Pebisnis Enggan Ekspansi, Harga Komoditas Pangan di Dunia Berlari Kencang

Selasa, 08 Maret 2022 | 13:28 WIB
Pebisnis Enggan Ekspansi, Harga Komoditas Pangan di Dunia Berlari Kencang
[ILUSTRASI. Infografik: Indeks harga pangan rata-rata dan per kelompok untuk Februari 2022]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakstabilan harga semakin membayangi dunia. Setelah komoditas energi yang berlari kencang sejak tahun lalu, komoditas pangan kini mengambil ancang-ancang.

Indeks Harga Pangan dunia yang disusun Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) untuk Februari memperlihatkan pertumbuhan sebesar 20,7% year-on-year. Itu merupakan kenaikan tertinggi dalam basis tahunan, demikian pernyataan badan pangan yang berada di bawah naungan PBB itu, akhir pekan lalu.

Indeks yang melacak harga sejumlah kelompok komoditas pangan yang paling banyak diperdagangankan di dunia itu rata-rata sebesar 140,7 poin di Februari. Angka itu lebih tinggi dibandingkan indeks rata-rata di bulan Januari, yaitu 135,4 poin.

Baca Juga: JPMorgan Hapus Obligasi Rusia dari Semua Indeks Pendapatan Tetapnya

Menyertai indeks harga pangan rata-rata, FAO juga menerbitkan indeks harga untuk jenis-jenis komoditas pangan yang paling besar perdagangannya. Indeks minyak nabati (oils) naik 8,5% di bulan Februari menjadi 201,70.Sedang indeks harga sereal (cereals) 3% menjadi 144,8.

Indeks harga produk susu memperpanjang kenaikan menjadi enam bulan berturut-turut dengan tumbuh 6,4% di Februari menjadi 141,1. Dan indeks harga daging naik 1,1% pada Februari. Sebaliknya, gula adalah satu-satunya indeks yang mencatat penurunan. Bahan pemanis itu turun 1,9% dari bulan sebelumnya menjadi 110,6 di bulan Februari. (Lihat infografik).

Apa yang mendorong harga bahan pangan di dunia melonjak? Ekonom FAO Upali Galketi Aratchilage mengatakan kecemasan atas hasil panen dan ketersediaan pasokan cuma sebagian dari penyebab kenaikan harga pangan global.

"Dorongan kenaikan harga pangan yang jauh lebih besar berasal dari faktor-faktor di luar produksi pangan. Terutama yang berhubungan dengan sektor energi, pupuk, dan pakan," tutur Arachilage seperti dikutip Reuters. 

Ia menjelaskan, kenaikan harga energi, pupuk dan pakan menekan margin keuntungan produsen bahan pangan. Dalam situasi bisnis semacam itu, produsen bahan pangan cenderung enggan berinvestasi dan memperluas produksi."

Patut diingat, FAO mengompilasi data untuk penyusunan indeks sebelum militer Rusia melakukan invasi ke Rusia. Konflik Rusia dan Ukraina tentu berdampak ke pasar bahan pangan. Analis di pasar pangan global memperingatkan konflik yang berkepanjangan di Ukraina akan berdampak besar terhadap ekspor biji-bijian.

Baca Juga: Untuk Diversifikasi, Ini Pilihan Saham Non Komoditas untuk Trading Hari Selasa (8/3)

Kedua negara yang terlibat konflik, yaitu Ukraina dan Rusia, menyumbang sekitar 80% dari ekspor global minyak bunga matahari. Aksi militer Rusia di Ukraina juga berpotensi menghambat aliran pasokan global dari pelabuhan-pelabuhan yang ada di Laut Hitam. Dan, kecemasan semacam itu bisa berujung ke terungkitnya harga sereal, semacam gandum.

Tren kenaikan harga pangan dunia itu belum terlalu bergaung di dalam negeri. Lihat saja indeks harga konsumen untuk bulan Februari 2022. Badan Pusat Statistik (BPS), awal bulan ini, menyatakan indeks harga konsumen untuk Februari mengalami penurunan, alias deflasi sebesar 0,02% month-to-month.

