KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa hari terakhir, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedikit membaik. Perbaikan tersebut setelah jatuh dari titik tertingginya tahun ini di 6.945 yang dicapai pada 27 April 2023. Namun bila dilihat kinerja year to date (ytd) per 25 Mei 2023 saat artikel ini dibuat, kinerjanya masih -2,14%.
Sedangkan Indeks LQ45 memberikan gain sebesar 0,5% yang menunjukkan saham-saham berkapitalisasi besar berkinerja relatif lebih baik daripada saham-saham berkapitalisasi kecil.
Seiring dengan masuknya investor asing di pasar saham sebesar Rp 18,77 triliun ytd. Dan sepekan terakhir pembelian bersih alias net buy sebesar Rp 1,74 triliun menunjukkan tren positif dan kepercayaan akan prospek pasar modal terutama di semester kedua tahun ini.
Beberapa data makro lain seperti kepemilikan Surat Utang Negara (SUN) oleh asing juga meningkat menjadi Rp 829,64 triliun per 24 Mei 2023. Jumlah ini meningkat sebesar 8,85% dibandingkan posisi akhir tahun sebesar Rp. 762,19 triliun.
Berangkat dari optimisme bahwa pasar saham akan membaik hingga akhir tahun ini, penulis mencoba mencari saham yang berkinerja baik dan biasanya disukai investor asing. Seperti mempunyai kapitalisasi besar, likuid serta berfundamental baik.
Baca Juga: Turun Sejak Awal Tahun, IDX Value30 Ada Potensi Bullish
Kali ini investment universe yang diselidiki adalah Indeks IDX30 agar mendapatkan saham yang lebih terseleksi. Untuk mencari saham berkinerja baik banyak caranya. Seperti melihat laporan keuangan, return, risiko atau tren grafik, prospek usaha dan lain-lain.
Penulis mencoba pengamatan sederhana berangkat dari pertanyaan apakah ada saham-saham penghuni IDX30 yang return bulanannya mengalahkan IDX30 secara konsisten?
Pengamatan menggunakan asumsi investor berinvestasi setiap awal bulan dan menjualnya pada setiap akhir bulan serta biaya broker dan dividen tidak dihitung.
Selanjutnya dihitung rata-rata return bulanannya alias time weighted return setiap saham dibandingkan dengan return bulanan IDX30 sebagai benchmark.
Tak lupa dihitung alternatif metode investasi lain yaitu bila mengunakan metode buy and hold atau beli dan pegang hingga akhir periode berapakah return akumulasinya?
Periode pengamatan dari 1 Januari 2020 hingga 25 Mei 2023. Sehingga didapat 41 data return bulanan dengan catatan return bulan Mei 2023 hanya dihitung hingga 25 Mei 2023.
Baca Juga: IDX Growth30 Kedatangan 5 Saham Baru, Simak Rekomendasi Analis
Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada satupun saham yang konsisten mengalahkan IDX30 setiap bulan. Oleh sebab itu dicari saham yang paling sering mengalahkan IDX30 dan dihitung probabilitas menang.
Hasilnya terlihat hanya untuk saham dengan probabilitas menang di atas atau sama dengan 75%. Emiten-emiten itu antara lain KLBF (90% outperform), INDF (88%), BMRI (85%), BBCA (83%), AMRT (78%), BBNI (78%), MDKA (78%) dan ADRO (76%) serta ASII (76%) lalu INCO (76%).
Bila investor menghilangkan saham komoditas yang saat ini harganya turun, maka MDKA, ADRO dan INCO bisa dikesampingkan sehingga tersisa hanya tujuh saham. Ketujuhnya adalah KLBF, INDF, BMRI, BBCA, AMRT, BBNI dan ASII.
Bila kita bentuk portofolio saham yang terdiri dari ketujuh saham ini dengan bobot yang sama (equal weighted). Maka return kumulatif dari portfolio tersebut selama periode 1 Januari 2020- sampai 25 Mei 2023 adalah 43,6% jauh melampaui kinerja IDX30 yang sebesar -11,5%.
Memang return portofolio terdistorsi harga AMRT yang naik 209,1% selama periode pengamatan. Jika kita hilangkan AMRT, hanya memilih enam saham saja, return portofolio menjadi 16,1% tetap jauh lebih superior dari IDX30.
Baca Juga: Sempat Ambles, Begini Rekomendasi Saham-Saham Penghuni IDX30
Kinerja IDX30 bisa kalah dari portofolio yang baru dibentuk, karena disumbang oleh anjloknya saham BUKA sebesar -81,42% dan GOTO -70.94% sejak penawaran saham perdana (IPO).
Adapun return bulanannya dengan metode time weighted return, lima saham dengan return bulanan terbesar berturut-turut: HRUM (3,93%), AMRT (2,79%), MDKA (2,52%) dan ANTM (2,07%) disusul ITMG (1,8%). Terlihat sektor komoditas batubara mendominasi return. Namun kemungkinan besar hal ini sulit terulang seiring menurunnya proyeksi harga komoditas tahun ini.
Jadi, apa kesimpulan dari pengamatan ini? Melihat kinerja historis yang cukup konsisten pada saham perbankan besar dan sektor konsumen maka tidak ada salahnya investor untuk mempertimbangkan serius alokasi asset ke sektor tersebut atau yang berkorelasi erat.
Bobot investasi bisa menggunakan equal weighted untuk setiap saham di portofolio. Mengingat pembobotan semacam ini cenderung memberikan bobot kepada saham yang undervalue, selain itu terbukti hasilnya sangat baik.
Namun investor tetap perlu meneliti prospek industri dan emiten ke depan. Mengingat data yang disajikan dalam pengamatan ini berdasarkan data historis yang belum tentu berulang.