Pasca IPO, Jasnita Telekomindo Geber Proyek Solusi Smart City

Sabtu, 25 Mei 2019 | 10:08 WIB
Pasca IPO, Jasnita Telekomindo Geber Proyek Solusi Smart City
[]
Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memiliki rencana kerja cukup masif tahun ini, PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) menyiapkan berbagai strategi untuk memperluas pasar. Emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 16 Mei lalu ini berharap bisa membukukan kenaikan pendapatan hingga 50% menjadi Rp 150 miliar akhir tahun ini.

Perusahaan yang bergerak di industri telekomunikasi dan layanan digital ini tercatat sebagai perusahaan ke-12 yang melantai di BEI pada tahun ini. Wakil Direktur Utama Jasnita Telekomindo Welly Kosasih mengatakan, tahun ini perusahaannya fokus pada pengembangan produk-produk unggulan, yakni cloud communication, call center dan proyek solusi smart city.

Melihat kondisi pasar, Welly menilai, bisnis pertama yaitu proyek solusi smart city cukup menjanjikan. Pemerintah daerah dan kabupaten menjadi target pasar utamanya. Sejauh ini, Jasnita sudah mengembangkan proyek solusi smart city di 40 kota di tanah air.

Adapun solusi smart city yang paling banyak digunakan adalah emergency call 112. Ke depannya, Jasnita akan mendorong pemanfaatan solusi smart society dan smart environment di 100 kota di Indonesia hingga akhir tahun.

Solusi smart city Jasnita hingga saat ini sudah diterapkan hampir di seluruh kabupaten dan kota di Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur. Jasnita juga melakukan ekspansi hingga ke Sumatra Selatan, Lampung, dan Batam.

Tahun ini, Jasnita masih fokus memperluas pasar di Indonesia bagian barat dan tengah, serta menjajaki kawasan timur. "Kami optimistis tahun ini bisa menembus 100 kota dengan fokus utama di Jawa Timur," kata Welly, Jumat (24/5). Sedangkan untuk Indonesia Timur, perusahaan sudah hadir di Bima dan Manado, meski kebutuhannya belum tinggi.

Bahkan, saat ini Jasnita sudah mengantongi beberapa kontrak atau MoU dengan beberapa kota, seperti Banyuasin, Pekanbaru, Tangerang, Batam dan Manado, untuk pengembangan smart city. Sedang kota-kota yang masih dalam tahap penjajakan, yakni Samarinda dan Balikpapan.

Jasnita optimistis tahun ini bisa menembus 100 kota. "Jumlah kota atau kabupaten di Indonesia mencapai 500, Meskipun pendapatannya tidak begitu besar, tapi ini jadi pintu masuk kami untuk mengenalkan solusi smart city lainnya," ujar Welly.

Di bisnis call center, JAST berencana menggeser model dari padat tenaga kerja menjadi pengembangan teknologi. Dengan begitu, emiten ini bisa menawarkan produk yang efisien dan hemat biaya bagi perusahaan.

Jasnita memiliki sistem chatting robot (chatbot) yang memungkinkan perusahaan mengirimkan percakapan yang disesuaikan dengan konteks kebutuhan. Dengan menawarkan dua teknologi tersebut, Jasnita mengincar pasar teknologi keuangan (fintech ) dan e-commerce yang tengah menjamur. Maklum bisnis tersebut harus punya line khusus untuk menanggapi komplain konsumennya.

Jasnita juga tengah gencar mendorong proyek cloud communication tahun ini, yang memberikan solusi komunikasi lebih murah. Target pasarnya adalah perusahaan perkantoran yang membutuhkan jaringan telepon tanpa kabel.

Welly memaparkan, investasi yang dibutuhkan untuk membangun proyek smart city dengan smart lighting berkisar Rp 100 miliar–Rp 200 miliar per kota. Sementara itu, untuk membangun fiber optics di pemerintahan, butuh investasi antara Rp 10 miliar–Rp 20 miliar.

Sedangkan untuk adapting kabel dibutuhkan investasi sekitar Rp 100 miliar. "Untuk mendorong tiga proyek di tahun ini, perkiraan kami kebutuhan investasi mencapai Rp 100 miliar–Rp 200 miliar," jelas Welly.

Sumber pendanaannya pun cukup beragam. Mayoritas dari modal kerja perusahaan, 15% dari dana hasil initial public offering (IPO), sisanya berasal dari investasi vendor. Perusahaan ini juga mempertimbangkan penerbitan saham baru sebagai sumber pendana an tahun depan.