Kelompok makanan, minuman dan tembakau merupakan salah satu komponen pengeluaran yang menyumbang deflasi. Dalam catatan BPS, harga makanan, minuman dan tembakau di bulan Februari tergerus 0,84% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Namun jika diukur dalam basis tahunan, harga makanan, minuman dan tembakau memang mengalami peningkatannya. Dalam perhitungan BPS, besar kenaikan harga makanan, minuman dan tembakau pada Februari mencapai 2,51% dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya.

Bagikan

Berita Terbaru

Harga Emas Bisa Mencapai US$ 5.000, Saham MDKA dan ANTM Menjadi Sorotan
| Minggu, 07 September 2025 | 17:34 WIB

Harga Emas Bisa Mencapai US$ 5.000, Saham MDKA dan ANTM Menjadi Sorotan

Secara historis, lemahnya dolar AS dan turunnya suku bunga mendorong daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Cek Skor Kredit demi Pencapaian Penting dalam Hidup
| Minggu, 07 September 2025 | 07:00 WIB

Cek Skor Kredit demi Pencapaian Penting dalam Hidup

Jangan hanya tahu platform pinjaman, tapi unduh juga aplikasi cek skor kredit biar berimbang dalam memanfaatkan fasilitas utang.

Asuransi Perjalanan Jadi Kontributor Utama saat Makin Banyak yang Jalan-Jalan
| Minggu, 07 September 2025 | 06:30 WIB

Asuransi Perjalanan Jadi Kontributor Utama saat Makin Banyak yang Jalan-Jalan

Bisnis asuransi perjalanan menunjukkan pertumbuhan positif. Online travel agent dan platform digital lainnya bisa memperluas akses.

Balik ke Fase Ekspansif, Prospek Industri Hijau Positif
| Minggu, 07 September 2025 | 06:15 WIB

Balik ke Fase Ekspansif, Prospek Industri Hijau Positif

Industri manufaktur kembali ke fase ekspansif. Ini sekaligus berpeluang mengembangkan industri hijau di Tanah Air.

Tambang Emas Itu Bernama Sampah Rumah Tangga
| Minggu, 07 September 2025 | 05:45 WIB

Tambang Emas Itu Bernama Sampah Rumah Tangga

Lewat program konversi sampah menjadi emas, Pegadaian meramu dua hal sekaligus, membangun literasi investasi dan budaya ramah lingkungan.

Cuan Cetar dari Produksi Camilan Bar
| Minggu, 07 September 2025 | 05:35 WIB

Cuan Cetar dari Produksi Camilan Bar

Tren gaya hidup sehat butuh sumber nutrisi sehat. Salah satunya camilan bar yang mengenyangkan. Belakangan camilan bar diminati banyak orang.

 
BI dan Pemerintah Berbagi Beban
| Minggu, 07 September 2025 | 05:10 WIB

BI dan Pemerintah Berbagi Beban

BI dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sepakat menanggung beban sama besar alias separo-separo atas bunga surat utang pemerintah.​

Banyak Aksi Unjuk Rasa, IHSG Sepekan Cuma Naik Tipis
| Minggu, 07 September 2025 | 04:25 WIB

Banyak Aksi Unjuk Rasa, IHSG Sepekan Cuma Naik Tipis

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.867,35 pada perdagangan Kamis (4/9) atau melemah 0,23% dibandingkan hari sebelumnya

Risiko Tambahan Emiten Komoditas Nikel
| Minggu, 07 September 2025 | 04:15 WIB

Risiko Tambahan Emiten Komoditas Nikel

Konsumsi baterai FLP yang semakin meningkat bisa membuat pengelola smelter berpotensi kehilangan pasar strategis

Ketidakpastian Masih Tinggi, Begini Catatan Sekuritas Asing Soal IHSG
| Minggu, 07 September 2025 | 04:10 WIB

Ketidakpastian Masih Tinggi, Begini Catatan Sekuritas Asing Soal IHSG

Sepekan dalna asing net sell Rp 5,28 triliun, analis berharap pasar modal akan kembali membaik di jangka panjang

INDEKS BERITA

Terpopuler