Menilik Saham Kapuas Prima Coal (ZINC) Jelang Gelaran Stock Split
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) akan menggelar agenda rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Kamis (28/2). Agendanya, perusahaan ini berencana meminta restu untuk memecah nominal per lembar saham atau stock split dan memberi wewenang direksi memutuskan rasio pemecahannya.
Menilik harga ZINC, saham ini meroket tajam sejak menggelar initial public offering (IPO) Oktober 2017 lalu. Sampai Jumat (8/2), harga saham ZINC mencapai Rp 1.805, melesat jauh dibandingkan saat IPO Rp 140 per saham.
Analis Reliance Sekuritas Kornelis Wicaksono berpendapat, melesatnya harga saham ZINC masih wajar. "Karena menurut data sementara dari manajemen di 2018, kinerjanya cukup cerah dengan membukukan pendapatan sekitar Rp 750 miliar dan laba sebelum pajak sekitar Rp 130 miliar," jelas Kornel kepada KONTAN, Jumat (8/2).
Menjelang stock split, saham ZINC dinilai cukup menarik. Ia menilai potensi cadangan tambang milik ZINC menjadi nilai positif.
Dalam catatan Kornel, ZINC memiliki konsesi seluas 5.500 hektare (ha), sedangkan yang dieksploitasi baru sekitar 390 ha. Luas lahan dan cadangan eksploitasi bakal bertambah, karena ZINC sedang melakukan eksplorasi.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengingatkan investor untuk memperhatikan rasio saham ZINC setelah stock split nanti. "Jika terlalu besar, maka persebaran saham akan menjadi sangat banyak dan tentunya itu bukan hal yang bagus dalam perdagangan saham," ujar dia. Apalagi, karakteristik perdagangan ZINC saat ini cenderung mudah ditransaksikan, karena persebarannya tidak terlalu banyak.
Sementara itu, Analis Indovest Semesta Sekuritas Aditya Perdana Putra menjelaskan, saham ZINC cukup spekulatif dan kinerjanya tidak sesuai dengan fundamental. "Tidak masuk dalam kaidah value investing," kata dia.
Dalam hitungan Aditya, saat ini price to book value (PBV) ZINC 15,7 kali. Cash flow hanya Rp 2 miliar dan laba bersih Rp 100 miliar serta price to earning ratio (PER) sebesar 69 kali. "Jadi sebaiknya investor berhati-hati," jelasnya. Aditya menyarankan investor wait and see.
Dia mengaku sulit menentukan fair value ZINC saat ini. "Jika mengacu pada book value per share (BVPS), nilai wajar sebesar Rp 115. Jika dihargai tiga kali BVPS, berarti sekitar Rp 345," jelas Aditya.
Sedangkan Kornelis masih menghitung fair value ZINC. "Tapi, analis konsesus saat ini target harga ada di Rp 2.400," kata dia.