Mencari Saham Properti yang Menarik Saat Downtrend

Selasa, 26 September 2023 | 06:26 WIB
Mencari Saham Properti yang Menarik Saat Downtrend
[ILUSTRASI. Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Senin (25/9/2023). BPS mencatat pada kuartal II-2023 ekonomi Indonesia tumbuh 5,17 persen, dimana pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.]
Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor properti tahun ini masih dijegal banyak tantangan. Sempat diperkirakan berkibar, saham sektor properti dan real estate malah tak bisa terkerek tinggi. 

Ini terlihat dari keuntungan saham-saham properti dan real estate yang makin terkikis di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setidaknya dalam sebulan terakhir, saham-saham sektor hunian dan perkantoran ini berkinerja merah. 
 
Indeks IDX Sektor Properti di Bursa Efek Indonesia menunjukkan penurunan 3,59% dalam satu bulan terakhir hingga Senin (25/9). Alhasil, keuntungan dalam setahun terkikis menjadi 1,52% year to date.
 
Beberapa saham penggerak sektor properti juga tak bisa mengelak dari penurunan. Misalnya saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) yang dalam sebulan terakhir turun 11,74% sampai Senin (25/9). Keuntungan dalam setahun tersisa 7,98%.
 
Saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) merah dengan penurunan 9,23%. Sepanjang tahun ini, sahamnya masih minus 2,48%. 
 
Saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) juga tergerus 4,04% dalam sebulan terakhir. Namun, kinerja tahun ini masih positif 20,25% year to date. 
 
Dari Grup Sinarmas, Saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga tercatat turun 9,25% dalam sebulan terakhir. Penurunan tersebut menjegal kenaikan BSDE, sehingga tercatat naik 11,96% year to date.  
 
Memang, sinyal dari sektor properti masih terdengar negatif. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan II 2023 secara tahunan turun 12,3% year on year, lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang turun 8,26%. 
 
Penjualan pada triwulan II tersebut dipengaruhi oleh belum kuatnya penjualan rumah tipe kecil dan tipe menengah yang masing-masing terkontraksi 15,81% (yoy) dan 15,17% (yoy). 
 
Sejumlah faktor yang menghambat penjualan properti antara lain masalah perizinan atau birokrasi, suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR), proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR, serta urusan pajak. 
 
Analis Henan Putihrai Jono Syafei menjelaskan, sektor properti cukup sensitif dengan suku bunga. Kenaikan inflasi dan potensi kenaikan suku bunga dapat mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap properti. Apalagi, sebagian besar pembeli properti menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR).  “Hal ini yang menjadi sentimen negatif untuk emiten properti akhir-akhir ini,” kata Jono, Rabu (20/9). 
 
Masih mengutip data BI, pembiayaan lewat KPR masih menjadi pilihan utama pembeli rumah primer dengan pangsa sebesar 76%. Di sisi lain perkembangan suku bunga KPR semakin mahal, yaitu rata-rata sebesar 8,34% per tahun. Padahal, di kuartal II tahun 2022 lalu, suku bunga KPR masih dimulai dari 7,8%. 
 
Tren kenaikan bunga ini masih menghantui. Bunga BI berpeluang naik selama tekanan tren kenaikan bunga global masih berlanjut.  Selain suku bunga yang mempengaruhi daya beli masyarakat membeli rumah, tren kenaikan harga bahan baku atau inflasi juga menjadi risiko bagi penjualan properti. 

Peluang tumbuh

Industri properti sebenarnya masih punya peluang pertumbuhan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menggarisbawahi indeks permintaan properti yang masih naik, meski tipis 0,36% di kuartal II lalu. 

Peningkatan indeks permintaan ini dapat menimbulkan momentum positif dalam industri properti komersial, termasuk berpotensi meningkatkan aktivitas dan penjualan properti di Indonesia secara keseluruhan.
 
“Guna mendorong peningkatan permintaan dan investasi di sektor properti, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan seperti Loan to Value (LTV) 100% dan Financing to Value (FTV) untuk kredit properti yang berlaku hingga 31 Desember 2023,” jelas Airlangga, Selasa (19/9). 
 
Dia juga mengklaim, Indonesia telah menjadi tujuan investasi properti terbaik di dunia. Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia yakni sekitar 273 juta jiwa, dan bonus demografi yang akan terjadi sampai beberapa tahun ke depan, permintaan properti di Indonesia khususnya untuk smart and green city, akan semakin meningkat pula. 
 
Jono menambahkan, permintaan properti untuk kelas menengah atas masih positif. Ini karena kelas menengah atas tidak terlalu terpengaruh oleh suku bunga dan harga bahan pokok yang menggerus daya beli. Sehingga, emiten properti yang menyasar golongan menengah atas masih akan lebih stabil penjualannya. 
 
Berdasarkan data BI, penjualan rumah berukuran besar di kuartal II-2023 lalu mengalami peningkatan sebesar 15,11% (year on year). Hal ini bisa menjadi peluang permintaan properti ke depan. 
 
Sinyal positif untuk emiten properti datang dari kinerja emiten yang cenderung kinclong di akhir semester pertama lalu. Jono juga memprediksi, kinerja emiten properti tahun ini masih akan baik, terutama karena saat ini merupakan periode serah terima dari properti yang terjual di dua tahun lalu dan tercatat sebagai marketing sales dan tahun ini tercatat sebagai revenue. Dengan begitu, laba bersih emiten properti akan naik di tahun ini. 
 
Ke depan, kinerja emiten properti juga berpeluang tetap positif, mengingat perusahaan menggenjot produk baru dan marketing sales di tahun ini. 
Ciputra (CTRA) misalnya sudah mencatat marketing sales Rp 5,1 triliun atau 52% dari targetnya Rp 9,8 triliun.  
 
