Meski Lebih Baik dari Tetangga, Manufaktur Indonesia Masih Jalan di Tempat

Selasa, 05 Maret 2019 | 06:18 WIB
Meski Lebih Baik dari Tetangga, Manufaktur Indonesia Masih Jalan di Tempat
[]
Reporter: Grace Olivia | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas industri manufaktur Indonesia stagnan hingga bulan kedua. Kondisi ini berkebalikan dengan tahun lalu, sektor manufaktur mulai menggeliat pada Februari. Tapi, indikator manufaktur Indonesia Februari 2019 lebih baik ketimbang negara-negara tetangga, maupun global yang melorot.

Nikkei dan IHS Markit, Jumat (1/3), merilis Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Februari 2019 berada di posisi 50,1, naik tipis dibandingkan dengan Januari sebesar 49,9. Indeks di atas angka 50 menandakan kegiatan ekspansi produksi, sedang indeks di bawah 50 mencerminkan pelambatan.

PMI Indonesia Februari lalu terlihat lebih baik dibanding kawasan Asia Tenggara yang turun ke posisi 49,6, dari bulan sebelumnya 49,7. Angka ini merupakan indeks terendah sejak Juli 2017. Di tingkat global, indeks manufaktur berada di level 50,6, terendah sejak Juni 2016.

Pelambatan ini sejalan dengan perselisihan dagang antara Amerika Serikat dengan China, yang diduga berdampak buruk ke kegiatan manufaktur dunia. "Sektor manufaktur Indonesia secara umum masih stagnan. Volume produksi terus menurun, sedangkan bisnis baru yang masuk tercatat sepi," ujar Bernard Aw, Kepala Ekonom IHS Markit dalam laporannya, Jumat (1/3).

Nikkei mencatat, permintaan baru yang masuk tidak berubah dari Januari, dan ekspor turun. Perusahaan cenderung menurunkan aktivitas pembelian (purchasing activities) lantaran kondisi stok yang mencukupi.

Pembelian stok (stocks of purchases) sedikit naik pada Februari, setelah turun selama tiga bulan belakangan. Sebaliknya, inventaris barang turun selama lima belas bulan berturut-turut.

Secara umum, Nikkei mencatat para responden tetap antusias terhadap perkiraan bisnis periode mendatang. Responden berharap, aktivitas manufaktur akan membaik seiring dengan variasi produk yang lebih banyak, investasi kapital dan ekspansi bisnis yang terencana.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, aktivitas manufaktur awal tahun ini yang stagnan dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor eksternal masih seputar permintaan global yang juga melambat. "Demand untuk ekspor masih terbatas karena perekonomian global juga melambat dan masih banyak ketidakpastian," ujar Shinta, Senin (4/3).

Shinta berharap, laju aktivitas manufaktur dalam negeri bisa menunjukkan perbaikan di semester II-2019. Setidaknya, harapan itu seiring dengan kondisi politik domestik yang sudah lebih ada kepastian, serta sentimen ketidakpastian global yang mereda ketimbang saat ini.

Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto berpandangan, angka PMI Manufaktur Indonesia yang stagnan merefleksikan pertumbuhan ekonomi yang belum terpacu signifikan. Myrdal memproyeksi indeks aktivitas manufaktur Indonesia masih akan bergerak dalam level ekspansi yang sama karena tertekan perang dagang.

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk
| Selasa, 30 Desember 2025 | 15:00 WIB

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk

Menurut analis, model bisnis RMKE memiliki keunggulan, terutama dari sisi efektifitas biaya, keselamatan, kepatuhan regulasi, dan biaya.

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Manajemen MLBI memastikan, merek-merek mereka berada dalam posisi yang kuat dan tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama
| Selasa, 30 Desember 2025 | 11:00 WIB

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama

Goldman Sachs dalam risetnya menilai pasar minyak global masih akan berada dalam kondisi kelebihan pasokan pada 2026.

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi
| Selasa, 30 Desember 2025 | 09:22 WIB

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi

Di masa lalu, kekayaan ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) terdengar mustahil. Hari ini, angka-angka itu menjadi berita rutin. 

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:12 WIB

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026

Di sejumlah negara dengan pendekatan populis yang kuat, peran pemerintah melalui jalur fiskal begitu kuat, mengalahkan peran ekonomi swasta.

Bayar Tagihan Ekologis
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:02 WIB

Bayar Tagihan Ekologis

Penerapan kebijakan keberlanjutan di sektor perkebunan dan pertambangan tak cukup bersifat sukarela (voluntary compliance).

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:06 WIB

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting

ESDM mencatat, realisasi lifting minyak hingga akhir November 2025 berada di kisaran 610.000 bph, naik dari capaian 2024 yang sekitar 580.000 bph.

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:05 WIB

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki

Di sepanjang tahun 2025, kinerja saham emiten properti terus melaju. Alhasil, indeks saham emiten properti ikut terdongkrak.

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:01 WIB

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan

Sektor mineral dan batubara turut menopang anggaran negara melalui setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:00 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara

Fokus utama PRDA diarahkan pada pengembangan layanan kesehatan masa depan, terutama di bidang terapi regeneratif 

INDEKS BERITA

Terpopuler