Perang layanan dan promo menggiurkan

Kamis, 07 Maret 2019 | 18:16 WIB
Perang layanan dan promo menggiurkan
[]
Reporter: Sumber: Tabloid Kontan | Editor: Nina Dwiantika

KONTAN.CO.ID - Tawaran cashback dari penyedia dompet digital (e-wallet) untuk pembayaran benar-benar menggoda Litya. Bagaimana tidak? Saat ada program spesial, cashback bisa sampai 60%, dari biasanya cuma 5% hingga 20%.


Alhasil, beberapa bulan terakhir, perempuan 31 tahun ini jadi pengguna dompet elektronik. “Saya seringkali menggunakannya untuk membeli makan siang di gerai-gerai yang memberikan promo cashback,” kata karyawan swasta sebuah perusahaan di Jakarta ini.


Ya, tawaran cashback jadi salah satu daya tarik orang memiliki dompet digital. Selain tentu saja, kemudahan melakukan berbagai pembayaran cukup dengan satu platform, mulai belanja, transportasi online, tagihan, hingga cicilan.


Enggak heran, jumlah pengguna dompet digital terus bertambah dengan cepat. Total angkanya sudah menembus puluhan juta pengguna.

Itu sebabnya, pemain baru dompet digital terus berdatangan. Teranyar: LinkAja. Sejatinya, LinkAja merupakan jelmaan dari Tcash, dompet digital keluaran PT Telkomsel.


Tapi, kini LinkAja ada di bawah bendera PT Fintek Karya Nusantara (Finarya). Dan, LinkAja datang ke pasar dompet digital tanah air sebagai raksasa. Sebab, mereka hasil sinergi Tcash dengan tiga dompet digital besutan bank badan usaha milik negara (BUMN). Yakni, e-cash milik Bank Mandiri, UnikQu kepunyaan Bank Negara Indonesia (BNI) dan T-Bank dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).


Danu Wicaksana, Direktur Utama Finarya, mengatakan, LinkAja bakal segera meluncur. “Launching-nya direncanakan awal Maret ini,” katanya.


Proses migrasi ke LinkAja baru berlaku untuk pengguna Tcash pada 22 Februari lalu. Mulai 1 Maret 2019, giliran pengguna e-cash, UnikQu, dan T-Bank bisa melakukan pemindahan data dan dana mereka ke LinkAja. Jadi, “Proses migrasi secara bertahap, nanti di bulan Maret,” imbuh Danu yang menjamin tak ada dana yang hilang dalam proses migrasi.


Dadang Setiabudi, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI, menegaskan, begitu pengguna UnikQu selesai melakukan proses migrasi, otomatis saldo pindah ke LinkAja. “Ini sejauh nomor ponsel UnikQu sama dengan nomor di LinkAja atau Tcash,” terangnya.


Tidak hanya UnikQu, seluruh user Yap! BNI juga akan ikut bermigrasi ke LinkAja. Saat ini, BNI mencatat, pengguna Yap! mencapai 400.000 user.
Thomas Wahyudi, Senior Vice President Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri, bilang, pihaknya menyerahkan sepenuhnya proses migrasi pengguna e-cash ke LinkAja kepada Finarya.


Proses migrasi tersebut berlangsung hingga 30 Juni 2019 mendatang. Jika sampai tenggat waktu itu pengguna Tcash, UnikQu, e-cash dan T-Bank tidak juga melakukan migrasi, maka secara otomatis mereka akan pindah ke LinkAja.


Selanjutnya, Dadang menambahkan, tugas bank BUMN adalah sebagai merchant aggregator, settlement bank, dan top up channel bagi LinkAja.

Transfer Saldo

Dengan kekuatan BUMN, LinkAja berjanji penggunanya akan mendapat lebih banyak keuntungan dan kemudahan dalam bertransaksi nontunai. Harapannya, LinkAja bisa menyentuh lebih banyak lapisan masyarakat di kota besar dan kecil di negara kita.


LinkAja punya dua layanan dompet digital. Pertama, layanan dasar alias basic service dengan saldo maksimum Rp 2 juta. Kedua, layanan penuh atawa full service yang bisa diisi saldo hingga Rp 10 juta.


Keduanya sama-sama memberikan layanan cash in, transaksi di merchant, pembelian online, pembayaran tagihan dan transportasi termasuk tap payment. Yang membedakan ialah, full service bisa melakukan sharing money dan cash out, sedang basic service tidak punya layanan tersebut.


Para pemilik akun full service bisa “mentransfer” saldo ke bank dan sesama pengguna LinkAja. Agar lebih aman, Finarya membatasi sharing money sebesar Rp 10 juta per transaksi sebagai penerapan prinsip know your customer.


Singue Kilatmaka, Manager Media Relation Telkomsel, menjelaskan, keberadaan full service terutama untuk pelanggan yang ingin punya akses lebih banyak pada LinkAja. Yang jadi kelebihan layanan ini adalah maksimum saldo yang besar dan proses transfer dana.

Bukan cuma cashback, LinkAja siap menebar berbagai promo dan penawaran lainnya. Sebut saja, Undian Mantaph dengan hadiah utama skuter Vespa. Lalu, Program Kejat Kejut yang memberikan saldo LinkAja hingga Rp 1 juta.


Lantaran gabungan dari empat dompet elektronik, sudah barang tentu jumlah merchant yang bekerjasama dengan LinkAja sangat banyak. LinkAja mengklaim, sudah menggandeng ribuan merchant.

Bidik UMKM

Pertempuran bakal makin sengit. Pemain dompet digital lain: Go-Pay, OVO, juga Dana, jelas saja tidak tinggal diam. Mereka akan terus menabur beragam promosi menarik untuk meningkatkan transaksi, sekaligus menyedot pengguna anyar. Soalnya, pembayaran digital merupakan ranah yang sedang berkembang pesat.


