Meski Tren Penjualan Otomotif Menurun, Saham Astra International (ASII) Masih Menarik

Selasa, 23 April 2019 | 10:44 WIB
Meski Tren Penjualan Otomotif Menurun, Saham Astra International (ASII) Masih Menarik
[]
Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja penjualan mobil PT Astra International Tbk (ASII) sepanjang tiga bulan pertama 2019 lebih baik ketimbang Agen Pemegang Merek (APM) lain. Tetapi, tak dipungkiri, kinerjanya masih tertekan seiring dengan tren pelambatan industri otomotif di Tanah Air.

Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan Astra yang disumbang oleh merek Toyota, Daihatsu, Isuzu, dan Peugeot sebesar 134.287 unit mobil untuk Januari-Maret 2019. Angka ini turun 5,4% dari tiga bulan pertama tahun lalu yang sebesar 141.952 unit.

Sedangkan total penjualan mobil di luar Astra, antara lain disumbang Mitsubishi, Honda, Suzuki, Nissan mencapai 119.576 unit di periode yang sama. Perolehan ini merosot sampai 20% dibanding kuartal pertama 2018, yang sebesar 150.201.

Analis JP Morgan Benny Kurniawan dalam risetnya mengungkapkan, penjualan Astra sejalan dengan ekspektasi mereka. Selain itu, pangsa pasar Grup Astra naik di bulan Maret menjadi 56% dibandingkan Januari dan Februari yang tertahan di 51%.

JP Morgan melihat, kinerja kuartal I Astra tak seburuk perkiraan. Dia memandang prospek kinerja Astra masih positif di tahun 2019.

Sementara, Valdy Kurniawan dari Phintraco Sekuritas menilai, secara umum prospek ASII masih cukup baik mengingat pangsa pasar yang besar di segmen kendaraan roda empat dan roda dua. "Roda empat ASII masih memiliki sekitar 50% pangsa pasar Indonesia, sementara kendaraan roda dua masih di kisaran 75%," ungkap Valdy.

Namun, untuk tren pasar otomotif Tanah Air, masih cenderung negatif. "Adanya proyeksi bunga kredit konsumsi di kuartal II-2019 bisa menjadi risiko bagi kinerja penjualan otomotif, termasuk ASII," kata Valdy.

Hingga akhir 2019, JP Morgan menargetkan harga ASII bisa menyentuh level Rp 8.200 dengan rekomendasi overweight. Perkiraan price earning (PE) ratio tahun ini sebanyak 13 kali atau berada di bawah rata-rata.

Sebagai gambaran, kemarin (22/4) harga ASII (anggota indeks Kompas100) berada di Rp 7.525 per saham.

Target tersebut ditetapkan dengan pertimbangan adanya risiko persaingan otomotif khususnya dari sisi model, risiko kenaikan suku bunga yang berkepanjangan dan berpotensi mempengaruhi permintaan kendaraan roda empat. Selain itu, ada juga risiko penuran harga komoditas secara mendadak dan kemungkinan terjadinya kemerosotan makroekonomi di Tanah Air.

Kepala Riset Maybank Kim Eng Isnaputra Iskandar, dalam risetnya 22 Maret 2019, merekomendasikan buy untuk saham ASII dengan target harga Rp 8.900. Dengan perkiraan PE ASII di akhir tahun bisa mencapai 13,4 kali atau di bawah rata-rata IHSG yang berada di angka 14,9 kali.

Analis Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia Joko Sogie menambahkan, pemegang saham ASII bisa mendapat kejutan keuntungan dengan rencana divestasi Bank Permata. Mengingat, ASII merupakan pengendali 45% saham Bank Permata.

Dengan asumsi adanya transaksi divestasi, diperkirakan price book value (PBV) ASII berada di kisaran 1-1,5 kali. Artinya, pemegang saham ASII berpeluang mendapatkan bonus penghasilan tambahan dari pendapatan.

Selain itu, emiten juga bisa melakukan penghematan biaya bunga bersih, serta berpotensi mendapat pembagian dividen tembaga dari laba yang diperoleh ASII.

