Ragam Kinerja Keuangan Emiten Milik Prajogo 2023, Laba Barito Pacific (BRPT) Melesat

Minggu, 31 Maret 2024 | 18:04 WIB
Ragam Kinerja Keuangan Emiten Milik Prajogo 2023, Laba Barito Pacific (BRPT) Melesat
[ILUSTRASI. Geothermal Star Energy --- Pekerja melakukan pemeriksaan rutin jaringan instalasi pipa di wilayah pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Salak yang berkapasitas 377 megawatt (MW) milik Star Energy Geothermal di Sukabumi, Jawa Barat (4/4). PT Barito Pacific Tbk pada pekan depan akan menggelar rights issue untuk mengakuisisi 66,67% saham Star Energy Geothermal yang akan mendukung peningkatan pendapatan dan pertumbuhan kinerja perseroan. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/04/04/2018]
Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seluruh emiten terafiliasi Prajogo Pangestu telah melaporkan kinerja keuangan periode tahun 2023. Hasilnya, emiten Grup Barito mencetak kinerja beragam, dengan bisnis petrokimia yang masih tertekan.

Induk Grup Barito, yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mencetak kinerja moncer. Sepanjang tahun lalu, BRPT membukukan laba bersih senilai US$  26,16 juta. Realisasi ini melesat 1.200% dari laba bersih di tahun 2022 yang hanya US$ 1,76 juta.  Dus, laba bersih per saham dasar BRPT naik menjadi US$ 0,00028 dari sebelumnya US$ 0,00002.

Namun demikian, kenaikan laba bersih ini terjadi di tengah koreksi pendapatan. BRPT membukukan pendapatan senilai US$ 2,76 miliar. Realisasi ini menurun 6,8% dari pendapatan di periode tahun 2022 yang mencapai US$ 2,96  miliar

Agus Pangestu, Direktur Utama BRPT menyebut, menurunnya pendapatan bersih konsolidasi BRPT terutama disebabkan oleh terkontraksinya pendapatan bersih dari bisnis petrokimia yang dijalankan oleh  anak usaha BRPT, yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).

Pendapatan bisnis petrokimia TPIA tercatat turun 12,4% secara year on year (YoY) menjadi US$ 2,08 miliar. Agus menyebut, sebagian besar penurunan bisnis TPIA disebabkan oleh gangguan eksternal pada pasokan dan permintaan global, yang mengakibatkan melemahnya harga jual produk petrokimia.

Baca Juga: Saham CUAN Merosot 54% Sejak Awal Tahun, Direksi Dan Komisaris Petrindo Ambil Posisi

Secara keseluruhan, TPIA membukukan pendapatan US$ 2,16 miliar, menurun 9,4% dari pendapatan di tahun 2022 yang mencapai US$ 2,38 miliar. Biang kerok dari terkoreksinya pendapatan TPIA adalah rendahnya volume penjualan. Volume penjualan bahan kimia TPIA pada 2023 sebanyak 1.843 kiloton (KT), turun 3,4%  dari penjualan di tahun 2022 yang mencapai 1.908 KT. Kondisi diperparah oleh penurunan harga jual keseluruhan untuk tahun 2023.

Dari sisi bottomline, TPIA memang belum berhasil lepas dari jerat kerugian, namun kerugian TPIA berhasil menyusut. Tahun lalu, rugi bersih TPIA berhasil menyusut menjadi  US$ 33,57 juta dari sebelumnya mencapai US$  149,53 juta pada 2022.

Penyebabnya, sejumlah beban TPIA tampak menyusut. Komponen beban terbesar, yakni beban pokok pendapatan menurun 12,4% menjadi US$ 2,07 miliar. Penurunan beban ini terutama disebabkan oleh melemahnya rata-rata harga bahan baku.

Untuk harga nafta misalnya, tercatat harga rata-rata sepanjang tahun lalu menurun 20,1% menjadi US$  650 per ton dibandingkan dengan harga rata-rata pada tahun 2022 yang mencapai US$ 814 per ton. Penurunan harga bahan baku dipicu oleh penurunan rata-rata harga minyak mentah Brent sebesar 24,2% selama 2023 menjadi US$ 82 per barel dari sebelumnya mencapai US$ 99 per barel pada 2022.