Lippo Karawaci juga pada pertengahan tahun lalu sudah mencapai 50% dari target marketing sales Rp 4,9 triliun. Sedangkan BSDE juga telah mencapai 54% target marketing sales Rp 8,8 triliun. 
 
Ketiga emiten ini mengandalkan properti residensial untuk mengumpulkan marketing sales.

Memilih saham

Untuk memilih saham properti, Jono bilang, investor bisa melihat dari emiten dengan segmen yang masih tumbuh. Misalnya, emiten dengan produk properti di lokasi beragam dan  produknya menjadi favorit masyarakat, yaitu rumah tapak. Emiten properti dengan pendapatan berulang atau recurring income juga menarik karena diharapkan bisa menopang pendapatan dan arus kas. 
 
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengingatkan, saham properti saat ini sedang downtrend karena belum ada indikasi pembalikan arah.
 
Meski demikian, karena di kisaran 716,6 dari indeks IDX Sector Properti & Real Estate ini ada support fibonacci, maka bukan tidak mungkin jika terjadi rebound untuk jangka pendek.
 
Ketika berhadapan dengan saham rebound, menurut Ivan, pilihan investor kembali kepada kebutuhan investasinya. Jika ingin berinvestasi jangka panjang, maka tetap perlu memperhatikan kinerja melalui laporan keuangan. 
 
“Namun untuk jangka pendek, akan menarik melakukan posisi trading,” kata dia. 
 
Dari sisi teknikal, sejumlah saham yang bisa dipantau antara lain CTRA dengan support 990 dan resistance Rp 1.100. Saham APLN dengan rentang harga Rp 135-Rp 160. Lalu SMRA dengan support Rp 550 dan resistance Rp 650.
 
Berikut sejumlah saham properti yang bisa dipertimbangkan oleh investor. 

CTRA

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

The Fed Diyakini Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lagi, di Indonesia BI Akan Mengikuti
| Selasa, 05 November 2024 | 11:30 WIB

The Fed Diyakini Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lagi, di Indonesia BI Akan Mengikuti

Data inflasi AS pada September 2024, inflasi AS tercatat di kisaran 2,1% yoy, sedikit di atas target The Fed di 2,0%. 

Arus Dana Asing di Pasar Keuangan Indonesia Pekan Ini Bakal Tertahan
| Selasa, 05 November 2024 | 10:50 WIB

Arus Dana Asing di Pasar Keuangan Indonesia Pekan Ini Bakal Tertahan

Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada November 2024 karena rupiah sedang melemah.

Dua Investor Asing Kelas Kakap Lanjutkan Aksi Penjualan Saham TAPG
| Selasa, 05 November 2024 | 09:07 WIB

Dua Investor Asing Kelas Kakap Lanjutkan Aksi Penjualan Saham TAPG

Sejak Agustus 2024 sudah beredar kabar mengenai rencana Pemerintah Singapura untuk melepas kepemilikannya di TAPG.

Angkutan Kargo Naik, Kinerja Hasnur Internasional Shipping (HAIS) Melejit
| Selasa, 05 November 2024 | 08:15 WIB

Angkutan Kargo Naik, Kinerja Hasnur Internasional Shipping (HAIS) Melejit

Sepanjang periode Januari-September 2024, HAIS berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 12,40%, yakni menjadi Rp 765,37 miliar

Membedah Kinerja Keuangan Emiten Udang Kaesang (PMMP) yang Ruginya Membengkak
| Selasa, 05 November 2024 | 08:01 WIB

Membedah Kinerja Keuangan Emiten Udang Kaesang (PMMP) yang Ruginya Membengkak

PMMP masih terikat sejumlah kontrak kerja sama, salah satunya memasok udang ke Marubeni Corporation 

Pemerintah Pastikan Skema Subsidi Elpiji 3 Kg Tidak Berubah
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Pemerintah Pastikan Skema Subsidi Elpiji 3 Kg Tidak Berubah

Untuk penyluran subsidi elpiji dan BBM akan diubah menjadi skema bantuan langsung tunai ke masyarakat penerima.

Mustika Ratu (MRAT) Memperkuat Ekspor ke Eropa dan Timur Tengah
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Mustika Ratu (MRAT) Memperkuat Ekspor ke Eropa dan Timur Tengah

Untuk memperluas pasar ekspor, Mustika Ratu turut serta dalam Indonesia Europe Business Forum (IEBF) 2024.

Hasil Pemilu Presiden AS Penentu Prospek Aliran Dana Asing ke RI dalam Jangka Pendek
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Hasil Pemilu Presiden AS Penentu Prospek Aliran Dana Asing ke RI dalam Jangka Pendek

Jika Kemala Harris terpilih menjadi presiden Amerika Serikat, maka akan lebih menguntungkan Indonesia.

Hapus Kredit Macet UMKM Rp 8,7 T, Erick Thohir: Kami Usul Minimal Berusia 5 Tahun
| Selasa, 05 November 2024 | 07:26 WIB

Hapus Kredit Macet UMKM Rp 8,7 T, Erick Thohir: Kami Usul Minimal Berusia 5 Tahun

Kebijakan hapus tagih kredit bagi petani dan nelayan menjadi salah satu prioritas bagi pemerintahan Presiden Prabowo.

Kinerja Hero Supermarket (HERO) Ditopang Guardian dan Ikea
| Selasa, 05 November 2024 | 07:15 WIB

Kinerja Hero Supermarket (HERO) Ditopang Guardian dan Ikea

Hingga kuartal III-2024, HERO berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 184 miliar, atau meningkat 868,42% 

INDEKS BERITA

Terpopuler