"Kami melihat adanya ruang kenaikan jika skenario divestasi bisa terwujud. Untuk itu kami rekomendasikan buy dengan target harga Rp 9.000 di akhir tahun," ujar Joko dalam risetnya 9 April 2019.

Bagikan

Berita Terbaru

Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) Berharap pada Perbaikan Volume Pasien
| Selasa, 25 November 2025 | 06:00 WIB

Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) Berharap pada Perbaikan Volume Pasien

PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) akan tambah unit RS baru dan tingkatkan sinergi dengan ASII serta Grup Djarum  

Usmile Mulai Menjajaki Pasar Indonesia
| Selasa, 25 November 2025 | 05:40 WIB

Usmile Mulai Menjajaki Pasar Indonesia

Perusahaan asal Tiongkok bakal merangsek pasar produk kesehatan mulut dan gigi di Indonesia dengan ragam produk.

Pemerintah Investigasi Sengketa Lahan Kalla  & GMTD
| Selasa, 25 November 2025 | 05:25 WIB

Pemerintah Investigasi Sengketa Lahan Kalla & GMTD

Pemerintah berencana memanggil kedua belah pihak yang bersengketa untuk memberikan hasil investigasinya.

Impor Beras Ilegal Terkuak Saat Produksi Melimpah
| Selasa, 25 November 2025 | 05:10 WIB

Impor Beras Ilegal Terkuak Saat Produksi Melimpah

Pemerintah telah menyegel sebanyak 250 ton beras impor ilegal yang berasal dari Thailand di Pelabuhan Sabang.

Sulit Tambah Modal Akibat Profitabilitas Tipis
| Selasa, 25 November 2025 | 04:55 WIB

Sulit Tambah Modal Akibat Profitabilitas Tipis

Bahkan berdasarkan pemetaan AAUI, ada lima hingga sepuluh perusahaan yang belum bisa memenuhi ketentuan ekuitas minimum hingga batas waktu habis.

IHSG Pecahkan Rekor di Level 8.570, Saham Ini Jadi Penopang
| Selasa, 25 November 2025 | 04:45 WIB

IHSG Pecahkan Rekor di Level 8.570, Saham Ini Jadi Penopang

Senin (24/11), IHSG melonjak 1,85% ke 8.570,25, mencapai ATH. Pelajari sentimen pendorong dan rekomendasi saham pilihan untuk besok.

Tren Bunga Rendah, NIM Perbankan Berangsur Meningkat
| Selasa, 25 November 2025 | 04:35 WIB

Tren Bunga Rendah, NIM Perbankan Berangsur Meningkat

Hasil survei OJK mnemperkirakan jika bankir yakin NIM berpotensi meningkat seiring penurunan biaya dana bank

Bisnis Pembiayaan Mobil Listrik Semakin Menyengat
| Selasa, 25 November 2025 | 04:15 WIB

Bisnis Pembiayaan Mobil Listrik Semakin Menyengat

Sejumlah perusahaan leasing ikut ketiban berkah dengan mencetak pertumbuhan kredit hingga tiga digit.

Indonesian Tobacco (ITIC) Ingin Memperbaiki Kinerja di Kuartal IV 2025
| Senin, 24 November 2025 | 09:45 WIB

Indonesian Tobacco (ITIC) Ingin Memperbaiki Kinerja di Kuartal IV 2025

Penjualan ITIC berasal dari pasar lokal Rp 233,23 miliar dan ekspor Rp 898,86 juta, yang kemudian dikurangi retur dan diskon Rp 4,23 miliar.

Menakar Dampak Pergeseran Pasien Swasta dan BPJS ke Emiten, MIKA dan KLBF Diunggulkan
| Senin, 24 November 2025 | 09:07 WIB

Menakar Dampak Pergeseran Pasien Swasta dan BPJS ke Emiten, MIKA dan KLBF Diunggulkan

Emiten-emiten rumah sakit besar tetap menarik untuk dicermati karena cenderung defensif dari tantangan BPJS. 

INDEKS BERITA