Perkembangan Sistem Kapitalisme yang Mulanya Tidak Stabil

Selasa, 01 Agustus 2023 | 10:52 WIB
Perkembangan Sistem Kapitalisme yang Mulanya Tidak Stabil
[ILUSTRASI. ANALISIS - Budi Frensidy, Pengamat Pasar Keuangan UI]
Budi Frensidy | Guru Besar FEB UI

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Paham kapitalisme dimulai dari ajaran Adam Smith dengan bukunya the Wealth of Nations di abad 18. Prinsip esensial yang diajarkan Smith adalah, ”Setiap orang, sepanjang dia tidak melanggar hukum keadilan, mesti diperbolehkan secara bebas mengejar kepentingan sendiri dengan caranya sendiri, dan diperbolehkan bersaing dengan orang lain di bidang usaha dan pengumpulan modal.”

Menurut Smith, kebebasan alamiah terdiri atas hak untuk membeli barang apa saja dan dari mana saja termasuk produk asing tanpa dikenakan tarif pajak atau kuota impor. Kebebasan itu juga meliputi hak setiap orang untuk mencari pekerjaan di mana pun yang dikehendakinya dan untuk mendapatkan upah sesuai pasar. 

Walaupun sangat mendukung dan menginginkan kenaikan upah, Smith berpendapat upah harus naik melalui proses alamiah di pasar tenaga kerja, bukan lewat ketentuan pemerintah.

Masyarakat ideal yang dibayangkan Smith adalah masyarakat yang dipenuhi nilai kebaikan, kedermawanan, dan hukum sipil yang melarang praktik bisnis yang tidak adil. 

Sistem kapitalisme yang didirikan Adam Smith, yang direvisi oleh revolusi marginalis serta diperbaiki Marshall dan aliran Austria, terlihat hebat hingga awal 1929. Saat itu ekonomi Amerika menikmati ekspansi selama delapan tahun beruntun. Pasar modal terus berkembang dan mengalami masa jaya. 

Baca Juga: Tidak Ada Hubungan antara Uang & Kebahagiaan, Ini Penjelasan Menarik Warren Buffett

Namun, pesta mendadak harus usai pada 24 Oktober 1929, saat pasar modal anjlok drastis. Kapitalisme yang sedang berjaya ikut runtuh bersamaan dengan datangnya depresi terbesar dalam sejarah. Sampai akhir tahun itu, tak kurang dari US$ 40 miliar aset masyarakat tergerus. 

Banyak orang kaya menjadi gelandangan. Output industri turun sampai 30%, dan hampir separuh bank ambruk. Tingkat pengangguran naik lebih dari 25% dan mencapai puncaknya pada 1933 saat sepertiga angkatan kerja menganggur. 

Harga saham sempat merosot hingga 88% Inilah peristiwa ekonomi paling traumatik di abad 20 sekaligus pukulan paling serius yang pernah dialami ekonomi klasik. 

Akibatnya, sistem ekonomi perencanaan terpusat yang dipelopori Karl Marx di abad sebelumnya sempat dipertimbangkan untuk menggantikan sistem kapitalisme yang tidak stabil ini. Marxisme merebak di banyak kampus dan mewabah sepanjang 1930-an. 

Sistem pasar bebas, yang didirikan Adam Smith dan disempurnakan para pengikutnya, menghadapi tantangan terbesar pada periode 1930-an. Nilai-nilai klasik penghematan, anggaran berimbang, dan pajak rendah menghadapi ancaman serius. 

Hukum Say yang mengatakan penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri tidak berlaku lagi. Inilah peristiwa ekonomi paling mengenaskan dalam sejarah kejayaan sistem laissez faire.  

Kecemasan kehilangan pekerjaan dan kekhawatiran akan terjadinya kelaparan melanda seluruh lapisan masyarakat. Depresi yang berlangsung lama membuat banyak ekonom mempertanyakan kembali kebaikan sistem laissez faire. Ajaran Smith diserang dari dua sisi yaitu sifat kompetitif dari kapitalisme (mikro) dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan (makro). 

Menurut para penentangnya, sistem pasar bebas mengandung cacat dan tidak dapat menjamin kondisi persaingan yang fair. Pemerintah harus melakukan intervensi melalui kontrol dan tindakan ketat untuk mencegah berkembangnya kecenderungan monopolistik di dunia usaha. 

