Rasio Intermediasi Naik, Kredit Meningkat

Sabtu, 23 Maret 2019 | 06:35 WIB
Rasio Intermediasi Naik, Kredit Meningkat
[]
Reporter: Ahmad Ghifari, Anggar Septiadi, Filemon Agung | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) berusaha menggairahkan penyaluran kredit perbankan lewat menaikkan batasan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) dari 80%-92% menjadi 84%–94%. Jika RIM di bawah 84%, bank diberi pilihan harus menaikkan giro wajib minimum (GWM) atau menyalurkan kredit. Kebijakan ini diharapkan mendorong kredit tumbuh mendekat batas atas kisaran 10%–12% di tahun ini.

RIM merupakan perluasan dari loan to deposit ratio (LDR). RIM termasuk surat-surat berharga yang memenuhi persyaratan yang diterbitkan oleh bank. Dengan RIM lebih tinggi, BI ingin mendorong bank-bank yang intermediasinya sangat rendah.

Industri perbankan menyambut baik kebijakan baru tersebut. Dirut Bank Pembangunan Daerah Banten Fahmi Agus Mahesa bilang, pihaknya berusaha memenuhi RIM. Saat ini RIM Bank Banten di level 82,23 %. "Saya optimistis Bank Banten mencapai batasan RIM ketika efektif pada 1 Juli 2019 mendatang," ujar Fahmi, Jumat (22/3).

Sementara Dirut BRI Agro Agus Noorsanto mengungkapkan, RIM BRI Agro saat ini di 91,21% atau sesuai RIM regulator. Agus menargetkan RIM BRI Agro berada di kisaran 92%–94% hingga akhir 2019.

Bank Banten akan meningkatkan penyaluran kredit ke sektor infrastruktur khususnya yang sumber dananya dari APBD Banten. "Namun fokus utama kami tetaplah pada sektor agribisnis," kata Agus, Jumat (22/3).

Pada akhir tahun 2018, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Suprajarto Suprajarto bilang, RIM BRI di level 88,5%. Dengan relaksasi ini, BRI menargetkan bisa mencapai RIM di level 89%. "Relaksasi ini berdampak positif, karena dengan level intermediasi yang meningkat penyaluran kredit ke sektor riil juga akan bertambah seiring pendanaan yang dikumpulkan," kata Suprajarto.

Selain menghimpun dana pihak ketiga (DPK), hingga 2020 BRI juga menargetkan menghimpun dana melalui penerbitan obligasi Rp 20 triliun. rencana tersebut termasuk penerbitan green bond senilai Rp 500 juta pada 2019.

"Sebelumnya kami menargetkan pertumbuhan kredit 12%–14%. Namun seiring optimisme dunia usaha dan banyak stimulus dari pemerintah, termasuk relaksasi RIM target kredit bisa tumbuh di atas 14%," kata Suprajarto, Jumat (22/3).

Adapun Direktur Risiko, Strategi, dan Kepatuhan BTN, Mahelan Prabantarikso memproyeksikan RIM BTN hingga akhir tahun masih di atas 100%. Saat ini di level 102%.

Bagikan

Berita Terbaru

Bank Indonesia Menahan BI Rate di Angka 4,75% pada November 2025
| Rabu, 19 November 2025 | 15:26 WIB

Bank Indonesia Menahan BI Rate di Angka 4,75% pada November 2025

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur 18-19 November 2025.

Mitra Investindo (MITI) Raih Dana Rp 60 Miliar dari Private Placement
| Rabu, 19 November 2025 | 11:07 WIB

Mitra Investindo (MITI) Raih Dana Rp 60 Miliar dari Private Placement

Dana dari hasil private placement  akan digunakan PT Mitra Investindo Tbk (MITI) untuk pengembangan usaha perseroan ini dan grup usaha.

Rukun Raharja (RAJA) Dirikan Anak Usaha Bidang Jasa Angkutan Laut
| Rabu, 19 November 2025 | 11:02 WIB

Rukun Raharja (RAJA) Dirikan Anak Usaha Bidang Jasa Angkutan Laut

Di entitas baru tersebut,  PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) menggenggam kepemilikan saham sebesar 99,99% atau senilai Rp 57,75 miliar.

Vanguard Group Jadi Salah Satu Aktor Utama di Balik Kenaikan Harga Saham DSSA
| Rabu, 19 November 2025 | 09:59 WIB

Vanguard Group Jadi Salah Satu Aktor Utama di Balik Kenaikan Harga Saham DSSA

DSSA makin terlihat oleh manajer investasi global usai masuk ke MSCI Global Standard Index dan FTSE Global Equity Series.

Saham ASII Dicap Masih Undervalued, JP Morgan Hingga Blackrock Rajin Akumulasi
| Rabu, 19 November 2025 | 09:37 WIB

Saham ASII Dicap Masih Undervalued, JP Morgan Hingga Blackrock Rajin Akumulasi

Selain karena faktor valuasi yang dinilai masih murah, saham ASII jadi incaran asing karena fundamental yang solid.

Berhasil Menjebol Level Psikologis Rp 1.300, Saham AKRA Diproyeksi Masih Bullish
| Rabu, 19 November 2025 | 08:32 WIB

Berhasil Menjebol Level Psikologis Rp 1.300, Saham AKRA Diproyeksi Masih Bullish

Penguatan harga saham AKRA didukung kinerja keuangan yang solid dan pengembangan Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE).

Menakar Arah Saham PGAS, Antara Tantangan Biaya dan Prospek Pertumbuhan Bisnis
| Rabu, 19 November 2025 | 08:10 WIB

Menakar Arah Saham PGAS, Antara Tantangan Biaya dan Prospek Pertumbuhan Bisnis

Meskipun laba bersih PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) turun, pertumbuhan segmen regasifikasi dan LNG jadi penopang.

Perdana Gapuraprima (GPRA) Andalkan Penjualan Properti Rumah Tapak
| Rabu, 19 November 2025 | 07:45 WIB

Perdana Gapuraprima (GPRA) Andalkan Penjualan Properti Rumah Tapak

Segmen bisnis rumah tapak milik GPRA tercatat menyumbang sekitar 80% terhadap total penjualan perseroan.

Erajaya Swasembada (ERAA) Pacu Prenjualan Gawai di Akhir Tahun
| Rabu, 19 November 2025 | 07:30 WIB

Erajaya Swasembada (ERAA) Pacu Prenjualan Gawai di Akhir Tahun

Manajemen ERAA melihat, secara historis momentum Nataru menjadi salah satu periode penting bagi industri ritel.

Perlu Pemisahan Barang Lokal dan Impor di Platform E-Commerce
| Rabu, 19 November 2025 | 07:20 WIB

Perlu Pemisahan Barang Lokal dan Impor di Platform E-Commerce

Produk-produk lokal tengah menghadapi tantangan banjir produk impor berkualitas baik, namun berharga murah.

INDEKS BERITA

Terpopuler