KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Alkisah, di hadapan Raja Sulaiman datang dua orang perempuan yang memperebutkan seorang bayi. Keduanya mengaku sebagai ibu yang sah. Untuk menguji kebenaran klaim itu, sang raja mengusulkan bayi itu dibelah dua, sama rata untuk masing-masing. Pada detik itu, salah satu perempuan menyerah dan memohon agar bayi itu diberikan saja kepada perempuan yang lain. Akhirnya, justru kepadanyalah bayi itu diserahkan. Di situlah keadilan menyingkapkan dirinya, bukan sebagai hasil pembagian yang rata, melainkan sebagai keberanian membaca siapa yang sungguh mencintai kehidupan yang dipertaruhkan.
Sejak lama, umat manusia menyadari bahwa keadilan tidak pernah sesederhana membagi sama rata. Aristoteles membedakan dua wajah keadilan. Pertama, keadilan dalam pertukaran, satu dibalas satu. Kedua, keadilan dalam pembagian, yang menuntut keseimbangan antara peran dan beban. Untuk yang terakhir ini, adil tidak selalu berarti sama.
