Pengurangan Pasokan OPEC dan Sanksi Venezuela Menopang Harga Minyak Mentah

Senin, 04 Februari 2019 | 14:27 WIB
Pengurangan Pasokan OPEC dan Sanksi Venezuela Menopang Harga Minyak Mentah
[]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Pergerakan harga minyak pada Senin (4/2) stabil. Harga minyak mentah positif mempertahankan kenaikan di sesi sebelumnya lantaran ada pengurangan pasokan oleh OPEC dan sanksi AS terhadap Venezuela.

Minyak mentah berjangka Brent berada di level US$ 62,76 per barel pada Senin, naik 1 sen di atas penutupan terakhir. Brent berhasil naik lebih dari 3% di sesi sebelumnya. Dengan begitu, minyak mentah ini mencapai posisi tertingginya sejak 21 November lalu.

Begitu juga dengan minyak berjangka WTI AS berada di level US$ 55,2 per barel, turun 6 sen dari posisi terakhirnya. WTI naik 2,73% dari posisi terakhirnya dan tertinggi sejak 19 November tahun lalu.

Turunnya pasokan dari OPEC, berkurangnya jumlah rig minyak AS dan sanksi penjualan minyak Venezuela membuat harga minyak kembali menguat.

“Sementara output Venezuela dilaporkan naik bulan lalu, sanksi baru AS terhadap negara itu dapat mengurangi pasokan global sebanyak 0,5% hingga 1%,” kata Vivek Dhar, analis komoditas Commonwealth Bank Australia, seperti dikutip Reuters, Senin (4/2).

Sanksi tersebut membatasi transaksi minyak antara Venezula dan negara lain. Mirip dengan sanksi yang dijatuhkan pada Iran tahun lalu. Pasokan minyak OPEC turun pada Januari dengan jumlah terbesar dalam dua tahun.

Produksi minyak Rusia pada Januari tak mencapai target. Data dari kementerian energi Rusia menyebut produksi bulan lalu turun menjadi 11,38 juta barel per hari, turun 35 ribu barel per hari.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan pemotongan produksi negara itu akan mencapai 50 ribu barel per hari pada Januari tahun ini. Rusia berjanji untuk mengurangi produksi minyak sekitar 230 ribu barel per hari mulai Oktober mendatang.

Begitu juga dengan perusahaan-perusahaan energi di AS yang mulai pekan lalu memangkas jumlah rig minyak. Dengan begitu, perusahaan ini beroperasi dalam level terendah sejak delama bulan terakhir. Beberapa pengebor minyak juga berencana untuk mengurangi pengeluaran sumur-sumur baru tahun ini.

“Jatuhnya harga minyak akhir tahun lalu membuat perusahaan minyak berhati-hati,” ujar Dhar.

Sementara itu, harapan untuk mencairkan China-AS, juga telah membantu meredakan hubungan kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi.

“Sementara AS dan China belum mencapai kesepakatan, pasar didukung oleh laporan bahwa mereka telah membuat kemajuan yang signifikan,” kata ANZ Bank dalam catatan dan dikutip Reuters, Senin (4/2).

Presiden AS, Donald Trump minggu lalu mengatakan akan bertemu Presiden China Xi Jinping dua kali dalam beberapa minggu mendatang untuk memastikan kesepakatan perdagangan yang komprehensif dengan Beijing. Meski begitu, Trump juga mengakui bahwa kesepakatan yang akan dicapai juga belum begitu jelas.

Secara keseluruhan, Fitch Solutions mengatakan pada Senin, bahwa pasar minyak memiliki prospek bullish yang fundamental. Ini lantaran pengurangan pasokan yang dipimpin OPEC bersamaan dengan meningkatnya permintaan minyak.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku
| Jumat, 22 November 2024 | 15:14 WIB

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku

Kepemilikan Prajogo Pangestu dalam emiten Gozco Group, diakitkan dengan investasi Gozco di PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB),  

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI
| Jumat, 22 November 2024 | 14:33 WIB

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI

Dua nama calon menteri Donald Trump yang pro energi fosil, yakni Doug Burgum calon Menteri Dalam Negeri dan Chris Wright calon Menteri Energi.

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal
| Jumat, 22 November 2024 | 09:50 WIB

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal

Tahun ini BPDPKS menargetkan setoran pungutan ekspor sawit sebesar Rp 24 triliun, turun dari target awal

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan
| Jumat, 22 November 2024 | 09:32 WIB

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan

Ribuan masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang menolak rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12% tersebut

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana
| Jumat, 22 November 2024 | 09:14 WIB

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana

Menurut Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto, tax amnesty tidak bisa diterapkan terus-menerus dalam waktu singkat

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru
| Jumat, 22 November 2024 | 09:12 WIB

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru

Kendati harga saham pendatang baru sudah naik tinggi hingga ratusan persen, waspadai pembalikan arah

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

Mimpi ke Piala Dunia
| Jumat, 22 November 2024 | 08:00 WIB

Mimpi ke Piala Dunia

Indonesia harus mulai membuat cetak biru pengembangan sepakbola nasional yang profesional agar mimpi ke Piala Dunia jadi kenyataan.

INDEKS BERITA

Terpopuler