Sentimen Global Mengerek Yield SUN

Rabu, 08 Mei 2019 | 08:23 WIB
Sentimen Global Mengerek Yield SUN
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Yield surat utang negara (SUN) kembali naik terkerek sentimen negatif yang terjadi belakangan ini. Meski begitu, investor dapat memanfaatkan tren tersebut untuk masuk pasar obligasi.

Mengutip Bloomberg, yield SUN seri FR0078 yang menjadi seri acuan tenor 10 tahun bertengger di 7,94% pada Selasa (7/5). Padahal, per 5 April yield SUN 10 tahun sempat menyentuh 7,54% merupakan level terendah di tahun ini.

Praktis, yield SUN 10 tahun kemarin telah menyamai level di akhir tahun lalu. Saat itu, yield SUN 10 tahun juga berada di level 7,94%.

Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah menilai, tren kenaikan yield SUN mulai terjadi sejak akhir April lalu. Hal ini sejalan dengan tren pelemahan rupiah terhadap dollar AS.

Kondisi kian pelik setelah di awal Mei, isu perang dagang antara AS dan China kembali memanas. Ini terkait, Presiden AS Donald Trump yang melontarkan ancaman akan menaikkan bea impor terhadap produk China dari 10% menjadi 25% setara US$ 325 miliar.

"Meningkatnya tensi perang dagang membuat banyak investor global menjauhi aset-aset berisiko, tak terkecuali obligasi pemerintah Indonesia," ujar Rio, Selasa (7/5).

Keputusan The Federal Reserves saat FOMC yang mempertahankan suku bunga acuan AS belum mampu menstabilkan pergerakan yield SUN.

Tak selamanya negatif

Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja mengatakan, tren kenaikan yield SUN tak selamanya menjadi pertanda negatif bagi pasar obligasi Indonesia.

Justru, ketika yield SUN 10 tahun kembali menyentuh level 7,94% atau setara dengan level akhir tahun lalu, kesempatan investor untuk memburu SUN di pasar primer ataupun sekunder pun menjadi terbuka. Sebab, investor bisa memperoleh SUN dengan harga lebih murah dari biasanya, tapi dikompensasi dengan tingkat kupon tinggi.\

Ditambah lagi, SUN merupakan instrumen likuid sehingga harga dan yield lebih mudah berubah dari waktu ke waktu. Dengan begitu, Eric menyarankan, investor untuk tetap berani masuk ke pasar obligasi pemerintah. "Kalau menunggu sampai kondisi pasar pulih, harga SUN mungkin sudah naik banyak," kata dia, kemarin (7/5).

Rio merekomendasikan investor untuk membeli SUN kendati kondisi pasar masih belum stabil. Bahkan, tidak masalah bagi investor untuk mengambil seri-seri bertenor panjang. Misalnya saja, FR0079 yang akan jatuh tempo pada tahun 2039.

Selain harga SUN tenor panjang sedang murah, potensi kenaikan harga seri tersebut juga lebih tinggi ketimbang seri bertenor pendek. "Rata-rata harga SUN tenor panjang dalam kondisi pasar yang normal bisa sampai 3%-4%. Sedangkan tenor pendek maksimal biasanya hanya 2%," terang Rio.

Kendati demikian, saat yield SUN masih bergerak volatil. Rio menyarankan agar investor tetap diversifikasi portofolio dengan membeli seri-seri dari berbagai tenor.

Eric juga memandang seri-seri SUN di atas lima tahun masih menarik untuk dikoleksi investor. Sebab, selisih atau spread yield SUN antara seri bertenor pendek dengan tenor panjang tergolong lebar.

Kemarin, SUN seri acuan tenor 5 tahun atau FR0077 berada di level 7,47% . Artinya, terdapat spread sebesar 0,47% dengan SUN seri acuan 10 tahun di 7,94%. "Secara historis rata-rata selisih hanya sekitar 0,25%," tutur Eric.

