Penanak Nasi

Selasa, 29 November 2022 | 08:00 WIB
Penanak Nasi
[]
Reporter: Hendrika Yunapritta | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suatu kali, almarhum Bondan Winarno pernah berbagi kisah saat  tinggal di mancanegara, ia suka mengundang orang untuk bersantap.

Rata-rata, tamu yang makanan pokoknya bukan nasi itu, merasa takjub pada orang Asia yang biasanya jago  masak nasi. Rasa nasi bikinan orang Asia, bisa berasa pulen, tidak keras, dan nikmat. 

Takaran air dan lama menanak,  adalah kunci masak nasi, yang tidak semua orang tahu. Kalau sudah begitu, kata Bondan, dia hanya tersenyum dan mengeluarkan "senjata rahasia". Rice cooker alias penanak nasi!

Maklum, waktu itu, rice cooker belum  populer. Jadi, menurut alm. Bondan, banyak orang heran dengan cara masak nasi yang tinggal kasih air dan colok listrik.

Lama-lama, rice cooker  jadi kebutuhan bagi para penyantap nasi. Di Indonesia, pasar rice cooker sudah pasti gede. Tahun 2004, dikutip Kontan, penjualan rice cooker berkisar 3,5 juta per tahun. Tahun 2013, bengkak jadi 25 juta unit.

Varian dan merek rice cooker juga makin banyak. Yang paling murah, adalah rice cooker mini dengan kapasitas beras 0,6 liter, harganya sekitar Rp 110 ribu.

Tentu, banyak pula rice cooker kelas 'sultan' yang banderolnya  lebih mahal. Biasanya, alat masak ini punya berbagai kemampuan, tidak hanya untuk menanak nasi dan mengukus saja.

Tampilannya pun lain: digital. Konsumsi listriknya juga lebih besar, antara 300-500 watt. Sebagai perbandingan, rice cooker biasanya, membutuhkan listrik 200-350 watt. 

Rice cooker inilah yang menurut wacana akan dibagikan ke ratusan ribu rumah tangga tak mampu. Tujuannya untuk mengurangi konsumsi gas elpiji 3kg serta meningkatkan konsumsi listrik. Pembagian alat masak ini, ditengarai bisa menghemat subsidi elpiji Rp 52,2 miliar, dari total pengadaan Rp 240 miliar.

Banyak tanggapan atas wacana awal pembagian rice cooker digital ini. Salah satunya, rice cooker dengan kebutuhan listrik tinggi, dirasa kurang cocok dibagikan untuk rumah tangga konsumen listrik 450 watt yang jadi sasaran. Hal ini, konon, bisa diatasi dengan jalur listrik khusus ke MCB. 

Selain itu, tak ada jaminan berbagai fitur memasak di perangkat canggih ini akan terpakai semua dan tujuan penghematan elpiji bakal tercapai. Toh, sekarang mereka juga sudah masak nasi pakai rice cooker.

Maka, jika tujuannya mengurangi subsidi elpiji, harusnya dipikirkan mekanisme distribusi gas yang lain. Begitupun wacana menaikkan konsumsi listrik. Janganlah mengulang kisah kompor induksi.  

Bagikan

Berita Terbaru

Menilik Peluang FILM Menyusup ke MSCI Global Standard
| Rabu, 10 Desember 2025 | 20:31 WIB

Menilik Peluang FILM Menyusup ke MSCI Global Standard

Menurutnya, pergerakan harga FILM merupakan kombinasi antara dorongan teknikal dan peningkatan kualitas fundamental.

Emiten Terafiliasi Grup Bakrie Kompak Menguat Lagi, Simak Rekomendasi Analis
| Rabu, 10 Desember 2025 | 20:09 WIB

Emiten Terafiliasi Grup Bakrie Kompak Menguat Lagi, Simak Rekomendasi Analis

Konglomerasi Salim bawa kredibilitas korporat, akses modal yang kuat, network bisnis yang luas, sehingga menjadi daya tarik investor institusi.

Reli Cepat Berujung Koreksi, Ini Prediksi Arah Harga Saham Mandiri Herindo (MAHA)
| Rabu, 10 Desember 2025 | 19:56 WIB

Reli Cepat Berujung Koreksi, Ini Prediksi Arah Harga Saham Mandiri Herindo (MAHA)

PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk (MAHA) mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham dengan dana sebanyak-banyaknya Rp 153,58 miliar.

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 11:00 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Selain inisiatif ekspansinya, FAST akan diuntungkan oleh industri jasa makanan Indonesia yang berkembang pesat.

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia
| Rabu, 10 Desember 2025 | 10:00 WIB

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia

Setelah pergantian kepemilikan, gerak LABA dalam menggarap bisnis baterai cukup lincah di sepanjang 2024.

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:30 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Industri jasa makanan Indonesia diproyeksikan akan mencatat pertumbuhan hingga 13% (CAGR 2025–2030). 

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:05 WIB

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara

Regulasi DHE 2026 mengurangi konversi valuta asing menjadi rupiah dari 100% ke 50%, membatasi likuiditas perusahaan batubara.

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:51 WIB

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya

Kebutuhan modal kerja untuk mengerjakan proyek IKN justru bisa menambah tekanan arus kas dan memperburuk leverage.

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:49 WIB

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun

Emiten bahan bangunan milik konglomerat Hermanto Tanoko itu berencana menambah tiga gerai baru tahun depan.

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:35 WIB

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO

Emiten yang memiliki basis kebun kelapa sawit di Kalimantan diprediksi relatif lebih aman dari gangguan cuaca.

INDEKS BERITA

Terpopuler