Semester I, Investasi Asing di Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran Turun

Senin, 12 Agustus 2019 | 18:56 WIB
Semester I, Investasi Asing di Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran Turun
[ILUSTRASI. Paparan realisasi investasi penanaman modal PMDN-PMA]
Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di bidang usaha perumahan, kawasan Industri, dan perkantoran pada semester I-2019 terpantau turun secara tahunan atau year on year (yoy).

Data BKPM mencatat semester I-2019 PMA bidang usaha tersebut mendulang investasi sebanyak US$ 1,57 juta. Angka ini turun 44,7% dibandingkan periode sama 2018 yang mencapai US$ 2,84 juta.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong sempat menyebutnya, tahun lalu investasi perumahan, kawasan Industri, dan perkantoran semester I-2018 menjadi kotributor utama PMA lantaran dampak dari pembangunan infrastruktur dari program pemerintah.

Baca Juga: BKPM ingin lebih perhatikan investor kecil di berbagai sektor

Sementara itu, Ekonom Maybank Kim Eng Sekuritas Luthfi Ridho menilai gairah investor asing pada semester I-2019 lesu karena perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China serta Pemilu.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga 25 basis points (bps) dan masih membuka ruang untuk pemangkasan selanjutnya. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan penurunan suku bunga hingga 50 bps akan menstimulus kredit properti.

Sehingga hal tersebut bisa menstimulus PMA ke bidang usaha perumahan, kawasan Industri, dan perkantoran. Dia menambahkan untuk kawasan industri perlu lebih banyak promosi dan insentif yang tepat sasaran.

“Insentif percepatan pembebasan lahan untuk pembangunan kawasan industri yang dikelola swasta,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (12/8).

Berbeda, Luthfi menilai pemodal asing cenderung tidak melihat BI rate, tetapi lebih meliat likuiditas global. Namun, Luthfi menilai sampai dengan akhir tahun 2019 PMA di bidang usaha perumahan, kawasan Industri, dan perkantoran masih bisa tumbuh karena kabar relokasi pabrik China.

“Apalagi dengan adanya usaha untuk memindahkan pabrik dari China ke negara lain. Seharusnya Indonesia bisa dapat walau sedikit,” kata Luthfi kepada Kontan.co.id, Senin (12/8).

Baca Juga: BKPM: Jawa Barat jadi lokasi investasi paling seksi di kuartal II 2019

Direktur Perpajakan Internasional Dirjen Pajak Kemenkeu John Hutagaol mengatakan sejauh ini pemerintah sudah memberikan stimulus pajak bagi investor, misalnya insentif fiskal berupa pengurangan pajak di atas 100% atau super deduction tax.

“Saya rasa investor asing masih melirik Indonesia yang memiliki market besar, bahan baku banyak, tenaga kerja. Untuk kawasan Asia daya saing Indonesia kuat,” kata John.

Dari sisi internal, Luthfi mengatakan kejelasan pembebasan lahan perlu lebih diperhatikan pemerintah. “Itu faktor yang paling mahal biasanya, selain itu insentif pajak jual beli perumahan,” tutur Luthfi.

Bhima menambahkan properti dan kawasan industri risikonya masih cukup besar karena permintaan belum stabil. Dia memandang investor banyak menunggu makro ekonomi global kondusif dulu. 

Meskipun dalam jangka panjang prospek properti dan kawasan industri di Indonesia masih cukup besar.

Dari sisi properti antara supply dan demand rumah masih lebar. Backlog perumahan diperkirakan 5,4 juta unit. 

"Jadi wait and see-nya hanya dalam jangka pendek. Setelah siklus ekonomi membaik, investasi akan recovery,” kata Bhima.

Bagikan

Berita Terbaru

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:12 WIB

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra

WSKT juga menargetkan peningkatan pendapatan selama periode tersebut, meski Buyung enggan menyebut angkanya secara spesifik.  

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:08 WIB

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis

Pengiriman menggunakan pesawat perintis merupakan langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan energi di wilayah terdampak

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:03 WIB

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana

FiberStar juga menghadirkan layanan internet darurat menggunakan teknologi Starlink untuk mendukung komunikasi bagi penyintas, relawan dan aparat

Berharap Pertumbuhan Ekonomi Mendongkrak Dana Kelolaan
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:00 WIB

Berharap Pertumbuhan Ekonomi Mendongkrak Dana Kelolaan

AUM reksadana mencapai all time high (ATH) per Oktober 2025 dengan mencatat Rp 621,67 triliun per Oktober 2025

Menakar Target Pengeboran 100 Sumur
| Jumat, 05 Desember 2025 | 06:58 WIB

Menakar Target Pengeboran 100 Sumur

Merujuk laporan SKK Migas, realisasi investasi hulu migas Indonesia hingga Agustus 2025 mencapai US$ 9,38 miliar atau setara Rp 152,96 triliun.

Pebisnis Berharap Harga DMO Batubara Naik
| Jumat, 05 Desember 2025 | 06:55 WIB

Pebisnis Berharap Harga DMO Batubara Naik

Harga DMO batubara untuk kelistrikan US$ 70 ton per ton berlaku sejak 2018, sehingga pelaku usaha minta penyesuaian

Pemerintah akan Cabut Izin Korporasi Perusak Hutan
| Jumat, 05 Desember 2025 | 06:48 WIB

Pemerintah akan Cabut Izin Korporasi Perusak Hutan

Terdapat sedikitnya 1.907 wilayah izin usaha pertambangan minerba aktif dengan total luas 2.458.469,09 hektare,

Beragam Insentif Tak Kuat Mendorong Laju KPR
| Jumat, 05 Desember 2025 | 06:35 WIB

Beragam Insentif Tak Kuat Mendorong Laju KPR

Bank Indonesia (BI) mencatat KPR perbankan per Oktober 2025 hanya naik 6,77% secara tahunan, melambat dari Desember 2024 yang tumbuh 10,14%. ​

Perbankan Memupuk Pencadangan
| Jumat, 05 Desember 2025 | 06:30 WIB

Perbankan Memupuk Pencadangan

 Kendati LAR menurun, perbankan tetap memupuk pencadangan guna mengantisipasi ketidakpastian ekonomi. ​

Kinerja Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) Diproyeksi Semakin Membaik di 2026
| Jumat, 05 Desember 2025 | 06:30 WIB

Kinerja Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) Diproyeksi Semakin Membaik di 2026

PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) akan memperkuat pasar ekspor dan normalisasi margin seiring perbaikan konsumsi masyarakat

INDEKS BERITA

Terpopuler