Ancaman yang lebih besar datang dari pendukung Marxisme dengan ide-ide radikalnya yang menyerang efek instabilitas yang ditimbulkan ajaran Smith. Dengan penuh optimisme mereka mengatakan bahwa Stalin telah membangun peradaban baru yang lebih unggul di bidang perekonomian daripada sistem kapitalisme. 

Sosialisme pun mewabah di kampus-kampus dan di kalangan intelektual Amerika sepanjang dekade itu. Para dosen di universitas-universitas ternama di Amerika Serikat mulai berpikir untuk mengajarkan Marxisme sebagai pengganti kapitalisme.

Untungnya masih ada intelektual-intelektual yang tidak begitu saja setuju dengan nasionalisasi dan perencanaan terpusat ini. Mereka dengan sabar berusaha mencari alternatif lain. 

Usaha mencari jalan tengah ini ternyata tidak sia-sia. Sebuah sistem yang masih menjunjung tinggi kebebasan individual dan lebih menjamin stabilitas perekonomian makro disuarakan oleh John Maynard Keynes.

Dengan mendukung kebebasan individual, ekonom terbesar abad 20 ini menyelamatkan kapitalisme Smith. Keynes menolak ide nasionalisasi perekonomian ala sosialisme. Namun, dia percaya pentingnya dilakukan intervensi makroekonomi. 

Formula big government yang ia usulkan menghasilkan ekonomi yang lebih stabil daripada ekonomi pasar bebas, tetapi lebih lambat. Secara empiris, rezim ekonomi Marxisme dengan perencanaan terpusatnya selalu berada di bawah rezim ekonomi pasar bebas.

Karena itu, Karl Marx, sang ekonom terbesar di abad 19, yang sangat memuja ekonomi terpusat baik di tingkat makro maupun mikro harus puas berada di bawah Smith dan Keynes sebagai tiga ekonom terbesar sepanjang masa. 

Benarkah Keynes ingin memulihkan ajaran Smith atau justru berniat mengganti dengan teorinya?
Bukan untuk menyelamatkan ajaran Smith, Keynes ternyata membawa rumah barunya sendiri. Sejak saat itu kita pun mengenal ekonomi publik untuk melengkapi ekonomi moneter dari aliran klasik Adam Smith.  

Kebijakan ekonomi makro sebuah negara pun terbagi dua yaitu moneter dan fiskal dengan institusi penanggung jawab yang berbeda; yaitu bank sentral dan kementerian keuangan sebagai bendahara negara.              

Bagikan

Berita Terbaru

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel
| Rabu, 31 Desember 2025 | 20:14 WIB

Pasar Modal Indonesia 2025 Didominasi Investor Muda dan Ritel

Hingga 24 Desember 2025, KSEI mencatat jumlah investor pasar modal telah menembus 20,32 juta Single Investor Identification (SID).

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 19:01 WIB

Produsen Menahan Diri, Konsumen Mulai Optimistis: Gambaran Ekonomi 2025

Ekonomi Indonesia menunjukkan dua wajah yang berbeda. Produsen mulai bersikap lebih hati-hati saat keyakinan konsumen mulai membaik.

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik
| Rabu, 31 Desember 2025 | 17:27 WIB

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik

IHSG menguat 22,13% di 2025, ditutup 8.646,94, didorong investor lokal. Asing net sell Rp 17,34 triliun.

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan
| Rabu, 31 Desember 2025 | 15:00 WIB

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan

ESSA mulai menunjukkan sinyal yang semakin konstruktif dan menarik bagi investor dengan profil risiko lebih agresif.

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 14:05 WIB

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun

Kesepakatan merger dan akuisisi di sektor keuangan melesat 56,3% secara tahunan, di saat total aktivitas merger dan akuisisi turun

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:50 WIB

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 22,13% sepanjang tahun 2025. IHSG ditutup pada level 8.646,94 pada perdagangan terakhir.

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:01 WIB

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025

Nilai kesepakatan merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang 2025 mencapai US$ 5,3 miliar, atau setara sekitar Rp 88,46 triliun

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:00 WIB

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)

Kombinasi pola pergerakan harga, indikator teknikal, serta strategi manajemen risiko menjadi faktor kunci yang kini diperhatikan pelaku pasar.

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 11:00 WIB

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026

Fokus pemerintah pada belanja sosial, program gizi, serta stabilisasi harga kebutuhan pokok diyakini dapat memperbaiki likuiditas masyarakat.

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol
| Rabu, 31 Desember 2025 | 09:01 WIB

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2025                   

INDEKS BERITA

Terpopuler