Para Peritel Ayam Goreng Menahan Harga Jual

Jumat, 10 Mei 2019 | 06:43 WIB
Para Peritel Ayam Goreng Menahan Harga Jual
[]
Reporter: Andy Dwijayanto, Harry Muthahhari | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki bulan Ramadan, harga daging ayam di pasaran mulai menanjak. Hal itu tentu berdampak pada peritel ayam goreng cepat saji. Agar pelanggan tidak lari, para peritel ayam goreng cepat saji memilih menahan harga jualnya​.

Manajemen PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP), misalnya, tetap mempertahankan harga jual produknya, meski harga bahan baku meningkat. Pemilik gerai ayam goreng CFC itu menyatakan kenaikan harga daging ayam tidak berpengaruh terhadap harga jual mereka.

Direktur Utama PT Pioneerindo Gourmet International Tbk, Henkie Sutjieawan, menyebutkan, untuk menghadapi momentum Ramadan dan Lebaran, mereka sudah menerapkan manajemen stok yang baik. Sehingga kenaikan harga bahan baku ayam saat ini tidak berdampak terhadap harga ayam goreng CFC.

"Untuk bahan baku, kami menerapkan sistem back up. Jadi sebelum ramai (demand), kami jaga kestabilan harga. Di luar itu, jika ada peningkatan memang tidak bisa dihindari, tetapi kami menjaga stabilitas harga bahan baku," ujar dia, Kamis (9/5).

Alhasil, harga jual produk CFC masih stabil dan tidak terkerek naik. Dengan begitu, manajemen PTSP berharap ada pertumbuhan penjualan 10% hingga 15% pada Ramadan dan Lebaran kali ini. "Dibandingkan dengan harga jual tahun lalu, produk kami belum ada kenaikan," ungkap Henkie.

Selain menjaga harga jual, PTSP menggenjot serangkaian promo untuk Ramadan dan Lebaran. Salah satunya adalah Paket Komandan yang rutin diperkenalkan pada saat bulan puasa setiap tahun. "Kami juga tetap menjalankan promo-promo reguler," kata dia.

Kebijakan mempertahankan harga jual produk juga diterapkan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST). Pemilik gerai ayam goreng KFC ini sudah mengantisipasi peningkatan harga bahan baku melalui manajemen stok.

Direktur PT Fast Food Indonesia Tbk, Shivashish Pandey, menyatakan pada tahun ini kenaikan harga ayam tidak setinggi Ramadan tahun lalu. Kendati bahan baku tetap naik, KFC bisa mengendalikan secara baik, sehingga tidak berimbas ke harga jual.

"Tahun lalu peningkatan selama Ramadan lebih tinggi, tahun ini tidak begitu tinggi," ujar dia kepada KONTAN, Rabu (8/5).

Para peritel ayam goreng cepat saji menilai kenaikan harga ayam menjelang Ramadan biasa terjadi. "Kenaikannya kurang lebih 15% dibandingkan reguler price," kata Shivashish. Nah, melalui strategi manajemen stok bahan baku yang baik, para pelaku usaha bisa mengatasi persoalan tersebut.

Pada Ramadan kali ini, manajemen KFC membidik pertumbuhan sekitar 20%. Mereka menempuh beragam strategi, misalnya merilis menu baru dan memperluas jaringan gerai. Selain merilis menu limited time offer (LTO), manajemen KFC terus menambah jejaring restorannya. Yang terang, menu baru tersebut akan mengerek kinerja perusahaan sepanjang Ramadan. "Secara historikal, pertumbuhan selama Ramadan sekitar 20%," ujar Shivashish.

Asal tahu saja, bagi pemilik gerai KFC tersebut, momentum Ramadan dan Lebaran menjadi salah satu segmen penjualan tertinggi. Momentum lainnya adalah Natal dan Tahun Baru.

Dengan populasi muslim terbesar di dunia, manajemen KFC berharap bisa mencatatkan kinerja yang lebih baik. Apalagi perputaran uang beredar selama Ramadan cukup tinggi. "Trafik pengunjung naik kalau sudah mendekati lebaran," ujar Shivashish.

Sementara itu, Associate Director of Communication PT Rekso Nasional Food, Sutji Lantyka mengatakan, pihaknya tak mengetahui isu kenaikan harga ayam. Yang pasti, pemilik gerai McDonald's (McD) itu akan selalu mempertimbangkan kenyamanan konsumen sebelum menaikkan harga jual produknya. "Kami selalu mempertimbangkan kepentingan dan daya beli konsumen," kata dia. Selama ini, suplai bahan baku ayam McD berasal dari beberapa pemasok, yang mayoritas dari Ciomas, Jawa Barat.

