Saatnya Menebak Perilaku Saham-Saham IPO

Senin, 24 Juli 2023 | 11:01 WIB
Saatnya Menebak Perilaku Saham-Saham IPO
[ILUSTRASI. OPINI - Parto Kawito?- Direktur PT Infovesta Utama]
Parto Kawito | Direktur PT Infovesta Utama

KONTAN.CO.ID - Maraknya penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) tidak terbantahkan. Hingga 20 Juli 2023 ada 49 perusahaan melantai di bursa dengan antrean yang masih berderet.

Animo investor cukup baik dengan seringnya oversubscribe pada perhelatan penawaran perdana hingga ratusan persen. Harga saham saat masuk ke pasar sekunder sering menembus batas Auto Rejection Atas (ARA). 

Sayang, bila ARA, investor ritel tidak banyak mendapat saham saat IPO karena penjatahan minim.  Volume transaksi juga relatif kecil pada hari pertama bila ARA. Walaupun harga terbentuk tinggi, belum tentu banyak investor yang menikmati. 

Analis banyak yang mengatakan, harga tergantung fundamental emiten. Namun agak susah menerka kewajaran valuasi harga saham IPO karena kurang data prospek atau perbandingan dengan industri sejenis. 

Seringkali fundamental tidak sejalan dengan kinerja saham di pasar sekunder. Tak jarang perusahaan rugi, harga sahamnya ARA berkali-kali. Sedangkan emiten fundamental baik melempem.

Saham Baca Juga: Masih Ada 43 Perusahaan yang Antre IPO di BEI

Penulis menduga, selain faktor fundamental, euforia, makro-ekonomi, ada faktor lain berperan besar, yaitu emiten atau pihak lain berkepentingan. Seperti pemegang saham mayoritas, pengendali dan sekuritas. 

Sudah rahasia umum, keinginan/strategi emiten atau pihak lain terhadap harga saham di pasar sekunder memegang peran krusial. Masuk akal, emiten atau pihak lain memegang mayoritas saham dan punya duit minimal dari IPO. Ditambah bumbu-bumbu via medsos atau pompom. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melarang aksi ini karena masuk kategori transaksi semu dan insider trading. Memang tak semua emiten yang sahamnya naik atau turun tajam, melakukan hal ini. Ada juga faktor psikologis.  

Perilaku harga saham yang naik/turun bisa mempengaruhi keputusan investor membeli atau menjual saham. Atau sebaliknya ketamakan dan ketakutan investor menyebabkan volatilitas harga. 

Berdasar premis di atas, penulis mencoba mencari tahu perilaku saham IPO agregat saat masuk ke pasar sekunder dengan meneliti kecil-kecilan.
Saham IPO yang diteliti hanya yang listing sejak awal 2023 hingga 19 Juli 2023, berjumlah 49 emiten. Pengamatan hanya return pada hari pertama. Ini cukup penting. Perhatian investor terutama ritel  tercurah pada kesuksesan kinerja perdana.

Selanjutnya dicari return jangka pendek yaitu 5 hari bursa sejak IPO, mengingat umumnya investor ritel berorientasi jangka pendek. Return satu bulan dihitung untuk melihat ada investor yang mau pegang atau terpaksa memegang saham tersebut. 

Hasil pengamatan, 14 saham melonjak menyentuh ARA. Artinya ada probabilitas 28.6% investor IPO mendapat cuan maksimal di hari pertama listing. Return maksimal 35% ditorehkan PT Era Digital Media (AWAN), PT Informasi Teknologi Indonesia (JATI), PT Jasa Berdikari Logistics (LAJU), PT Saptausaha Gemilangindah (SAGE) dan PT Sarana Mitra Luas (SMIL). 

Baca Juga: Emiten Baru Ngebut Serap Dana Hasil IPO, Ini Rekomendasi Sahamnya

Sedangkan sembilan emiten walau ARA, return di bawah 35%. Sedangkan 12 saham anjlok di bawah IPO (probabilitas 24,5%) dengan return terendah -15%. Yakni PT Maxindo Karya Anugerah (MAXI), menyusul empat saham  berkinerja minus 10%.

Selanjutnya menghitung rata-rata return. Hasilnya relatif baik. Rata-rata return 1 hari sebesar 13,7%, return 5 hari pasca IPO tercatat 35,5% dan return 1 bulan diganjar 44,8%. Semakin sabar investor, return semakin besar. Namun risiko juga semakin tinggi. Tercermin dari kisaran return terendah hingga tertinggi. 

Untuk holding period 1 hari kisarannya -15% hingga 35%. Periode 5 hari di -42% sampai 204% alias semakin lebar. Dan periode 1 bulan antara -65,4% hingga 362,5%. Kisaran semakin lebar dengan angka minus semakin besar, artinya risiko membesar. 

