Pemenang Pemilu Perlu Strategi Baru untuk Mendorong Ekonomi

Senin, 22 April 2019 | 07:41 WIB
Pemenang Pemilu Perlu Strategi Baru untuk Mendorong Ekonomi
[]
Reporter: Benedicta Prima, Grace Olivia | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Jika merujuk ke hitung cepat, Joko Widodo (Jokowi) akan melanjutkan tugasnya sebagai presiden negeri ini di periode 2019-2024. Yang patut dicatat, Presiden Jokowi akan menghadapi tantangan yang tidak mudah dalam mengelola roda ekonomi negeri ini di masa pemerintahannya yang kedua. Pemerintahan baru nanti perlu menerapkan strategi baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

Sebagai gambaran, di masa pertama pemerintahan Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2014 cenderung berkutat di kisaran 5%. Angka itu jauh di bawah angka yang ditargetkan pemerintahan Jokowi di awal masa pemerintahannya, yaitu 7%.

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, Morgan Stanley menilai pemerintah perlu melanjutkan reformasi struktural yang sudah dirintis lima tahun terakhir. Tim Ekonom Morgan Stanley Asia Ltd menyebutkan, reformasi structural Indonesia babak kedua harus fokus ke peningkatan produktivitas dan daya saing di sektor non-komoditas.

Tujuannya agar ada diversifikasi mesin pertumbuhan ekonomi dan mengantisipasi pelemahan harga komoditas. "Ini bisa meningkatkan kapasitas ekspor dan mengurangi kebutuhan impor," tulis Deyi Tan, Ekonom Morgan Stanley Asia Ltd dalam riset tertulis yang dirilis akhir pekan lalu.

Reformasi struktural juga harus memastikan pendanaan diarahkan pada sektor produktif seperti infrastruktur dan pendidikan. Pemerintah juga harus mengevaluasi kebijakan tenaga kerja berbasis daya saing, agar laju upah konsisten dengan peningkatan produktivitas dan membantu perusahaan menjaga laba. Pemerintah harus meningkatkan lanskap investasi agar menarik investasi asing secara langsung atau foreign direct investment (FDI).

Wakil Ketua Komite Tetap Kadin Herman Juwono sepakat bahwa pemerintah seharusnya mengubah strategi jika ingin mendongkrak pertumbuhan ekonomi. "Pembangunan infrastruktur yang masif lima tahun terakhir sebaiknya dilonggarkan. Pemerintah bisa fokus pada isu kesejahteraan sosial, hingga ekonomi kreatif dan ekonomi digital," kata Herman, Minggu (21/4).

Namun, pemerintah jangan merombak besar-besaran kebijakan ekonomi yang berpotensi menghambat dunia usaha dan industri. Dia berharap, kebijakan penyederhanaan aturan juga mesti diteruskan. "Upaya menciptakan sentra-sentra pertumbuhan ekonomi yang baru seperti kawasan industri, Kawasan Ekonomi Khusus juga bisa memicu pertumbuhan dan mestinya terus dikembangkan pemerintah," tandas Herman.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira sepakat, pemerintah perlu memacu mesin pertumbuhan ekonomi lain. Sebab, harga komoditas andalan ekspor Indonesia selama ini, seperti sawit, batubara, dan karet, masih akan tertekan.

Bhima melihat, sektor pariwisata bisa jadi pilihan, dan terus mendorong industrialisasi. Kedua sektor ini bisa tumbuh melalui investasi. "Pemerintah perlu mengevaluasi kinerja online single submission (OSS) yang belum terintegrasi antara pusat dan daerah," tandas dia.

Bagikan

Berita Terbaru

Adrian Maulana, Terus Belajar dalam Dunia Investasi
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 10:22 WIB

Adrian Maulana, Terus Belajar dalam Dunia Investasi

Adrian juga rajin membaca buku tentang investasi. Ia termasuk orang yang tidak pelit untuk membeli hingga puluhan buku terkait dunia investasi.

Sepekan, Kurs Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ini Penyebabnya
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 10:06 WIB

Sepekan, Kurs Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS, Ini Penyebabnya

Dolar AS berbalik melemah  merespons pidato dovish pejabat  The Fed yang menyerukan pemangkasan suku bunga segera dilakukan FOMC akhir bulan ini.

Profit 24,95% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (19 Juli 2025)
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 08:34 WIB

Profit 24,95% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (19 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 19 Juli 2025 di Logammulia.com Rp 1.927.000 per gram, harga buyback Rp 1.773.000 per gram.

Petrosea (PTRO) Meraih Pinjaman BBNI Rp 2,19 Triliun
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:56 WIB

Petrosea (PTRO) Meraih Pinjaman BBNI Rp 2,19 Triliun

PT Petrosea Tbk (PTRO) menandatangani perjanjian pinjaman dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai US$ 135 juta, setara Rp 2,19 triliun.

Semester I-2025, Laba PAM Mineral (NICL) Melejit 386%
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:51 WIB

Semester I-2025, Laba PAM Mineral (NICL) Melejit 386%

Di sepanjang enam bulan pertama tahun ini, kinerja top line dan bottom line PT PAM Mineral Tbk (NICL) melesat signifikan.​

Prospek Emiten Terdongkrak Harga Mineral
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:46 WIB

Prospek Emiten Terdongkrak Harga Mineral

Harga sejumlah komoditas logam mineral di pasar global terus mencatatkan kenaikan di sepanjang tahun 2025 berjalan.

Sentimen Lokal dan Global Mendorong IHSG Menguat 3,75% Dalam Sepekan
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:37 WIB

Sentimen Lokal dan Global Mendorong IHSG Menguat 3,75% Dalam Sepekan

Penguatan IHSG di pekan ini, antara lain, ditopang rilis data ekonomi China, data inflasi Amerika Serikat (AS) dan saham-saham konglomerasi.

Pancaran Samudera Transport Membentangkan Layar di Bursa Saham
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:30 WIB

Pancaran Samudera Transport Membentangkan Layar di Bursa Saham

Mengupas profil dan rencana bisnis PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT) pasca menggelar penawaran saham perdana

Laba Bersih Sinergi Inti Andalan (INET) Melonjak Tiga Digit di Semester I-2025
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:29 WIB

Laba Bersih Sinergi Inti Andalan (INET) Melonjak Tiga Digit di Semester I-2025

Per 30 Juni 2025, laba bersih PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) mencapai Rp 7,77 miliar di semester I-2025, melesat 666,66% secara tahunan.

Penurunan Tarif Impor AS, Membuka Peluang Ekspor CPO
| Sabtu, 19 Juli 2025 | 07:22 WIB

Penurunan Tarif Impor AS, Membuka Peluang Ekspor CPO

Penurunan tarif impor produk Indonesia ke AS jadi 19% bisa jadi katalis positif emiten produsen minyak sawit (CPO​).

INDEKS BERITA

Terpopuler