Produsen Karet Indo Komoditi Korpora (INCF) Menanti Tambahan Dua Pelanggan Baru

Kamis, 01 Agustus 2019 | 06:39 WIB
Produsen Karet Indo Komoditi Korpora (INCF) Menanti Tambahan Dua Pelanggan Baru
[]
Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indo Komoditi Korpora Tbk tengah menanti tambahan dua pelanggan baru. Mereka yakin kedua pelanggan baru akan mendukung upaya pencapaian target pendapatan usaha tahun ini yang mencapai Rp 750 miliar. Target tersebut 2,03% lebih tinggi ketimbang realisasi pendapatan usaha tahun lalu senilai Rp 735,09 miliar.

Nanti, Indo Komoditi Korpora akan menyuplai karet kepada dua pelanggan baru. Namun perusahaan berkode saham INCF di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu masih menyimpan identitas pelanggan baru dan nilai kontrak suplai karet yang didapatkan.

Manajemen Indo Komoditi Korpora hanya menyebutkan, tinggal selangkah lagi kontrak jual-beli karet bakal diteken. "Tinggal approval dari manajemen saja karena proses audit sudah selesai dilakukan," kata Direktur Utama PT Indo Komoditi Korpora Tbk, Sujaka Lays, usai paparan publik insidental, Rabu (31/7).

Mengintip informasi dalam laporan tahunan 2018, Indo Komoditi Korpora berbisnis karet melalui PT Sampit International. Tahun lalu, anak usaha tersebut memiliki pabrik dengan kapasitas terpasang 144.000 ton per tahun. Sementara realisasi produksi sepanjang 2018 kurang lebih 50.000 ton.

Sampit International menjual seluruh produk ke luar negeri. Beberapa negara tujuan ekspornya seperti Meksiko, Argentina, Brazil, Turki, Jerman, Rusia, China, Australia dan Jepang. Perusahaan itu sudah mengempit pelanggan utama yakni Bridgestone, Pirelli, Kumho Tyre, Nokian Tyre dan GITI Tyre.

Volume produksi naik

Sejalan dengan target penambahan pelanggan, Indo Komoditi Korpora akan meningkatkan utilitas produksi pada semester kedua tahun ini. "Kami harapkan semester II-2019 ada peningkatan volume produksi 35% dibandingkan dengan semester I-2019," tutur Sujaka.

Perlu diketahui, volume produksi Indo Komoditi Korpora selama semester I kemarin turun sekitar 15%–20%. Pasalnya, mereka sedang meremajakan mesin.

 

Pada paruh pertama tahun 2019, Indo Komoditi Korpora hanya mengoperasikan satu lini mesin olahan karet berkapasitas 36.000 ton per tahun. Sementara, total mesin yang mereka miliki sebenarnya ada dua dengan total kapasitas produksi sebanyak 72.000 ton per tahun.

Sejauh ini, Indo Komoditi Korpora belum mempublikasikan kinerja semester I-2019. Kalau selama tiga bulan pertama 2019, pendapatan usahanya naik 42,31% year-on-year (yoy) menjadi Rp 148,59 miliar. Bottom line mereka juga berubah menjadi laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias untung Rp 1,59 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu rugi Rp 7,36 miliar.

Terkena Suspensi BEI

Bulan ini setidaknya dua kali otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan sementara alias suspensi saham INCF. Pada Senin (22/7) lalu, BEI menghentikan perdagangan saham mereka di pasar reguler dan pasar tunai karena terjadi penurunan harga kumulatif yang signifikan.

Sebelumnya, Selasa (16/7) pekan lalu, BEI menghentikan perdagangan saham INCF karena ada penurunan harga kumulatif yang signifikan. Saham perusahaan itu kemudian masuk daftar unusual market activity (UMA).

Manajemen Indo Komoditi Korpora mengaku tidak melihat isu yang mendorong investor untuk menjual kepemilikan sahamnya. "Saya tidak tahu alasan investor mau melepas saham dan saat ini komposisi pemegang saham juga tidak ada perubahan," imbuh Sujaka.

Bagikan

Berita Terbaru

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:20 WIB

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan

PT Multitrend Indo Tbk (BABY) ikut memanfaatkan tren shoppertainment di TikTok Shop dan berhasil mengerek penjualan lewat kanal ini.

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:03 WIB

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto

Reputasi global tidak serta-merta menjadi jaminan keamanan dana nasabah yang anti-bobol, mengingat celah oknum internal selalu ada.

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)
| Selasa, 09 Desember 2025 | 08:29 WIB

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)

Faktor kebijakan pemerintah ikut memengaruhi kinerja dan prospek PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:54 WIB

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B

Penurunan penjualan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) diimbangi oleh menyusutnya rugi bersih hingga 82%.

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:36 WIB

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?

Akuisisi korporasi adalah keputusan investasi sangat strategis. Akuisisi  menjadi alat sebuah perusahaan untuk bertumbuh lebih cepat. ​

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:19 WIB

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo

Jumlah obligasi yang jatuh tempo pada 6 Desember 2025 terdiri dari pokok sebesar Rp 199,17 miliar dan bunga keempat sebesar Rp 3,596 miliar.

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:10 WIB

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/12).​

Investor Asing Masih Hati-Hati
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:08 WIB

Investor Asing Masih Hati-Hati

Kendati tampak pemulihan, investor asing masih berhati-hati berinvestasi, terlihat dari arus keluar dana asing yang dominan di pasar obligasi.​

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:54 WIB

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026

SPKS juga menyoroti munculnya perusahaan seperti Agrinas Palma yang mengelola1,5 juta ha lahan sawit dan berpotensi menguasai pasokan biodiesel

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:51 WIB

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar juga mewaspadai kurs rupiah yang terus melemah mendekati Rp 16.700 per dolar AS. Kemarin rupiah tutup di Rp 16.688 per dolar AS.

INDEKS BERITA