ILUSTRASI. Indonesia's Defence Minister and leading Presidential candidate Prabowo Subianto, along with his running mate Gibran Rakabuming Raka, the eldest son of Indonesian President Joko Widodo and current Surakarta's Mayor, dance after delivering their speeches at an event showing the quick-count results of after the general election in Jakarta, Indonesia, February 14, 2024. REUTERS/Willy Kurniawa
Reporter: Harian Kontan | Editor: Lamgiat Siringoringo
KONTAN.CO.ID - Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden terpilih versi hitung cepat (quick count) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dalam janji politiknya memiliki program makan siang gratis. Program populis yang ditujukan bagi 80 juta penerima manfaat ini membutuhkan anggaran lebih dari Rp 400 triliun setahun.
Belakangan ini sempat mencuat kabar bahwa program ini bakal didanai dari menyunat anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM). Namun, dalam kacamata keuangan negara tidak tepat jika harus mengorbankan satu pos anggaran karena akan memberikan efek terhadap pos anggaran lainnya.
Misalnya, dicabutnya subsidi BBM berpotensi meningkatkan kemiskinan yang berujung pada kenaikan anggaran bantuan sosial. Oleh karena itu, patut untuk kembali ditilik lagi ruang fiskal untuk mencari kebutuhan dana jumbo ini. Apalagi hal tersebut beririsan dengan poin janji kampanye yang lain, yakni mencapai target rasio penerimaan negara sebesar 23% dari produk domestik bruto (PDB).
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.
Sudah berlangganan? Masuk
Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.