Saham Bank-Bank Kecil Tersengat Bank Digital

Selasa, 24 Agustus 2021 | 06:50 WIB
Saham Bank-Bank Kecil Tersengat Bank Digital
[]
Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saham-saham bank bermodal mini  kembali bergerak liar sejak akhir pekan lalu. Bahkan saham PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) melonjak hingga menyentuh auto rejection atas (ARA) berturut-turut dalam dua hari terakhir. Saham BNBA tersengat pengumuman pemilik bank ini akan melakukan divestasi saham. Saat ini proses divestasi tersebut masih tahap finalisasi.  Keputusan divestasi akan segera diumumkan dalam waktu dekat.

BNBA ditutup naik 24,7% ke level Rp 1.565 pada Senin (23/8) dibanding perdagangan sehari sebelumnya. Sejak akhir tahun lalu, BNBA sudah melesat 314%. Saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) juga menguat 482,69% secara year to date (ytd). Bahkan PT Allo Bank Indonesia (BBHI) sudah terbang 1.371% ytd. 
 
Bank-bank tersebut masih bermodal inti di bawah Rp 2 triliun. Artinya, sesuai ketentuan regulator, bank wajib memenuhi modal inti Rp 2 triliun pada akhir 2021 atau tersisa empat bulan lagi.
 
Ramainya sentimen investor anyar bakal menyuntikkan dana segar ke bank-bank bermodal mini ini membuat harga sahamnya bergerak fluktuatif. Menurut Pengamat Ekonomi digital dari Indef Nailul Huda, salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga saham-saham bank mini juga karena aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait bank umum yang di dalamnya mengatur terkait bank digital akhirnya dirilis. 
 
Dalam aturan anyar itu disebut, pembentukan bank digital baru akan membutuhkan modal inti Rp 10 triliun. Sementara jika memilih transformasi bank yang sudah berdiri menjadi bank digital, hanya butuh modal Rp 3 triliun. "Jadi perusahan teknologi akan lebih baik kerjasama atau mengakuisisi bank kecil," jelasnya pada KONTAN, Senin (23/8).
 
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengungkapkan, minat investor masuk ke perbankan Indonesia cukup besar, termasuk investor asing. Dia bilang, ada beberapa saat ini yang sedang mengajukan izin.
 
Prospek menarik 
 
Tingginya minat tersebut menurut Heru lantaran bisnis bank di Indonesia masih seksi. Ini  ditandai dengan kondisi Net Interest Margin (NIM) bank di Tanah Air yang cukup bagus dibandingkan kawasan regional. Begitu pula dengan kondisi likuiditas bank yang masih cukup bagus. 
 
"Banyak sekali investor yang melirik. OJK tetap selektif memberikan izin. Kami akan melihat visi investor  dan juga kontribusi terhadap ekonomi serta kemampuan keuangannya. Terakhir juga nanti akan dilakukan uji kelayakan dan kepatuhan," kata Heru, Senin (23/8). 
 
Namun Heru tidak mengungkapkan siapa saja investor yang akan masuk memperkuat modal bank-bank mini tersebut. Dia  hanya mengatakan, bahwa nama calon-calon investor yang akan masuk sudah banyak beredar di pasar. 
 
Sea Group salah satu yang dikabarkan mengincar untuk mencaplok bank lokal setelah berhasil mengakuisisi Bank Kesejahteraan Ekonomi yang kini berganti nama jadi Sea Bank. Amazon.com, raksasa e-commerce milik Jeff Bezos, juga disebut-sebut mau mengembangkan bank digital di Indonesia. 
 
Selain itu, Kredivo juga dikabarkan akan meluncurkan bank digital bernama Lime. Perusahan financial technology (fintech) ini merupakan pemegang saham PT Bank Bisnis Internasional Tbk yang berencana menjadi bank digital. "Kemungkinan kami arahnya jadi bank digital," ujar Paulus Wijaya Sekretaris Bank Bisnis Internasional.
 
PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk  (BEKS) juga perlu mempertebal modalnya hingga Rp 2 triliun tahun ini. Bank daerah ini akan menggelar rights issue sebanyak-banyaknya 23,39 miliar saham dengan nominal Rp 50 per saham. Bank daerah ini berharap bisa mendatangkan investor baru. Pasalnya, Pemerintah Provinsi Banten melalui PT Banten Global Development tidak akan mengeksekusi haknya.  

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terbaru

Kongsi IBC, Antam dan CATL Atur Skema Pendanaan Sindikasi Luar Negeri dan Himbara
| Jumat, 15 November 2024 | 15:15 WIB

Kongsi IBC, Antam dan CATL Atur Skema Pendanaan Sindikasi Luar Negeri dan Himbara

Nilai investasi ekosistem baterai EV di proyek patungan IBC, Antam dan anak usaha CATL mencapai kurang lebih US$ 6 miliar.

Aral Melintang Gerus Komposisi China di Smelter Nikel Indonesia Demi Tembus Pasar AS
| Jumat, 15 November 2024 | 14:30 WIB

Aral Melintang Gerus Komposisi China di Smelter Nikel Indonesia Demi Tembus Pasar AS

Meski mendapat halangan dari Amerika Serikat, China dan Indonesia akan tetap mendominasi pasokan nikel dunia.

Pasar Obligasi Asia Bakal Tumbuh Subur, Indonesia Jadi Salah Satu Pendorong
| Jumat, 15 November 2024 | 10:40 WIB

Pasar Obligasi Asia Bakal Tumbuh Subur, Indonesia Jadi Salah Satu Pendorong

China, Indonesia, India, dan Filipina diprediksi akan terus memimpin pertumbuhan pasar obligasi di Asia.​

Saham Lapis Dua Mulai Merana
| Jumat, 15 November 2024 | 09:02 WIB

Saham Lapis Dua Mulai Merana

Setelah sempat menguat di tengah pelemahan saham-saham big cap, kini saham-saham lapis kedua juga mulai kehilangan tenaga.

Harga Emas Turun tapi Stok Logam Mulia Antam Belum Tersedia
| Jumat, 15 November 2024 | 08:49 WIB

Harga Emas Turun tapi Stok Logam Mulia Antam Belum Tersedia

Tidak tersedianya stok emas batangan Antam bisa terjadi karena masalah logistik ataupun permintaan. 

Saham Big Cap Mulai Minim Sokongan Asing
| Jumat, 15 November 2024 | 08:48 WIB

Saham Big Cap Mulai Minim Sokongan Asing

Beberapa saham berada di daftar top 10 market cap bursa, tidak  masuk dalam portofolio hedge fund asing

Incar Dana Rp 2 Triliun dari Obligasi, Tower Bersama Catat Oversubscribed
| Jumat, 15 November 2024 | 08:42 WIB

Incar Dana Rp 2 Triliun dari Obligasi, Tower Bersama Catat Oversubscribed

Rasio lancar TBIG per September 2024 berada di angka 0,2x, turun dari periode sama tahun sebelumya yang sebesar 0,3x. 

Daya Beli Anjlok, Kinerja Industri Ritel Keok
| Jumat, 15 November 2024 | 07:55 WIB

Daya Beli Anjlok, Kinerja Industri Ritel Keok

Pelemahan industri ritel disebabkan oleh beberapa faktor ekonomi, termasuk tren deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut.

Pemerintah Menindak Penyelundupan Barang Senilai Rp 6,1 Triliun di Sepanjang 2024
| Jumat, 15 November 2024 | 07:29 WIB

Pemerintah Menindak Penyelundupan Barang Senilai Rp 6,1 Triliun di Sepanjang 2024

Pemerintahan Prabowo Subianto membentuk Desk Pencegahan dan Pemberantasan Penyelundupan di bawah koordinasi Kemenko Bidang Politik dan Keamanan.

Dilema Industri di Tengah Lonjakan Harga Kakao
| Jumat, 15 November 2024 | 07:20 WIB

Dilema Industri di Tengah Lonjakan Harga Kakao

Produsen makanan dan minuman fokus melakukan efisiensi dan pengetatan biaya operasional untuk mengantisipasi efek kenaikan harga kakao.

INDEKS BERITA

Terpopuler