Prospek Saham PTPP Diantara Proyek IKN dan Tahun Politik

Selasa, 08 November 2022 | 04:40 WIB
Prospek Saham PTPP Diantara Proyek IKN dan Tahun Politik
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten konstruksi, termasuk PT PP Tbk akan diwarnai sentimen tahun politik, jelang pemilihan presiden 2024. Tak hanya itu, pembangunan ibukota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur juga ikut mempengaruhi prospek saham PTPP. 

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan, tahun politik bisa menimbulkan ketidakpastian di mata investor. Di sisi lain, pemerintah akan terus menjalankan proyek pembangunan IKN, karena proyek ini sudah mempunyai regulasi dan dasar hukum.

"Jika kondisi kondusif dan investor optimistis, maka pembangunan IKN berjalan lancar dan dapat turut menopang kinerja PTPP ke depan," kata Cheril, Senin (7/11).

Baca Juga: Kantongi 6 Proyek, PTPP Jadi Kontraktor dengan Nilai Kontrak Terbanyak di IKN

Sejak awal tahun sampai dengan 21 Oktober 2022, PTPP membukukan kontrak baru Rp 17,58 triliun. Berdasarkan laporan site visit MNC Sekuritas pada tanggal 31 Oktober 2022, Analis Senior MNC Sekuritas Muhammad Rudy Setiawan memaparkan, 8,4% kontrak baru tersebut berasal dari proyek IKN dan 91,6% dari proyek di luar IKN.

Perolehan kontrak baru tersebut setara 56,7% dari target kontrak baru setahun penuh 2022. Pada kuartal III-2022, PTPP menerima proyek pengembangan IKN senilai Rp 1,47 triliun, terdiri dari pembangunan jalan tol IKN senilai Rp 687,7 miliar,  pembangunan Sumbu Kebangsaan Sisi Barat Rp 423,8 miliar, dan persiapan KIPP Tahap I & II Rp 362,4 miliar.

Realisasi belanja modal alias capital expenditure (capex) PTPP di delapan bulan pertama 2022 mencapai Rp 2,34 triliun, meningkat 53,5% secara tahunan. Jumlah tersebut setara 53,5% dari total alokasi capex tahun ini.

Untuk tahun 2023, Rudy memperkirakan, alokasi capex PTPP akan lebih konservatif, seiring dengan pengetatan likuiditas. PTPP juga mempunyai obligasi jatuh tempo sebesar Rp 460 miliar pada 6 Juli 2023, dan yang terdekat senilai Rp 1 triliun pada 27 November 2022.

Posisi neraca

Analis JP Morgan Sekuritas Indonesia Arnanto Januri dalam riset 13 Oktober 2022 juga memperingatkan posisi neraca PTPP, mengingat rasio cepat (quick ratio) emiten ini tetap kurang dari 1 kali pada semester I-2022. 

Baca Juga: PTPP Kantongi 2 Kontrak Baru Proyek IKN Senilai Rp 2,90 Triliun

Menurut dia , ini memperlihatkan terbatasnya modal kerja dalam jangka pendek. "Keterbatasan ini berpotensi menghambat kemampuan PTPP menyerap proyek baru di semester II-2022 dan memasuki 2023," kata Arnanto.

Arnanto juga memperkirakan adanya perlambatan dalam pelaksanaan proyek, akibat Indonesia yang mulai memasuki tahun politik. Meski pemilihan presiden baru akan terlaksana di 2024, namun kampanye bakal dimulai sejak semester I-2023. "Keterlambatan dalam pelaksanaan proyek akan menciptakan kerugian dan bisa menekan margin," ucap Arnanto.

Arnanto menyarankan investor mewaspadai prospek divisi properti PTPP, yang dijalankan PT PP Properti Tbk (PPRO). Pasalnya, PPRO memiliki persediaan yang belum terjual, terutama di segmen high-rise residential.

Total persediaannya mencapai Rp 9,3 triliun, sedangkan Rp 7 triliun masih dalam tahap konstruksi atau dalam tahap pengembangan tanah. Ini berpotensi meningkatkan risiko PTPP, karena mempunyai kewajiban mendukung PPRO melalui pinjaman pemegang saham. Ini merupakan risiko utama bagi neraca PTPP.

Arnanto menetapkan rating underweight bagi PTPP, dengan target harga Rp 800 sampai Desember 2023. Prospek return on equity (ROE) PTPP juga diprediksi lemah, yakni sebesar 4%-5% pada 2023-2024, dibanding 14% pada 2014-2019. Ini disebabkan oleh kurangnya katalis pertumbuhan pendapatan.

Sementara, Cheril merekomendasikan hold dengan target Rp 950 per saham. Rudy juga menyarankan hold dengan target Rp 1.100. Menurut Rudy, ada risiko investasi dari memburuknya kinerja ekonomi di 2023 karena pengetatan moneter, seiring pengalihan prioritas anggaran dari infrastruktur ke program yang mendukung daya beli.   

Baca Juga: Kinerja Naik, PP Presisi (PPRE) Cetak Laba Bersih Rp 144,5 Miliar di Kuartal III-2022

Bagikan

Berita Terbaru

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:20 WIB

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan

PT Multitrend Indo Tbk (BABY) ikut memanfaatkan tren shoppertainment di TikTok Shop dan berhasil mengerek penjualan lewat kanal ini.

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:03 WIB

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto

Reputasi global tidak serta-merta menjadi jaminan keamanan dana nasabah yang anti-bobol, mengingat celah oknum internal selalu ada.

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)
| Selasa, 09 Desember 2025 | 08:29 WIB

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)

Faktor kebijakan pemerintah ikut memengaruhi kinerja dan prospek PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:54 WIB

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B

Penurunan penjualan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) diimbangi oleh menyusutnya rugi bersih hingga 82%.

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:36 WIB

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?

Akuisisi korporasi adalah keputusan investasi sangat strategis. Akuisisi  menjadi alat sebuah perusahaan untuk bertumbuh lebih cepat. ​

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:19 WIB

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo

Jumlah obligasi yang jatuh tempo pada 6 Desember 2025 terdiri dari pokok sebesar Rp 199,17 miliar dan bunga keempat sebesar Rp 3,596 miliar.

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:10 WIB

Kantongi Dana Segar dari IPO, RLCO Bidik Laba Rp 40 Miliar

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/12).​

Investor Asing Masih Hati-Hati
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:08 WIB

Investor Asing Masih Hati-Hati

Kendati tampak pemulihan, investor asing masih berhati-hati berinvestasi, terlihat dari arus keluar dana asing yang dominan di pasar obligasi.​

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:54 WIB

Tantangan Penerapan Biodiesel B50 di 2026

SPKS juga menyoroti munculnya perusahaan seperti Agrinas Palma yang mengelola1,5 juta ha lahan sawit dan berpotensi menguasai pasokan biodiesel

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 09 Desember 2025 | 06:51 WIB

Rupiah Loyo Mendekati Rp 16.700 per Dolar AS, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar juga mewaspadai kurs rupiah yang terus melemah mendekati Rp 16.700 per dolar AS. Kemarin rupiah tutup di Rp 16.688 per dolar AS.

INDEKS BERITA