Pengembangan Proyek Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Terganjal Sejumlah Masalah

Kamis, 31 Januari 2019 | 07:50 WIB
Pengembangan Proyek Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Terganjal Sejumlah Masalah
[]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan proyek pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) masih terkendala sejumlah masalah. Akses pembiayaan merupakan salah satu kendala utama. Hal itu tercermin dari tersendatnya proyek kelistrikan berbasis EBT belakangan ini.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dari 75 proyek yang sudah meneken kontrak jual-beli atau power purchase agreement (PPA) sepanjang tahun 2017-2018, baru ada lima proyek (setara 7%) yang masuk tahap commercial operation date (COD) alias siap memproduksi listrik.

Kemudian sebanyak 30 proyek (40%) masih tahap konstruksi dan sebanyak 40 proyek (53) masih harus berjuang untuk mendapatkan kepastian pendanaan atau financial close (FC).

Harris, Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan (EBT) Kementerian ESDM, mengemukakan, proyek EBT berkapasitas besar atau di atas 10 megawatt (mw) cenderung lebih mudah untuk mendapatkan pendanaan.

Namun, proyek EBT saat ini didominasi skala kecil seperti pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTMH) dengan kapasitas di bawah 10 mw hingga 1 mw. "Kalau yang kecil, tantangannya banyak karena skala keekonomiannya tidak begitu bagus," ujar dia, Rabu (30/1).

Di sisi lain, pengembangan proyek EBT seringkali terbentur masalah lingkungan. Tak pelak, isu lingkungan mengganjal pendanaan dari perbankan karena proyeknya dinilai berisiko. "Contoh di Batang Toru, ada pihak yang mempermasalahkan habitat orang utan, juga PLTA Tangkur di Aceh," terang Harris.

Di samping pendanaan dan aspek lingkungan, hal yang menghambat pengembangan proyek pembangkit EBT adalah masalah teknis, baik dalam pengajuan proposal pendanaan maupun studi kelayakan teknis alias feasibility study (FS) dari proyek itu.

Fauzi Imron dari Komite Energi Terbarukan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) juga tak menampik masih banyak pelaku usaha yang bermasalah dalam studi kelayakan dan proposal pendanaan proyek EBT. "Memang beberapa kualitas studi yang disiapkan tidak bagus, bahkan ekuitasnya belum siap, sehingga tidak bankable," ungkap dia.

Menurut Fauzi, masalah pengembangan EBT cukup kompleks, mulai dari tarif jual beli dan biaya pokok penyediaan (BPP), pendanaan, serta lahan. "Perlu ada insentif pada lahan, karena ini menjadi salah satu komponen pengembangan yang paling mahal. Di Jawa dan Bali, biaya lahan bisa 30%-40% dari total biaya pembangunan," sebut dia.

Kendala lainnya adalah mengenai skema penyerahan aset ketika kontrak berakhir atau build, own, operate and transfer(BOOT). Jika skema BOOT itu tidak dihapus, maka harus dikaji ulang.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Grup Djarum Akumulasi Beli di Tengah Koreksi SSIA, Harga Berpotensi Lanjut Naik
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 18:17 WIB

Grup Djarum Akumulasi Beli di Tengah Koreksi SSIA, Harga Berpotensi Lanjut Naik

Pembelian pertama saham SSIA dilakukan Dwimuria pada 4 Juli 2025, yakni sebanyak 247.992.700 saham (5,27%) modal ditempatkan dan disetor penuh.

Profit 27,11% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak (5 Agustus 2025)
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 17:02 WIB

Profit 27,11% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak (5 Agustus 2025)

Harga emas batangan Antam 24 hari ini masih sesuai update 4 Agustus 2025 di Logammulia.com Rp 1.959.000 per gram, buyback Rp 1.805.000 per gram.

PDB Indonesia Naik 5,12% di Kuartal II-2025, Investasi Meningkat Saat Konsumsi Seret
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 12:55 WIB

PDB Indonesia Naik 5,12% di Kuartal II-2025, Investasi Meningkat Saat Konsumsi Seret

BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 mencapai 5,12% secara tahunan.

Rogoh Kocek Rp 800 Miliar, Bangun Kosambi (CBDK) Bangun Hotel Hilton di PIK2
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 10:55 WIB

Rogoh Kocek Rp 800 Miliar, Bangun Kosambi (CBDK) Bangun Hotel Hilton di PIK2

Hotel Hilton Jakarta PIK2 ini dirancang menjadi akomodasi utama bagi pelaku MICE, wisatawan, hingga pebisnis dari dalam dan luar negeri. ​

Kinerja Keuangan Masih Turun tapi Target Harga Saham UNVR Dikerek Sejumlah Sekuritas
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 08:49 WIB

Kinerja Keuangan Masih Turun tapi Target Harga Saham UNVR Dikerek Sejumlah Sekuritas

Buyback dengan anggaran Rp 2 triliun akan meningkatkan EPS dan menjadi penopang harga saham UNVR dalam jangka pendek.

Sentimen Daya Beli Masyarakat Melemah, Berikut Proyeksi IHSG Hari Ini
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 08:26 WIB

Sentimen Daya Beli Masyarakat Melemah, Berikut Proyeksi IHSG Hari Ini

Ini bukti daya beli melemah, seiring komposisi produk domestik bruto (PDB) terbesar dari konsumsi rumah tangga. 

Seiring Akuisisi Perusahaan Pertambangan Emas Grup HBS, Margin PTRO Bakal Terdongkrak
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 08:18 WIB

Seiring Akuisisi Perusahaan Pertambangan Emas Grup HBS, Margin PTRO Bakal Terdongkrak

Efek akuisisi diprediksi akan berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan PT Petrosea Tbk (PTRO) mulai 2026.

Aneka Tambang (ANTM) Meraih Fasilitas Kredit Senilai Rp 8,2 Triliun
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 08:12 WIB

Aneka Tambang (ANTM) Meraih Fasilitas Kredit Senilai Rp 8,2 Triliun

Bunga dengan jumlah keseluruhan dari margin, yaitu 1,025% untuk kreditur luar negeri dan 1,075% untuk kreditur dalam negeri.

Rilis Kinerja yang Apik Jadi Momentum bagi Investor Ambil Untung di Saham FORE
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 07:55 WIB

Rilis Kinerja yang Apik Jadi Momentum bagi Investor Ambil Untung di Saham FORE

Tekanan jual yang masih tinggi membuat investor mesti lebih berhati-hati saat ingin masuk ke saham FORE dalam jangka pendek.

Menjaga Kinerja Investasi, Investor Memburu Portofolio yang Lebih Aman
| Selasa, 05 Agustus 2025 | 07:48 WIB

Menjaga Kinerja Investasi, Investor Memburu Portofolio yang Lebih Aman

Dana asing yang hengkang dari pasar domestik mencerminkan bahwa sebagian investor asing kini memilih pasar lain

INDEKS BERITA

Terpopuler