Ditopang bisnis energi terbarukan

Tak jauh berbeda, kinerja emiten Prajogo Pangestu di sektor batubara juga merosot. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) meraup laba bersih sebesar Rp 238,32 miliar, merosot  58,25% dibandingkan laba bersih pada tahun 2022 yang kala mencapai Rp 570,89 miliar. CUAN mengantongi pendapatan Rp 1,49 triliun, turun 1,32% dibandingkan pendapatan pada tahun 2022 yang sebesar Rp 1,51 triliun.

Baca Juga: Menguji Tuah Saham Prajogo Pangestu

Untungnya, kinerja bisnis energi baru terbarukan (EBT) milik BRPT mengalami kenaikan. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) membukukan laba bersih US$ 107,4 juta, naik  17,9% dari laba bersih di periode 2022 yang sebesar  US$ 91,1 juta.

BREN membukukan US$ 594,9  juta atau naik 4,4% secara YoY. Kenaikan  pendapatan BREN disebabkan oleh kenaikan produksi uap dan listrik secara keseluruhan sebesar 3,4% dan pertumbuhan tarif dari pembangkit Salak, Darajat, dan Wayang Windu. BREN beroperasi dengan capacity factor di atas 90% sepanjang tahun 2023.

Analis Panin Sekuritas  Rizal Nur Rafly menilai, TPIA memiliki struktur pendapatan dan laba bersih yang fluktuatif. Fokus bisnis TPIA dengan produk petrokimia, memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap kondisi pasokan dan permintaan, serta rentan terpapar sentimen geopolitik. Di sisi lain, struktur biaya juga memiliki sensitivitas yang sangat tinggi, karena mayoritas beban bahan baku TPIA adalah nafta, yang menyumbang sekitar 70% dari total beban pokok pendapatan. Harga nafta bergantung terhadap harga minyak Brent yang fluktuatif.

Baca Juga: TPIA Merilis Obligasi Rupiah

Rafly melihat, permintaan dari produk petrokimia masih akan stagnan pada 2024. Ekspektasi melemahnya permintaan petrokimia bertranslasi terhadap ditundanya penyelesaian proyek prestisius milik TPIA, yakni Chandra Asri Perkasa (CAP) 2 ke 2026.

Tantangan baru bagi bisnis petrokimia datang dari China, dimana pasar petrokimia dalam negeri berpotensi kebanjiran surplus petrokimia dari China. Menurut Rafly, kemungkinan dalam jangka pendek kondisi akan mengancam penjualan produk etilen dari TPIA. “Namun dengan inisiatif diversifikasi produk dari TPIA ke non petrokimia dan energi, kemungkinan ancaman tersebut akan tereduksi dalam jangka panjang,” kata dia kepada KONTAN, Minggu (31/3).

Dengan melakukan diversifikasi bisnis, Rafly menilai strategi ini akan mengurangi risiko fluktuasi untuk pendapatan dan laba bersih TPIA.  Terbukti, pada tahun lalu, pendapatan TPIA dari segmen infrastruktur melesat menjadi  US$ 77,7 juta dari sebelumnya hanya US$ 7 juta pada 2022.

Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama Kiswoyo Adi Joe juga menilai, di antara emiten konglomerasi Prajogo, bisnis TPIA dinilai paling rentan. Sebab, bisnis petrokimia sangat dipengaruhi oleh volatilitas minyak bumi sebagai bahan baku produksi. Sementara itu, bisnis panas bumi BREN dinilai akan lebih stabil.

Baca Juga: CUAN Menuntaskan Akuisisi Anak INDY Rp 3,2 Triliun

Di sisi lain, Kiswoyo menilai, valuasi  emiten-emiten milik Prajogo saat ini masih premium. Namun, saham PT Petrosea Tbk (PTRO) memiliki valuasi yang lebih murah, dimana price to book value (PBV) PTRO masih lebih kecil dari emiten terafiliasi Prajogo lain. Kiswoyo menilai, investor yang ingin masuk ke Grup Barito bisa menggunakan strategi trading jangka pendek dengan memanfaatkan momentum koreksi.

Senada, Rafly juga menilai valuasi TPIA saat ini masih terlampau mahal. Valuasi wajar TPIA dihargai di EV/EBITDA 47 kali sejalan dengan rata-rata peers regional. Dengan asumsi tersebut, ditemukan harga wajarnya ada di kisaran Rp 3.000 per saham.

