Pamor Saham Teknologi Masih Memudar

Senin, 19 Desember 2022 | 04:40 WIB
Pamor Saham Teknologi Masih Memudar
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di akhir tahun 2022, pamor saham teknologi memudar. Kinerja yang menurun dan tren bunga yang naik menjadi faktor pemberat saham emiten teknologi. 

Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy berpendapat, faktor utama dari melemahnya saham emiten teknologi adalah kinerja emiten itu sendiri yang masih mencatatkan rugi bersih. Ini menurunkan minat masyarakat untuk berinvestasi di sektor ini.

Meski begitu, Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis dalam riset 13 Desember 2022 menyampaikan, ada sejumlah kriteria perusahaan teknologi yang menarik bagi investor. Kriteria pertama adalah perusahaan harus dapat menghasilkan pertumbuhan. 

Baca Juga: Acset Indonusa (ACST) Tetap Fokus Cari Peluang Proyek di Empat Segmen Utama

Kedua, perusahaan dapat memvalidasi posisinya sebagai pemimpin di industri teknologi. Ketiga, likuiditas emiten tergolong aman. Ini menjadi kunci terkait seberapa cepat perusahaan dapat menghasilkan keuntungan. 

Dalam dua kuartal terakhir di tahun ini, Nico mengatakan, perusahaan teknologi telah berorientasi pada keuntungan dan meningkatkan lanskap kompetisi secara kolektif. Perusahaan terkemuka seperti Grab dan Shopee juga melakukan usaha yang sama. Kini perusahaan teknologi lebih mengejar efisiensi di seluruh pasarnya. 

Suku bunga

PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) misalnya, melakukan perampingan tenaga kerja untuk mengejar efisiensi. GOTO menargetkan dapat mencapai EBITDA positif di 2025-2026. Sementara PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mempertahankan biaya operasi alias operation expenditure (opex) sebesar Rp 370 miliar secara kuartalan. 

Apalagi, kenaikan suku bunga berlanjut. Suku bunga tinggi memaksa perusahaan teknologi melakukan penghematan operasional. "Bagi saya perusahaan teknologi yang menarik adalah yang memberi pertumbuhan dengan jaminan likuiditas," kata Niko. 

Bagi Analis Samuel Sekuritas Farras Farhan, BUKA dan GOTO adalah perusahaan teknologi yang sudah pada jalur benar untuk mencapai profitabilitas. Keduanya berhasil menaikkan take rate di kuartal III-2022, di mana BUKA naik 2,17% dan GOTO 2,84%. 

Baca Juga: Sejumlah Saham Teknologi Global Dinilai Menarik untuk Diperhatikan pada 2023

GOTO berhasil membukukan take rate lebih baik. Ini karena, GOTO fokus pada pengguna dengan gross marchandise volume (GMV) yang tinggi dan tidak lagi mengandalkan pengeluaran promosi yang besar. 

Perkembangan ini akan membantu kedua perusahaan mempersiapkan diri tahun depan. Sebab di 2023, alternatif untuk memperoleh pendanaan akan relatif terbatas. Ini karena adanya kemungkinan resesi dan perusahaan dituntut mandiri dari sisi pendanaan. 

Farras memprediksi BUKA dapat membukukan margin kontribusi yang positif pada kuartal I-2023. Sementara itu, margin kontribusi GOTO mungkin baru positif pada kuartal IV-2023. Tapi khusus Gojek yang merupakan bagian dari GOTO, mungkin akan mencapai margin kontribusi positif pada awal kuartal pertama tahun depan. 

Farras memberikan rekomendasi netral untuk sektor teknologi. Dia pun mengganti metode perhitungan valuasi saham emiten teknologi.  "Kami saat ini masih menggunakan EV/sales dan EV/GMV multiple untuk menentukan valuasi perusahaan teknologi. Tapi ini bukan metrik yang tepat untuk menghitung valuasi perusahaan teknologi, karena tidak dapat merefleksikan keseluruhan nilai perusahaan," ujar dia.

Sebagai gantinya, untuk menentukan valuasi akurat perusahaan teknologi, Farras menggunakan metode penilaian paling dasar, yakni discounted cash flow (DCF). Namun, model DCF hanya dapat digunakan setelah perusahaan mencapai profitabilitas dan dapat mengandalkan arus kas internal untuk mendanai pertumbuhan.

