KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kombinasi sentimen negatif dari eksternal dan internal membuat kurs rupiah tak bertenaga.
Kemarin, kurs rupiah di pasar spot turun 0,53% menjadi Rp 14.325 per dollar Amerika Serikat (AS).
Setali tiga uang, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia terdepresiasi 0,44% ke level Rp 14.283 per dollar AS.
Menurut Analis Asia Trade Future Deddy Yusuf Siregar, rupiah terpuruk karena tensi politik di Argentina membuat mata uangnya anjlok.
Gejolak politik di Argentina terjadi setelah hasil pemilu presiden putaran pertama dimenangkan oleh Alberto Fernandez yang merupakan pesaing presiden Argentina saat ini, Mauricio Macri.
Kekalahan Macri membuat investor asing menjual instrumen investasinya. Sehingga potensi default surat utang Argentina membesar.
Alhasil, Senin (12/8), peso Argentina anjlok 16,96%.
"Pelemahan peso Argentina mirip dengan lira Turki tahun lalu. Dan ini berdampak negatif ke emerging market termasuk rupiah," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede.
Perang dagang yang juga masih panas membuat potensi perlambatan ekonomi dunia semakin besar.
Akhirnya, investor lebih memilih safe haven currency seperti yen Jepang, franc Swiss dan dollar AS.
Sementara itu, katalis negatif dari dalam negeri adalah keputusan Uni Eropa mengenakan tarif impor pada biodisel asal Indonesia sebesar 18%.
"Hal ini bakal mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Sehingga rupiah tertekan jelang penutupan," tambah Josua.
Dia pun memprediksi, rupiah cenderung melemah di kisaran Rp 14.275–Rp 14.375 per dollar AS.
Sedangkan Deddy menebak, jika data inflasi AS bulan Juli sesuai prediksi rupiah kembali terkoreksi di rentang Rp 14.250–Rp 14.350 per dollar AS.