Minat masyarakat terhadap pembayaran digital memang terus tumbuh. Harianto Gunawan, Direktur PT Visionet Internasional (OVO), menyebutkan, sejak beroperasi November 2017, basis pengguna OVO tumbuh lebih dari 400%, dengan aplikasi terinstal di 115 juta perangkat atawa device.


Per November 2018, OVO mencatat, total volume pembayaran mereka melonjak 75 kali lipat dibanding November 2017, dengan lebih dari 1 miliar transaksi. OVO mengklaim, layanannya sudah menjangkau hingga 98% wilayah Indonesia.


Raihan ini berkat dukungan lebih dari 500.000 gerai yang tersebar di 300 kota yang bergabung dengan OVO. Selain itu, OVO sudah hadir di 90% mal di Indonesia dan bekerjasama dengan aplikasi Grab.


Untuk memperkuat posisi, Harianto bilang, OVO menjalin kemitraan strategis dengan marketplace Tokopedia di Oktober 2018. Lalu, dengan platform online-to-offline Kudo yang punya 1,7 juta agen di 500 kota dan kabupaten pada Agustus tahun lalu. “Pertumbuhan merchant dari segmen UMKM pun turut menjadi perhatian OVO,” imbuh Harianto.


Baru-baru ini, OVO menandatangani nota kesepahaman dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali untuk menggandeng 1.400 pedagang di Pasar Badung. Langkah ini sebagai tahap awal untuk mendukung inklusi keuangan bagi UMKM di pulau dewata. Sekaligus itu berarti, penggunaan OVO sebagai alat pembayaran di pasar tradisional makin luas.


Berawal dari 9.000 UMKM yang bekerjasama dengan OVO pada Agustus 2018, saat ini pengguna OVO bisa melakukan pembayaran di hampir 180.000 UMKM. Caranya, dengan sistem pembayaran berbasis kode respons cepat (QR code).


Ke depan, Harianto menuturkan, OVO akan terus mengembangkan kongsi dengan merek-merek ternama di bidang teknologi dan ritel. OVO juga bakal membangun ekosistem pembayaran terbuka untuk memastikan konsumen mereka bisa menggunakan dompet digital ini di berbagai tempat, baik di mal, pasar modern dan tradisional, warung dan lapak kaki lima, situs e-commerce.


Enggak mau kalah, Budi Gandasoebrata, Managing Director Go-Pay, menyatakan, Go-Pay kelak menjadi dompet digital terbesar, dengan 50 juta transaksi per bulan. Targetnya, nilai transaksi Go-Pay tahun ini total mencapai Rp 100 triliun.


Mengacu data Sharing Vision Indonesia, tercatat Gopay memiliki 30 juta pengguna dan diperkirakan akan terus naik menjadi 100 juta user dalam tiga tahun ke depan. “Hingga saat ini, lebih dari 50% transaksi di aplikasi Go-Jek menggunakan Gopay,” ucap Budi.


Jumlah pengguna dan transaksi yang menanjak tak lepas dari sistem pembayaran QR code. Dalam 10 bulan terakhir, Go-Pay menerapkan model pembayaran ini di lebih 300.000 mitra usaha. “Sebanyak 40% adalah UMKM termasuk pedagang kaki lima, kantin, warung kelontong,” kata Budi.
Karena itu, Go-Pay akan terus membidik pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah untuk menyediakan sistem pembayaran secara nontunai. Sebab, UMKM memiliki pasar besar guna menjaring pengguna baru.


Dan, kehadiran LinkAja dengan dukungan tiga raksasa bank BUMN tidak membuat Go-Pay gentar. Saat ini, Go-Pay bekerjasama dengan 28 bank dan lembaga jasa keuangan lain. Salah satunya, sama BNI untuk mempermudah pelaku UMKM kuliner yang jadi merchant Go-Food mengakses kredit usaha rakyat (KUR).


Semoga, Litya dan pengguna lain bijaksana dalam memakai dompet digital mereka.     

 

 

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal
| Jumat, 22 November 2024 | 09:50 WIB

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal

Tahun ini BPDPKS menargetkan setoran pungutan ekspor sawit sebesar Rp 24 triliun, turun dari target awal

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan
| Jumat, 22 November 2024 | 09:32 WIB

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan

Ribuan masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang menolak rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12% tersebut

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana
| Jumat, 22 November 2024 | 09:14 WIB

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana

Menurut Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto, tax amnesty tidak bisa diterapkan terus-menerus dalam waktu singkat

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru
| Jumat, 22 November 2024 | 09:12 WIB

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru

Kendati harga saham pendatang baru sudah naik tinggi hingga ratusan persen, waspadai pembalikan arah

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

Mimpi ke Piala Dunia
| Jumat, 22 November 2024 | 08:00 WIB

Mimpi ke Piala Dunia

Indonesia harus mulai membuat cetak biru pengembangan sepakbola nasional yang profesional agar mimpi ke Piala Dunia jadi kenyataan.

Status Belum Jelas, Swasta Tunda Proyek Hotel IKN
| Jumat, 22 November 2024 | 07:30 WIB

Status Belum Jelas, Swasta Tunda Proyek Hotel IKN

Sampai saat ini, Presiden Prabowo Subianto belum juga menandatangani Keputusan Presiden (Kepres) soal pemindahan ibu kota.

Daya Beli Lesu, Bisnis Sepeda Layu
| Jumat, 22 November 2024 | 07:20 WIB

Daya Beli Lesu, Bisnis Sepeda Layu

Minat masyarakat untuk membeli sepeda tampak menyusut paska pandemi dan diperparah dengan pelemahan daya beli masyarakat.

INDEKS BERITA

Terpopuler