Baca Juga: Blibli dan Erajaya Berkompetisi di Bisnis Produk Teknologi

Melihat kondisi ekonomi saat ini, Paulus juga menyarankan wait and see pada saham teknologi. "Investor dapat mencari peluang entry ke sektor teknologi saat harga berada di level bawah. Untuk kuartal I-2023, kami juga belum rekomendasi buy," ucap dia, Minggu (18/12). 

Simak ulasan selengkapnya emiten lainnya sebagai berikut:  

Bukalapak.com (BUKA)
BUKA masih memiliki kas Rp 17 triliun hingga sembilan bulan di 2022. Kas yang berlimpah bisa mengimbangi kerugian operasi BUKA, sehingga BUKA tidak membutuhkan pendanaan baru di dalam jangka pendek. Akhir tahun ini, BUKA diperkirakan membukukan laba bersih Rp 3,4 triliun dan berpotensi turun karena harga BBHI turun. 
Rekomendasi: Buy 
Target harga: Rp 355
Tim Riset, RHB Sekuritas

NFC Indonesia (NFCX)
Pengembangan kendaraan listrik roda dua NFCX menjadi penggerak pertama dalam industri ini dengan produksi yang kuat. NFCX diperkirakan menjual 500.000 unit Volta 2W EV pada tahun 2032. NFCX melakukan lobi dengan sektor publik untuk mengatur standard baterai lithium dan ekosistem penukaran baterai.
Rekomendasi: Buy 
Target harga: Rp 18.000
Farras Farhan, Samuel Sekuritas

Baca Juga: Gerakan Tokopedia Hijau Diluncurkan, Ajak Masyarakat Usung Produk Ramah Lingkungan

Goto Gojek Tokopedia (GOTO)
Tokopedia akan menaikkan biaya komisi pedagang mulai 1 Januari 2023. Ini adalah kenaikan kedua kali dalam setahun. Sebelumnya, Tokopedia telah menaikkan komisi pedagang Mei 2022. Sebelumnya, GOTO juga telah mengubah biaya pengiriman gratis skema program dengan tarif baru 4%. Hal ini juga dilakukan pesaingnya Shopee. 
Rekomendasi: Buy 
Target harga: Rp 190
Gani, Ciptadana Sekuritas

Digital Mediatama (DMMX)
DMMX telah meletakkan beberapa pondasi untuk membangun platform e-commerce pendukung yang solid dalam periklanan dan hiburan. DMMX diperkirakan dapat membukukan kenaikan pendapatan sebesar 30% pada 2023. Sementara laba bersih DMMX diperkirakan bisa meningkat 183,7% di tahun depan.
Rekomendasi: Buy 
Target harga: Rp 1.500
Niko Margaronis, BRI Danareksa Sekuritas

Baca Juga: Gojek Tokopedia (GOTO) Kantongi Cuan Besar dari Penjualan Saham AMRT

Bagikan

Berita Terbaru

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:11 WIB

Transaksi Pembayaran Lewat QRIS Semakin Semarak

BI menargetkan volume transaksi QRIS tahun 2025 mencapai 15,37 miliar atau melonjak 146,4% secara tahunan dengan nilai Rp 1.486,8 triliun 

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:07 WIB

CIMB Niaga Syariah Jajaki Konsolidasi dengan BUS

Bank CIMB Niaga berpotensi memiliki bank syariah beraset jumbo. Pasalnya, bank melakukan penjajakan untuk konsolidasi dengan bank syariah​

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:50 WIB

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil

Pemangkasan target penjualan mobil baru oleh Gaikindo menjadi 780.000 unit menegaskan tekanan pada industri otomotif belum mereda.

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:48 WIB

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat di Oktober 2025, namun belum merata. Kredit rumahtangga jadi penopang utama pertumbuhan kredit OJK.

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,18% secara harian ke Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12).

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 05:20 WIB

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam

SMLE memperkuat bisnis nilam sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia dengan fokus pada kategori wewangian (fragrance & flavors).

INDEKS BERITA

Terpopuler