KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada pekerjaan rumah yang harus menjadi perhatian pemerintah. Ini terkait upaya pemerintah untuk menggapai target pertumbuhan ekonomi 8% di 2029.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mencatat pertumbuhan ekonomi inklusif Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara kawasan atau emerging economies.
Adapun pertumbuhan ekonomi inklusif adalah pertumbuhan ekonomi yang merata ke segala lapisan masyarakat dan meminimalkan kesenjangan.
"Pertumbuhan inklusif di Indonesia masih relatif tertinggal dibandingkan negara lainnya," tutur Deputi Bidang Perencanaan Makro Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas Eka Chandra Buana di acara BRI Microfinance Outlook 2025, Kamis (30/1).
Baca Juga: Ekonomi Naik Peringkat, Kualitas Masih Tersendat
Dari bahan paparan Chandra, Indonesia berada di peringkat ke-36 untuk kategori Emerging Economies dengan skor Inclusive Development Index (IDI) sebesar 3,95. Di peringkat pertama Norwegia dengan skor 6,08, disusul Islandia 6,07, Luksemburg 6,07, Swiss 6,05 dan peringkat kelima Denmark.
Di samping itu, Chandra turut menyoroti ketimpangan pendapatan Indonesia yang juga relatif tinggi dibandingkan negara lain dan stagnan dalam 10 tahun terakhir (2013-2023).
"Ketimpangan pendapatan (Indonesia) kalau dibandingkan negara lain, kita masuk nomor dua tertinggi," ungkap dia.
Selanjutnya, menurut Chandra, human capital index (HCI) Indonesia (2020) masih rendah. HCI Indonesia tercatat sebesar 0,54, lebih rendah ketimbang Malaysia sebesar 0,61, Singapura 0,88 dan rata-rata negara di dunia 0,57.