Angka probabilitas juga demikian, untuk periode 1 hari, probabilitas return 75,5%. Artinya dari 49 saham IPO terdapat 37 saham yang menghasilkan cuan dan hanya 12 merugi. Sedangkan periode 5 hari angka probabilitas cuan menurun sedikit ke 73.5% alias dari 49 saham IPO ada 36 saham menghasilkan cuan. 

Angka probabilitas holding period 1 bulan ambles ke 60,5% alias hanya 26 saham yang naik, 17 saham menghasilkan return negatif. Khusus holding period 1 bulan hanya 43 saham. Ada 6 saham yang usianya belum 1 bulan hingga artikel ini dibuat.

Kembali ke perilaku harga IPO di hari pertama, dari 12 saham yang turun dari harga IPO, ada 8 saham negatif di hari kelima (probabilitas 66,7%) dengan kerugian membesar.

Jika dipegang 1 bulan, ada 5 saham yang merugi semakin dalam dibanding hari pertama. Artinya bila hari pertama harga saham anjlok, besar kemungkinan dipegang 5 hari atau 1 bulan masih merugi bahkan semakin dalam. Hanya 4 saham (probabilitas 33%)  menjadi positif.

Adapun saham yang naik di hari pertama bila dipegang selama 1 bulan, terdapat probabilitas 42% sahamnya semakin naik. Return antara 29% hingga 362.5%. 

Selanjutnya dihitung korelasi return di hari tertentu dengan hari lain. Korelasi return  hari pertama dengan  hari kelima paling tinggi mencapai 0,61 dengan tanda positif.

Artinya return hari pertama dengan kelima searah cukup kuat. Sedangkan korelasi return hari pertama dengan 1 bulan dan Since Inception atau sejak IPO hingga tanggal 20 Juli 2023, semakin melemah walaupun masih positif. Uniknya korelasi 5 hari dengan 1 bulan dan 5 hari dengan Since Inception cukup kuat di 0,58 dan 0,45.

Jadi, investasi saham IPO menarik jika investor bisa mendapat jatah saham dengan porsi seperti yang dipesan. Rata-rata return 13,7% jauh melampaui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang  -2.01% yoy. 

Angka 13,7% bisa menjadi target return bila investor tidak mempunyai gambaran ingin jual di harga berapa saat listing perdana. Bila hari pertama saham  jeblok, ada kans 66,7% atau 2 dari 3 saham memble hingga 5 hari ke depan. Bila tetap dipegang hingga 1 bulan ada kans 41% tetap merugi. Sebaliknya saham dengan kinerja hari pertama naik,  ada kans 42% melanjutkan kenaikan, bisa mencapai ratusan persen (baggers).

Namun bukan berarti penulis menganjurkan  menjual saham saat hari pertama anjlok. Ada faktor lain yang bisa mengangkat kembali harga saham tersebut. Investor perlu memperhatikan mitigasi risiko. Disiplin menetapkan batas cut-loss  pada penelitian kecil ini dengan angka -10% hingga -15%.              n

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku
| Jumat, 22 November 2024 | 15:14 WIB

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku

Kepemilikan Prajogo Pangestu dalam emiten Gozco Group, diakitkan dengan investasi Gozco di PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB),  

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI
| Jumat, 22 November 2024 | 14:33 WIB

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI

Dua nama calon menteri Donald Trump yang pro energi fosil, yakni Doug Burgum calon Menteri Dalam Negeri dan Chris Wright calon Menteri Energi.

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal
| Jumat, 22 November 2024 | 09:50 WIB

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal

Tahun ini BPDPKS menargetkan setoran pungutan ekspor sawit sebesar Rp 24 triliun, turun dari target awal

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan
| Jumat, 22 November 2024 | 09:32 WIB

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan

Ribuan masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang menolak rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12% tersebut

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana
| Jumat, 22 November 2024 | 09:14 WIB

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana

Menurut Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto, tax amnesty tidak bisa diterapkan terus-menerus dalam waktu singkat

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru
| Jumat, 22 November 2024 | 09:12 WIB

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru

Kendati harga saham pendatang baru sudah naik tinggi hingga ratusan persen, waspadai pembalikan arah

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

Mimpi ke Piala Dunia
| Jumat, 22 November 2024 | 08:00 WIB

Mimpi ke Piala Dunia

Indonesia harus mulai membuat cetak biru pengembangan sepakbola nasional yang profesional agar mimpi ke Piala Dunia jadi kenyataan.

INDEKS BERITA

Terpopuler