Mengelus DADA

Senin, 27 Oktober 2025 | 06:10 WIB
Mengelus DADA
[ILUSTRASI. Jurnalis KONTAN Tedy Gumilar. (Ilustrasi KONTAN/Indra Surya)]
Tedy Gumilar | Senior Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Korban kembali jatuh di pasar modal, kali ini di saham PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA). Harganya naik turun bak roaller coaster, meninggalkan korban para investor yang nyangkut di harga pucuk.

Dus, muncul ajakan di media sosial ke para investor yang dirugikan untuk melaporkan influencer dan pengendali DADA ke polisi. Berdasarkan postingan tersebut memang sudah ada investor yang melaporkan masalah ini ke Bareskrim Polri. Upaya ini bisa dipahami, mengingat dalam perjalanan naik turun saham DADA pada Agustus-Oktober 2025, ada sejumlah kejanggalan.

Pada 22 Agustus 2025 lewat suratnya ke Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen mengonfirmasi rumor yang beredar dengan menyebut, pihaknya memang sedang melakukan komunikasi dengan calon investor asing. Pembahasan, katanya berjalan konstruktif namun masih dalam tahap penjajakan.

Namun, sepanjang Agustus-September, PT Karya Permata Inovasi Indonesia justru sibuk melego 569,50 juta saham, setara 7,66% hingga kepemilikannya menyusut jadi 58,57%. Transaksi paling masif berlangsung pada Oktober, ketika harga tengah di puncak. Diolah dari data BEI, pada 8 dan 14 Oktober pengendali DADA itu secara total menjual 1.546.355.700 saham, setara 20,67% sehingga kepemilikannya  di DADA tinggal tersisa 37,9%.

Menariknya, berbeda dengan pernyataan sebelumnya, manajemen DADA dalam penjelasannya ke BEI (20/10) justru menyebut, tidak terdapat kesepakatan, komunikasi, maupun negosiasi apa pun yang mengarah pada perubahan pengendalian baik dalam bentuk penjualan mayoritas saham, aliansi strategis, maupun akuisisi oleh pihak lain. 

Sayangnya, otoritas bursa punn hanya bersikap normatif dan terkesan abai. Peringatan unusual market activity (UMA) baru muncul pada 25 September 2025. Lalu saham DADA baru disuspensi pada 9 Oktober dan dibuka lagi sehari kemudian. Ini sekaligus menandai dimulainya periode koreksi tanpa UMA atau suspensi sekali pun. Upaya lainnya, sebatas meminta penjelasan ke manajemen.

Tak ayal, muncul kembali nada sumbang soal ketidakjelasan dan lemahnya pengawasan BEI. Saham lain hanya butuh hitungan hari sebelum disemprit bursa dan bisa disuspensi berkali-kali.

Perlindungan investor yang digaungkan makin terasa hambar. Lantaran yang dijegal hanya saham yang harganya naik. Sementara yang anjlok dibiarkan terus melorot.

Selanjutnya: Mencermati Kredit HImbara ke Koperasi Merah Putih

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terkait

Berita Terbaru

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang
| Kamis, 20 November 2025 | 14:00 WIB

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang

Prospek bisnis United Tractors (UNTR) diprediksi menantang hingga 2026, terlihat dari revisi proyeksi kinerja operasional.

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing
| Kamis, 20 November 2025 | 11:07 WIB

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing

Defisit NPI Indonesia berlanjut tiga kuartal berturut-turut. Transaksi berjalan surplus didorong ekspor nonmigas, namun modal finansial defisit.

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret
| Kamis, 20 November 2025 | 09:53 WIB

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret

Realisasi anggaran tiga K/L tercat baru mencapai sekitar 60% dari pagu                              

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter
| Kamis, 20 November 2025 | 09:45 WIB

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter

Kementerian Keuangan akan turut hadir dalam setiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan yang digelar Bank Indonesia

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol
| Kamis, 20 November 2025 | 09:27 WIB

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol

Hingga akhir Oktober 2025, realisasi penerimaan pajak tercatat masih terkontraksi 3,92%                         

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?
| Kamis, 20 November 2025 | 08:15 WIB

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?

Kinerja MBSS diprediksi membaik dengan penambahan kapal. Diversifikasi ke nikel dan utilisasi armada jadi sorotan.

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik
| Kamis, 20 November 2025 | 07:50 WIB

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik

Seiring rencana akuisisi dan pendirian anak usaha, ekspektasi terhadap saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) tetap terjaga. 

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham
| Kamis, 20 November 2025 | 07:34 WIB

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham

Saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji dampak penerapan redenominasi rupiah terhadap perdagangan saham.

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat
| Kamis, 20 November 2025 | 07:33 WIB

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat

Mulai tahun buku 2024, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA( telah menaikkan dividend payout ratio (DPR) menjadi 60%.

ADMR Ekspansi Smelter Aluminium
| Kamis, 20 November 2025 | 07:32 WIB

ADMR Ekspansi Smelter Aluminium

PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) akan mengoperasikan smelter aluminium fase pertama berkapasitas 500.000 ton per tahun

INDEKS BERITA

Terpopuler