Reksadana Pendapatan Tetap Diburu Meski Kinerja Stagnan

Kamis, 14 April 2022 | 00:19 WIB
Reksadana Pendapatan Tetap Diburu Meski Kinerja Stagnan
[ILUSTRASI. Dana kelolaan reksadana pendapatan tetap meningkat meski kinerja stagnan. KONTAN/Muradi/2020/03/10]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia tengah dalam tekanan. Nyatanya, minat investor pada reksadana pendapatan tetap masih mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan. 

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada akhir Maret 2022, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap naik Rp 3,96 triliun menjadi Rp 155,77 triliun dari Februari sebesar Rp 151,81 triliun. Padahal secara kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap berdasarkan data Infovesta Utama hanya 0,02%.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan ini karena investor reksadana melakukan switching. Sementara investor reksadana saham melakukan profit taking sebab IHSG cetak rekor.

Baca Juga: Jumlah nasabah Raiz Naik Berkat Produk Reksadana Terproteksi dan Fitur Invest Back

"Ditambah lagi kehadiran investor ritel baru yang tren pertumbuhannya terus meningkat setiap bulan," terang Yudha, Rabu (13/4). Data KSEI, jumlah investor reksadana per akhir Maret 2022 mencapai 7,74 juta, naik 13,12% dari akhir tahun 2021. 

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf bilang, harga obligasi yang saat ini tengah terkoreksi dinilai menarik ke depan. Sehingga investor yakin ini adalah kesempatan untuk mulai masuk. 

Menurut Dimas, jumlah dana kelolaan maupun unit penyertaan reksadana pendapatan tetap di Sucorinvest AM  masih tumbuh. Namun, ia bilang, pertumbuhan lebih signifikan pada reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi korporasi. 

"Proyeksi kami, kinerja reksadana pendapatan tetap yang fokus ke obligasi negara bisa berikan imbal hasil 4%-6% di tahun ini. Sedangkan yang berbasis obligasi korporasi memberi imbal hasil di 6%-7%," pendapat Dimas.

Yudha pun sependapat jika reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi negara cenderung terbatas upside. Karena itu, Trimegah memilih obligasi negara durasi pendek dan overweight obligasi korporasi. Pada tahun ini, Yudha memproyeksikan imbal hasil reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi korporasi 5%-6,5%. Sementara reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi negara 2%-3%. 

Baca Juga: Terus Bertambah, Jumlah Investor Pasar Modal Capai 8,4 Juta Per Maret 2022

Bagikan

Berita Terbaru

Indeks-Indeks Saham ASEAN Menghijau (Periode 5-9 Mei 2025)
| Senin, 12 Mei 2025 | 22:59 WIB

Indeks-Indeks Saham ASEAN Menghijau (Periode 5-9 Mei 2025)

Indeks-indeks saham di ASEAN kembali kompak menghijau dalam sepekan. SET Index menjadi indeks yang tumbuh hingga 1%, per Jumat (9/5/2025).

Inkosistensi Kebijakan Pemerintah dan Dampaknya ke Depan
| Senin, 12 Mei 2025 | 22:53 WIB

Inkosistensi Kebijakan Pemerintah dan Dampaknya ke Depan

Presiden Prabowo berharap adanya fleksibilitas dalam kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang selama ini dinilainya terlalu kaku.

Perusahaan Batubara Milik Taipan Kiki Barki Kembali Beroperasi, ESDM Minta Hilirisasi
| Senin, 12 Mei 2025 | 22:41 WIB

Perusahaan Batubara Milik Taipan Kiki Barki Kembali Beroperasi, ESDM Minta Hilirisasi

Tanito Harum akan menjalankan hilirisasi batubara untuk menghasilkan produk semikokas untuk menghasilkan 150 ribu ton semikokas per tahun.

Danantara Instruksikan Penundaan RUPS, Ekspansi Perusahaan BUMN Terhambat
| Senin, 12 Mei 2025 | 22:30 WIB

Danantara Instruksikan Penundaan RUPS, Ekspansi Perusahaan BUMN Terhambat

Penundaan tersebut menghambat pergantian direksi dan komisaris yang dibutuhkan BUMN untuk hadapi kompleksitas tantangan saat ini.

Banyak Rencana Ekspansi, Emiten Restoran CFC (PTSP) Tambah Gerai dan Kegiatan Usaha
| Senin, 12 Mei 2025 | 21:03 WIB

Banyak Rencana Ekspansi, Emiten Restoran CFC (PTSP) Tambah Gerai dan Kegiatan Usaha

Latar belakang ditambahkannya kegiatan usaha ini karena tingginya persaingan di industri makanan dan minuman di Indonesia.

Alat Berat Listrik Bisa Ungkit Penjualan Hingga 100%, VKTR Ungkap Permintaan Forklift
| Senin, 12 Mei 2025 | 19:50 WIB

Alat Berat Listrik Bisa Ungkit Penjualan Hingga 100%, VKTR Ungkap Permintaan Forklift

Direktur Utama VKTR, Gilarsi Wahju Setijono menjelaskan, kebutuhan akan material handling equipment, khususnya forklift listrik, terus meningkat.

IHSG Hanya Naik 0,25% Sepekan, Saham ANTM Mentereng di Pekan Lalu
| Senin, 12 Mei 2025 | 14:45 WIB

IHSG Hanya Naik 0,25% Sepekan, Saham ANTM Mentereng di Pekan Lalu

Dalam periode perdagangan 5-9 Mei 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,25% ke level 6.832,80.

Profit 31,58% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Merosot (12 Mei 2025)
| Senin, 12 Mei 2025 | 08:42 WIB

Profit 31,58% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Merosot (12 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (12 Mei 2025) 1 gram Rp 1.905.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 31,58% jika menjual hari ini.

Oversubscribe Ratusan Kali Tidak Jadi Jaminan Saham IPO Bertahan Lama di Zona Hijau
| Minggu, 11 Mei 2025 | 14:00 WIB

Oversubscribe Ratusan Kali Tidak Jadi Jaminan Saham IPO Bertahan Lama di Zona Hijau

Pada hari perdagangan perdananya, DKHH menyentuh auto reject atas (ARA) usai melesat 34,85% ke level Rp 178, dari harga IPO di Rp 132 per saham.

Ini Dia Teknologi Pindai Iris Mata yang Bikin Heboh
| Minggu, 11 Mei 2025 | 14:00 WIB

Ini Dia Teknologi Pindai Iris Mata yang Bikin Heboh

Heboh daftar iris bisa mendapatkang uang, ini sebenarnya tujuan kehadiran teknologi proof of human. Yuk simak

INDEKS BERITA

Terpopuler