Bagikan

Berita Terbaru

RAFI dan Perusahaan Pinjol Penggugat PKPU Jajaki Kesepakatan Perdamaian
| Jumat, 11 Juli 2025 | 14:35 WIB

RAFI dan Perusahaan Pinjol Penggugat PKPU Jajaki Kesepakatan Perdamaian

Liabilitas PT Sari Kreasi Boga Tbk (RAFI) membengkak di 2024, salah satunya bersumber dari pinjaman online.

Laba 26,26% Setahun: Harga Emas Antam Hari Ini Naik, Buyback Menguat (11 Juli 2025)
| Jumat, 11 Juli 2025 | 08:24 WIB

Laba 26,26% Setahun: Harga Emas Antam Hari Ini Naik, Buyback Menguat (11 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat hari ini 11 Juli 2025 di Logammulia.com Rp 1.906.000 per gram, tapi harga buyback Rp 1.750.000 per gram.

Trump Terus Bikin Kebijakan Kontroversial, CHF dan EUR Jadi Pelarian Investor Global
| Jumat, 11 Juli 2025 | 08:24 WIB

Trump Terus Bikin Kebijakan Kontroversial, CHF dan EUR Jadi Pelarian Investor Global

Langkah Donald Trump justru lebih merugikan ekonomi AS dan menekan mata uangnya sendiri, ketimbang berdampak negatif terhadap negara lain.​

Target Rasio Penerimaan Pajak Daerah Terancam Luput
| Jumat, 11 Juli 2025 | 08:16 WIB

Target Rasio Penerimaan Pajak Daerah Terancam Luput

Hingga akhir Juni 2025, pendapatan pajak daerah hanya mencapai Rp 107,7 triliun, terkontraksi 8,06% secara tahunan.

Meski Lepas dari Tarif, Tapi Jatuh ke Mulut Defisit
| Jumat, 11 Juli 2025 | 08:11 WIB

Meski Lepas dari Tarif, Tapi Jatuh ke Mulut Defisit

Mengukur potensi defisit neraca perdagangan efek negosiasi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS)  

Sejumlah Sektor Ini Masih Digelayuti Tantangan, Kinerja Kuartal II Diprediksi Melemah
| Jumat, 11 Juli 2025 | 08:07 WIB

Sejumlah Sektor Ini Masih Digelayuti Tantangan, Kinerja Kuartal II Diprediksi Melemah

Meski dibayangi sentimen negatif sektoral, sejumlah saham emiten dinilai masih menarik untuk dicermati.

Ekonomi Juga Butuh Stimulus Bunga dari Bank Sentral
| Jumat, 11 Juli 2025 | 08:05 WIB

Ekonomi Juga Butuh Stimulus Bunga dari Bank Sentral

Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada tanggal 15-16 Juli pekan depan   

Harga Saham UNTR Tengah Rebound, namun Potensi Kenaikan Lanjutannya Relatif Terbatas
| Jumat, 11 Juli 2025 | 07:38 WIB

Harga Saham UNTR Tengah Rebound, namun Potensi Kenaikan Lanjutannya Relatif Terbatas

Kinerja PT Pamapersada Nusantara serta pelemahan harga batubara global membatasi prospek PT United Tractors Tbk (UNTR).

Harga Saham JPFA Mendaki Kala Ramai Rekomendasi Beli, Institusi Juga Rajin Akumulasi
| Jumat, 11 Juli 2025 | 07:10 WIB

Harga Saham JPFA Mendaki Kala Ramai Rekomendasi Beli, Institusi Juga Rajin Akumulasi

Target harga rata-rata 12 bulan berdasar rekomendasi analis menunjukkan ada upside potential lebih dari 50%.

Anomali Saham IOTF, Naik Hampir 70% Usai Calon Pengendali Jual Sebagian Kepemilikan
| Jumat, 11 Juli 2025 | 06:48 WIB

Anomali Saham IOTF, Naik Hampir 70% Usai Calon Pengendali Jual Sebagian Kepemilikan

Ketika PT Gaia Artha Dinamic melakukan akumulasi, harga saham PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) justru melorot. 

INDEKS BERITA

Terpopuler