Mewaspadai Potensi Arus Keluar Asing

Kamis, 14 April 2022 | 07:50 WIB
Mewaspadai Potensi Arus Keluar Asing
[ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana dari investor asing masih deras mengalir ke pasar Indonesia. Kemarin, Rabu (13/4), nilai pembelian bersih asing (net buy) mencapai Rp 1,5 triliun. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), ini menjadikan net buy total Rp 40,14 triliun sepanjang tahun ini.

Senior Technical Analyst Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor yang mendorong derasnya dana asing masuk ke pasar saham Indonesia. Pertama, pemulihan ekonomi dan pengendalian pandemi Covid-19 yang mendorong pelonggaran mobilitas masyarakat.

Kedua, eskalasi geopolitik konflik Rusia-Ukraina membuat harga komoditas meroket. Indonesia justru dipandang prospektif karena karakteristik pasar yang didorong komoditas. Hasil komoditas Indonesia yang sebagian besar diekspor akan kembali jadi penopang surplus neraca perdagangan dan nilai tukar rupiah.

Ketiga, kinerja keuangan sejumlah emiten yang cemerlang sepanjang 2021. Kondisi ini menunjukkan perbaikan kinerja bisnis yang cukup signifikan terutama di sektor perbankan big caps, batubara dan kelapa sawit.

Selain itu, ramainya aksi initial public offering (IPO) juga menjadi magnet tersendiri, terlebih hadirnya IPO jumbo seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Situasi kurang kondusif di Eropa dan AS juga mendorong investor mencari tempat. "Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan yang cukup aman," kata Liza, Rabu (13/4).

Liza bilang, inflow dana asing ke Indonesia masih wajar. Net flow asing yang masuk konsisten sejak awal tahun, membawa kabar gembira. Meski berpotensi terjadi Sell in May, belum tentu hal itu akan terjadi secara signifikan.

Certified Elliott Wave Analyst-Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus melihat, kondisi fundamental Indonesia masih solid. Antara lain, perubahan status menjadi endemi, laju pertumbuhan ekonomi, inflasi terkendali, dan rupiah yang stabil. Menimbang hal ini, besar kemungkinan dana asing akan bertahan di Tanah Air.

Kenaikan bunga AS

Liza mengingatkan, lonjakan harga komoditas di sisi lain dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan naiknya inflasi global. Kenaikan inflasi di AS akan mendorong bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) menaikkan suku bunga lebih agresif.

Jika hal itu terjadi, investor ke depan berpotensi mengalihkan investasi ke instrumen rendah risiko seperti obligasi, deposito atau emas. "Nah saat seperti ini yang mungkin dikhawatirkan akan membuat minat investor ke pasar saham turun," terang Liza.

Jika dana asing lari dari pasar saham Indonesia, Daniel juga memandang, salah satu penyebabnya datang dari kenaikan tingkat suku bunga The Fed. Dia juga meminta pasar tetap mencermati perkembangan geopolitik Rusia-Ukraina.

Selain itu, apabila fenomena sell in May terjadi, lebih karena aksi ambil untung, bukan karena fundamental Indonesia buruk. Karena itu, capital outflow tidak akan besar dan penurunan IHSG terbatas. Dengan porsi kepemilikan aset asing sekitar 40%, maka investor lokal masih dapat menahan net sell yang dilakukan investor asing.

"Apabila sahamnya tertekan akibat ada capital outflow tetapi fundamental emiten tetap tumbuh, maka investor bisa melakukan buy on weakness," kata Daniel.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus  juga mengatakan, kemungkinan dana asing untuk pergi dari Indonesia tetap terbuka.  Namun sekalipun dana asing keluar dari Indonesia, dampaknya kemungkinan hanya akan jangka pendek. Dia menyarankan investor tetap memilih saham-saham yang memiliki fundamental baik.      

 

Bagikan

Berita Terbaru

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas
| Selasa, 16 Desember 2025 | 10:00 WIB

Tarik Ulur Prospek Saham INDY, Reli Masih Bertumpu Cerita Tambang Emas

Dengan level harga yang sudah naik cukup tinggi, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) rentan mengalami aksi ambil untung.

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:21 WIB

Laba Kuartalan Belum Moncer, Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Jadi Lumer

Secara month-to-date, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)  sudah mengalami penurunan 5,09%. ​

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:16 WIB

Pemegang Saham Pengendali Surya Permata Andalan (NATO) Berpindah Tangan

Emiten perhotelan, PT Surya Permata Andalan Tbk (NATO) mengumumkan perubahan pemegang saham pengendali.

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:11 WIB

KKGI Akan Membagikan Dividen Tunai Rp 82,8 Miliar

Besaran nilai dividen ini mengacu pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk KKGI per akhir 2024 sebesar US$ 40,08 juta. 

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 09:06 WIB

Arah Suku Bunga Bergantung pada Pergerakan Rupiah

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada bulan ini, namun tetap ada peluang penurunan

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:46 WIB

Menanti Cuan Bagus dari Rally Santa Claus

Saham-saham big caps atau berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia berpotensi terpapar fenomena reli Santa Claus.

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri
| Selasa, 16 Desember 2025 | 08:42 WIB

Korporasi Kembali Injak Rem Utang Luar Negeri

Utang luar negeri Indonesia per akhir Oktober 2025 tercatat sebesar US$ 423,94 miliar               

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi
| Selasa, 16 Desember 2025 | 07:00 WIB

Nasib Rupiah di Selasa (16/12) Menanti Data Ekonomi

Pada Senin (15/12), kurs rupiah di pasar spot turun 0,13% menjadi Rp 16.667 per dolar Amerika Serikat (AS).

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Obligasi Korporasi Tetap Prospektif di Era Bunga Rendah

Penerbitan surat utang korporasi pada tahun 2025 melonjak ke rekor tertinggi sebesar Rp 252,16 triliun hingga November.

 Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan
| Selasa, 16 Desember 2025 | 06:30 WIB

Harbolnas Mendongkrak Transaksi Paylater Perbankan

Momentum Harbolnas yang berlangsung menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) mendorong permintaan layanan paylater

INDEKS BERITA