Emiten pelat merah ini berencana menggelar private placement Rp 23,67 triliun

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis
| Selasa, 18 November 2025 | 08:00 WIB

Mitra Keluarga (MIKA) Terus Merawat Pertumbuhan Bisnis

Pertumbuhan kinerja didukung peningkatan volume pasien swasta serta permintaan layanan medis berintensitas lebih tinggi di sejumlah rumah sakit.

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar
| Selasa, 18 November 2025 | 07:46 WIB

Summarecon Agung (SMRA) Menyuntik Modal ke Anak Usaha Sebesar Rp 231,83 Miliar

SMRA melakukan transaksi afiliasi berupa penambahan modal oleh perusahaan terkendali perseroan itu pada perusahaan terkendali lain.

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026
| Selasa, 18 November 2025 | 07:33 WIB

Integrasi Merger Berlanjut, Laba EXCL Bisa Membaik di 2026

EXCL berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 30,54 triliun. Nilai ini melonjak 20,44% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 25,36 triliun.​

INDEKS BERITA

Terpopuler