Berita Bisnis

Pizza Hut Kembali Menyetel Mode Ekspansi

Kamis, 23 September 2021 | 06:00 WIB
Pizza Hut Kembali Menyetel Mode Ekspansi

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara ketat pada Juli hingga Agustus lalu telah memukul kinerja bisnis PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), emiten pengelola jaringan gerai Pizza Hut. Kendati begitu, PZZA tak berhenti ekspansi dengan tetap mengejar target 50 gerai baru di tahun ini.

Sekretaris Perusahaan PZZA Kurniadi Sulistyomo mengatakan, sebenarnya kinerja penjualan dan profitabilitas Pizza Hut sedang menanjak pada periode semester pertama. Namun, adanya lonjakan kasus Covid-19 yang disusul kebijakan PPKM darurat kembali membuat bisnis PZZA merosot.
 
Merujuk pada laporan keuangan perusahaan, penjualan neto PZZA pada enam bulan pertama 2021 tercatat sebesar Rp 1,68 triliun. Merosot 7,18% dibandingkan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 1,81 triliun.
 
Kendati begitu, PZZA mampu menurunkan sejumlah pos beban, sehingga bisa mendongkrak laba periode berjalan menjadi Rp 31,52 miliar. Laba tersebut melesat 201% dibandingkan dengan raihan pada semester I-2020 yang sebesar Rp 10,47 miliar.
 
Kurniadi bilang, kinerja Pizza Hut meningkat selama masa liburan Hari Raya Idul Fitri. Sejalan dengan itu, penghematan biaya pun terus dilakukan lewat efisiensi di berbagai pos pengeluaran yang bersifat tersier. Alhasil, PZZA bisa menumbuhkan keuntungan dari hasil penjualan.
 
"Alhamdulillah kepercayaan konsumen terhadap produk kami tinggi dan kinerja penjualan membaik, terutama pada saat Lebaran. Kami lakukan penghematan biaya, jadi lebih efisien dalam mengontrol cash flow," ujar Kurniadi saat dihubungi oleh KONTAN, Rabu (22/9).
 
Selain itu, PZZA melihat adanya dorongan positif dari upaya pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat, seperti pencairan gaji ke-13. Stimulus yang dikucurkan juga dinilai mampu menggerakkan konsumsi masyarakat sehingga memutar roda perekonomian.
 
Faktor lain yang disoroti Kurniadi adalah penurunan tarif tes Covid-19. "Karena dalam sistem kerja kami kan banyak travelling. Terus terang kami bersyukur dengan kebijakan penurunan tarif tes PCR, harga alat-alat kesehatan juga menjadi lebih stabil," ungkapnya.
 
Meski begitu, diakui Kurniadi, PPKM ketat yang diterapkan Juli-Agustus membuat kinerja bisnis PZZA kembali tertekan untuk periode kuartal ketiga ini. Apalagi, kebijakan pembatasan waktu makan di tempat (dine in) dengan durasi 30 menit yang kemudian diperpanjang menjadi 60 menit, dinilai masih sulit untuk bisa menarik konsumen. 
 
Dine in mendominasi
 
Sementara itu, pendapatan Pizza Hut dan pelaku usaha restoran secara umum masih didominasi oleh penjualan yang dilakukan secara dine in. "Untuk restoran, dine in enggak ada lawan. Jadi kalau untuk sales komposisinya lebih besar," imbuh Kurniadi.
 
Meski secara bisnis masih menantang, tapi PZZA terus mengejar target penambahan gerai baru Pizza Hut. Di awal tahun, PZZA mencanangkan ekspansi 50 gerai baru. Hingga Juni, ada 22 gerai baru Pizza Hut yang sudah buka di berbagai daerah.
 
Dari realisasi 22 gerai tersebut, Pizza Hut terus melanjutkan ekspansi ke wilayah di luar Jawa-Bali, seperti di Makassar, Sampit (Kalimantan Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Payakumbuh (Sumatera Barat). Hingga saat ini, Pizza Hut memiliki total 522 gerai.
 
Sayangnya, ekspansi PZZA tak sepenuhnya mulus. Sebab, akibat PPKM darurat pada Juli-Agustus beberapa program ekspansi Pizza Hut mundur dari jadwal. Meski terkendala PPKM di periode kuartal III, tapi Kurniadi memastikan di sisa tahun ini pihaknya akan mengejar rencana ekspansi sesuai target.
 
Kurniadi menekankan, PZZA telah memiliki roadmap pengembangan usaha untuk ekspansi Pizza Hut yang akan dijalankan setiap tahunnya. Namun sebagai catatan, rencana ekspansi di tahun ini masih tergantung dari penanganan pandemi dan kebijakan pembatasan mobilitas pada periode kuartal IV nanti.
 
Sejalan dengan itu, untuk proyeksi kinerja sampai tutup tahun, PZZA juga masih akan melihat perkembangan pandemi dan kebijakan yang diambil pemerintah. "Kami berharap pemerintah tidak memberlakukan kebijakan yang sangat ketat terhadap pelaku usaha. Kami butuh fleksibilitas, karena tujuannya kan untuk mendorong ekonomi Indonesia, memberikan multiplier effect yang besar," kata Kurniadi.   

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru