Segudang Rencana Antam, dari Akuisisi INCO hingga Ekspansi ke Afrika
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memiliki segudang rencana ekspansi. Emiten anggota indeks Kompas100 ini juga melihat potensi ekspansi di luar negeri.
Di dalam negeri, Antam mengaku berminat mengakuisisi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) jika mendapat amanah dari holding, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan pemerintah. Rencananya, dari divestasi 40% saham INCO, Inalum mengambil 20%. Antam disebut-sebut akan membeli 20% sisanya.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, rencana akuisisi tersebut masih dalam tahap pembahasan. Meski begitu, dia mengaku tertarik menguasai cadangan tambang yang dimiliki oleh Vale.
"Tentu Vale menarik. Tetapi, harus dilihat dulu arahan dari pemegang saham, juga harus evaluasi harga yang ditawarkan," kata Arie.
Direktur Pengembangan Antam Sutrisno S Tatetdagat mengatakan, perusahaan tertarik memiliki tambang emas di suatu kawasan Afrika. Sutrisno masih menutup detail rencana ekspansi ini. "Prospeknya cukup menjanjikan. Jadi ini bisa jadi salah satu ekspansi baru ke depan," kata dia, kemarin.
Di Laos, Antam akan mengembangkan lini bisnis baru, yaitu mineral industri berupa tambang fosfat. Ini merupakan kerjasama BUMN dengan Pemerintah Laos. Menurut Sutrisno, sambutan pihak Laos positif. "Mereka bilang, ini ada data dan ada lahan, apakah berminat?" papar dia.
Analis Kresna Sekuritas Robertus Hardy mengatakan, cashflow ANTM masih cukup kencang untuk ekspansi. Emiten ini juga masih punya ruang cukup besar untuk mencari pinjaman. "Menurut saya, ekspansi akan tetap bisa terlaksana," kata dia. Robertus merekomendasikan beli ANTM dengan target harga Rp 1.100 per saham.
Fundamental emiten ini juga cukup positif. Produksi komoditas tambang ANTM terus naik di tahun ini. Meski begitu, penjualan ekspor cenderung melandai.
Pada kuartal pertama 2019, produksi feronikel Antam misalnya tumbuh 7% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi 6.531 ton nikel dalam feronikel (TNi).
Proyek chemical grade alumina (CGA) di pabrik Tayan, Kalimantan Barat, sudah mulai berproduksi kembali sejak Oktober 2018 dan menghasilkan 12.041 ton di kuartal I-2019. "Pada tahun lalu belum berproduksi sama sekali," kata Arie.
Hanya saja, produksi emas mengalami penurunan sebesar 13% menjadi 471 kilogram. Penjualan ekspor komoditas logam mulia Antam juga turun sekitar 6% di akhir kuartal I-2019 menjadi 6,3 juta ton.
Untungnya penjualan ekspor dari tambang emas Pongkor menolong kinerja dengan kenaikan penjualan 17% menjadi 350 kg. "Kalau untuk feronikel, penjualannya sebesar 7.122 ton atau naik 33% dibanding periode yang sama di 2018," lanjut Arie.
Arie menuturkan, penurunan penjualan ekspor biji nikel dan bauksit tersebut disebabkan oleh masalah perpanjangan dari izin penjualan yang baru diterima kira-kira pada pertengahan Maret tahun ini. "Tapi kami yakin ketertinggalan penjualan ini akan meningkat di kuartal II-2019," kata dia.