Terlepas dari itu, para analis meyakini tren kenaikan yield SUN masih akan terjadi secara jangka pendek. Rio berpendapat, selama isu perang dagang belum mereda, sangat mungkin yield SUN 10 tahun menembus ke 8%.

Namun, potensi kenaikan tersebut akan dipengaruhi pergerakan rupiah. "Kalau rupiah belum bisa menembus di atas level Rp 14.300, seharusnya peluang yield SUN untuk ke level 8% agak terbatas," jelas Rio.

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 39,12% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kembali Naik (25 April 2025)
| Jumat, 25 April 2025 | 08:41 WIB

Profit 39,12% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Kembali Naik (25 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (25 April 2025) 1 gram Rp 1.986.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 39,12% jika menjual hari ini.

Prospek Trimegah Bangun Persada (NCKL) Kinclong, Analis Pasang Rekomendasi Beli
| Jumat, 25 April 2025 | 07:29 WIB

Prospek Trimegah Bangun Persada (NCKL) Kinclong, Analis Pasang Rekomendasi Beli

Prospek PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) diramal tetap solid, didukung oleh proyeksi pertumbuhan produksi dan kontrol biaya yang efisien.

Hartadinata (HRTA) Mengincar Kenaikan Penjualan 60%
| Jumat, 25 April 2025 | 07:26 WIB

Hartadinata (HRTA) Mengincar Kenaikan Penjualan 60%

Kinerja PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) berpeluang meningkat di tengah tren penguatan harga emas sepanjang tahun ini. 

Sikap Trump Melunak, Investor Mulai Melirik Aset Berisiko
| Jumat, 25 April 2025 | 07:19 WIB

Sikap Trump Melunak, Investor Mulai Melirik Aset Berisiko

Sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mulai melunak terkait penetapan tarif ke China, mendorong penguatan sejumlah aset berisiko.

Upaya Efisiensi Unilever Indonesia (UNVR) Mulai Buahkan Hasil
| Jumat, 25 April 2025 | 07:15 WIB

Upaya Efisiensi Unilever Indonesia (UNVR) Mulai Buahkan Hasil

Kendati secara tahunan masih turun, kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mulai membaik secara kuartalan

Hari Ini Jumat (25/4), IHSG Berpotensi Limbung dan Kehilangan Tenaga
| Jumat, 25 April 2025 | 07:12 WIB

Hari Ini Jumat (25/4), IHSG Berpotensi Limbung dan Kehilangan Tenaga

Dari dalam negeri, perhatian pelaku pasar tertuju pada rilis data  money supply M2 atau jumlah uang beredar di Indonesia bulan Maret 2025. 

KPI Capai 78 Juta Barel Realisasi Total Intake
| Jumat, 25 April 2025 | 07:06 WIB

KPI Capai 78 Juta Barel Realisasi Total Intake

KPI memonitor plant availability factor (PAF). Pada kuartal I-2025, PAF tercatat 99,83%, melampaui standar minimal 99%

PLTN akan Menggantikan Pembangkit Berbasis Gas
| Jumat, 25 April 2025 | 07:03 WIB

PLTN akan Menggantikan Pembangkit Berbasis Gas

Pembangunan PLTN dalam negeri masih terkendala belum adanya studi kelayakan atau feasibility study yang memadai.

Tekanan Masih Kuat, Sulit Bagi Rupiah Bisa Menguat
| Jumat, 25 April 2025 | 07:01 WIB

Tekanan Masih Kuat, Sulit Bagi Rupiah Bisa Menguat

Masih sulit bagi rupiah untuk menguat. Inkosistensi Donald Trump menyebabkan investor cenderung menghindari valuta emerging market.

40 Investor Melirik Hulu Migas Indonesia
| Jumat, 25 April 2025 | 07:01 WIB

40 Investor Melirik Hulu Migas Indonesia

Dari 40 investor yang sedang dijajaki, setidaknya beberapa wajah baru telah menunjukkan komitmen kuat,

INDEKS BERITA

Terpopuler