Sebagai gambaran, di sepanjang 2018, JAST membukukan pendapatan bersih Rp 100 miliar. Margin laba bersih mencapai 10%–15%, atau sekitar Rp 10 miliar–Rp 15 miliar.

Dengan mendorong tiga produk unggulan tersebut, Welly optimistis Jasnita bisa membukukan kenaikan pendapatan 50% tahun ini menjadi Rp 150 miliar. Sedang pertumbuhan laba bersih diperkirakan masih sekitar 10%–15% dari revenue yang diperoleh tahun ini, atau sekitar Rp 15 miliar-Rp 22,5 miliar.

Adapun sumber utama pendapatan Jasnita di 2019 diprediksi masih akan sama dengan tahun sebelumnya, yakni sekitar 40% berasal dari lini call center, 30%–35% berasal dari cloud communication, sisanya sekitar 25%–30% berasal dari smart city dan lainnya.

Bagikan

Berita Terbaru

Sagu Sampai Silika Digadang Masuk RPJMN, Sudah Digarap CUAN, Sinarmas, dan Sampoerna
| Senin, 04 November 2024 | 11:20 WIB

Sagu Sampai Silika Digadang Masuk RPJMN, Sudah Digarap CUAN, Sinarmas, dan Sampoerna

Para taipan besar lewat sejumlah emiten yang dimilikinya sudah lebih dulu masuk ke komoditas yang diusulkan masuk RPJMN 2025-2029.

Melancong Backpacker Melalui Jalur Komunitas
| Senin, 04 November 2024 | 10:32 WIB

Melancong Backpacker Melalui Jalur Komunitas

Liburan mandiri alias backpacker masih ramai peminat. Mereka berkumpul lewat komunitas sambil berbagi informasi dan trip saat berlibur.

Tetap Dulang Laba saat Kondisi Ekonomi Menantang
| Senin, 04 November 2024 | 10:27 WIB

Tetap Dulang Laba saat Kondisi Ekonomi Menantang

Pendapatan bunga masih menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan laba bank. Untuk itu, pendapatan bunga berpengaruh besar terhadap laba.

Daya Beli Turun, Wisata Jalan Terus
| Senin, 04 November 2024 | 10:22 WIB

Daya Beli Turun, Wisata Jalan Terus

Di tengah penurunan daya beli, masyarakat masih riuh berburu promosi produk wisata. OTA berusaha menangkap peluang jelang akhir tahun ini.

Menanti Penerbitan Obligasi Daerah di Era Pemerintahan Prabowo
| Senin, 04 November 2024 | 09:25 WIB

Menanti Penerbitan Obligasi Daerah di Era Pemerintahan Prabowo

Obligasi daerah sebagai instrumen baru diyakini memiliki nilai yang sangat strategis. Selayaknya pemerintah pusat proaktif.

Diborong Deutsche Bank hingga Goldman Sachs, Analis Kompak Rekomendasi Buy Saham BMRI
| Senin, 04 November 2024 | 08:45 WIB

Diborong Deutsche Bank hingga Goldman Sachs, Analis Kompak Rekomendasi Buy Saham BMRI

Tak lama setelah laporan keuangan BMRI per kuartal III-2024 dirilis, para analis kompak memberikan rekomendasi beli BMRI.

Banyak Pabrik Tutup, Utilisasi Industri Tekstil Makin Redup
| Senin, 04 November 2024 | 07:50 WIB

Banyak Pabrik Tutup, Utilisasi Industri Tekstil Makin Redup

Tingkat utilisasi industri hulu TPT tinggal 40% akibat maraknya gempuran produk impor dan pelemahan daya beli.

Akuisisi Aset Migas Topang Kinerja ENRG
| Senin, 04 November 2024 | 07:45 WIB

Akuisisi Aset Migas Topang Kinerja ENRG

Peningkatan produksi minyak dan rata-rata harga jual migas yang lebih baik menopang kinerja selama sembilan bulan pertama tahun ini.

APLN Memacu Kinerja Hingga Akhir Tahun
| Senin, 04 November 2024 | 07:35 WIB

APLN Memacu Kinerja Hingga Akhir Tahun

Dari lini bisnis properti, APLN membukukan perolehan marketing sales sebesar Rp 1,37 triliun per September 2024.

Masih Ada Risiko, BPK Minta BI Evaluasi dan Sempurnakan BI-FAST
| Senin, 04 November 2024 | 07:34 WIB

Masih Ada Risiko, BPK Minta BI Evaluasi dan Sempurnakan BI-FAST

Transaksi menggunakan BI-FAST tumbuh pesat, pada kuartal III-2024 mencapai 924,89 juta transaksi, naik 61,10%.

INDEKS BERITA

Terpopuler