KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua bank Tanah Air siap menerbitkan obligasi di tahun ini untuk memperkuat likuiditas sekaligus diferensiasi sumber pendanaan. Sumber dana itu untuk menopang pertumbuhan kredit di tahun 2019. Kedua bank tersebut adalah Bank Mandiri dan Bank OCBC NISP.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, dalam waktu dekat, Mandiri akan menerbitkan obligasi dollar Amerika Serikat (AS). Namun, terjadi perubahan terkait nilai penerbitannya, dari rencana penerbitan senilai US$ 1 miliar, bank berlogo pita emas ini hanya akan menerbitkan US$ 750 juta. "Kami sudah rilis US$ 750 juta, karena kebutuhannya baru senilai itu," kata Tiko, sapaan akrab Kartika di Jakarta, Selasa (9/4).
Bank berlogo pita emas ini mengatakan akan melakukan settlement hari Kamis (11/4) mendatang. Sedangkan roadshow penawaran obligasi global ini menurutnya sudah dilakukan pada 2 April-3 April 2019 lalu. Tiko mengatakan, US Treasury sudah memberikan spread yang baik atas obligasi ini yaitu sebesar 168 basis poin (bps). Adapun, tujuan penerbitan obligasi global ini akan dimanfaatkan untuk penguatan likuiditas valuta asing (valas) perusahaan.
Sementara pendanaan dalam mata uang rupiah dinilainya belum terlalu dibutuhkan.Sebab, sepanjang 2018 lalu kebutuhan pendanaan rupiah Mandiri telah terpenuhi melalui penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi dengan nilai total Rp 10 triliun.
Di sisi lain, OCBC NISP berencana menerbitkan obligasi di tahun ini dengan nilai minimal sebesar Rp 1 triliun. Senada dengan Tiko, Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan pendanaan ini akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan ekspansi kredit perusahaan yang dipatok naik antara 10% sampai 15% di tahun 2019. Hanya saja, mengenai jadwal penerbitannya bank berkode saham NISP ini masih melakukan proses kajian. Antara lain mempertimbangkan kondisi pasar dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Sampai tahun ini OCBC NISP memang masih memiliki jatah dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) III sebesar Rp 7 triliun. Dan bisa dieksekusi hingga Juni 2020 mendatang.
Adapun, di tahun lalu OCBC NISP sudah menerbitkan obligasi berkelanjutan II tahap IV senilai Rp 1,06 triliun dan obligasi berkelanjutan III tahap I senilai Rp 1 triliun. "Kalau pasar kondusif, kami akan segera menerbitkan. Kami melihat kondisi kenaikan suku bunga, saat ini cukup dinamis," terangnya.
Ia menyebutkan, bila suku bunga acuan BI turun dari posisi 6%, ada kemungkinan pihaknya untuk menunda penerbitan obligasi tersebut. Namun, perseroan ini memandang bank sentral akan cenderung mempertahankan posisi suku bunga acuannya di level 6% hingga akhir tahun ini.
Selain dua bank ini, ada beberapa juga berniat menggalang dana di pasar tahun ini. Bank Bukopin misalnya yang akan menerbitkan obligasi subdordinasi sebesar Rp 1 triliun hingga Rp 1,5 triliun dan Bank BTN yang menghabiskan jatah obligasi berkelanjutan sebesar Rp 5 triliun.