PTSP bidik 40 gerai baru

PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) akan lebih ekspansif pada tahun ini. Pemilik gerai CFC, Sapo Oriental, Cal Donal dan Sugakiya ini menargetkan bisa membuka 30 hingga 40 gerai baru pada tahun ini.

Proyeksi itu lebih tinggi dibandingkan target tahun sebelumnya yang mencapai 25 gerai baru. Direktur PT Pioneerindo Gourmet International Tbk, Teh Kian Kun menjelaskan, untuk melakukan ekspansi tersebut manajemen menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 50 miliar. Dari jumlah itu, senilai Rp 30 miliar akan diperoleh dari pinjaman perbankan dan sisanya berasal dari kas internal.

"Gerai yang kami buka mayoritas masih CFC karena kontribusi terbesar kami dari CFC. Sedangkan Sugakiya sampai saat ini sudah ada tiga gerai dan sampai akhir tahun nanti akan tambah 2–3 gerai lagi," ujar dia, Kamis (9/5).

Hingga kuartal I-2019, manajemen PTSP telah membuka enam gerai baru sehingga totalnya mencapai 303 gerai. Tahun ini, Pioneerindo lebih optimistis dan berharap bisa mencatatkan kinerja yang cukup baik.

Bagikan

Berita Terbaru

RATU Bersiap Mengakuisisi Aset Baru di Bisnis Blok Migas
| Kamis, 27 November 2025 | 04:05 WIB

RATU Bersiap Mengakuisisi Aset Baru di Bisnis Blok Migas

PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) akan mengakuisisi aset blok migas baru di luar portofolio investasinya di Blok Cepu dan Blok Jabung. 

Right Issue Jumbo Tertunda, Laju PANI dan CBDK Tersendat
| Kamis, 27 November 2025 | 04:00 WIB

Right Issue Jumbo Tertunda, Laju PANI dan CBDK Tersendat

PANI masih menunggu surat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas pernyataan pendaftaran PMHMETD III.

Bidik Proyek MBG, Produsen Susu Asal Malaysia Siap Bertarung dengan Pemain Lokal
| Rabu, 26 November 2025 | 17:36 WIB

Bidik Proyek MBG, Produsen Susu Asal Malaysia Siap Bertarung dengan Pemain Lokal

Farm Fresh Bhd. bakal mendirikan pertanian seluas 230 ha di Bandung dan sedang mencari kemitraan untuk membangun distribusi lokal.

Kinerja BBTN Sesuai Target, Laba Bersih Mencapai Rp 2,50 Triliun per Oktober 2025
| Rabu, 26 November 2025 | 15:45 WIB

Kinerja BBTN Sesuai Target, Laba Bersih Mencapai Rp 2,50 Triliun per Oktober 2025

Laba bersih BTN naik 13,72% jadi Rp 2,50 triliun per Oktober 2025, didukung kredit dan DPK. Analis proyeksikan laba Rp 3,30 triliun di 2025.

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja
| Rabu, 26 November 2025 | 08:59 WIB

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja

SMGR sudah pulih, terutama pada kuartal III-2025 terlihat dari pencapaian laba bersih setelah pada kuartal II-2025 perusahaan masih merugi.

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid
| Rabu, 26 November 2025 | 08:53 WIB

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid

Simak analisis prospek saham rumah sakit HEAL, SILO, dan MIKA) tahun 2026 yang berpotensi disulut kenaikan iuran BPJS dan implementasi KRIS.

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS
| Rabu, 26 November 2025 | 08:45 WIB

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS

Pelaku pasar juga menunggu rilis sejumlah data makroekonomi penting seperti indeks harga produsen, penjualan ritel dan produksi industri AS.

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 08:22 WIB

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak

Dirjen Pajak Bimo Wijayanto mengungkapkan rencananya untuk memperketat syarat bagi mantan pegawai pajak untuk menjadi konsultan pajak

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat
| Rabu, 26 November 2025 | 08:17 WIB

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat

Ditjen Bea dan Cukai bakal memangkas kuota hasil produksi kawasan berikat yang didistribusikan ke pasar domestik

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik
| Rabu, 26 November 2025 | 08:10 WIB

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik

Mandiri Spending Index (MSI) per 16 November 2025, yang naik 1,5% dibanding minggu sebelumnya ke level 312,8

INDEKS BERITA

Terpopuler