Setelah Garuda, Giliran Waskita Karya Jadi Beban Bank-Bank BUMN
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengalami kesulitan akibat tekanan pandemi Covid-19 membebani keuangan bank-bank Himbara. Tak hanya Garuda Indonesia, perusahaan konstruksi juga kesulitan likuiditas. Ini berdampak pada kemampuan membayar utang.
Setelah mencapai kesepakatan proses restrukturisasi kredit Garuda, bank Himbara melanjutkan proses negosiasi restrukturisasi dengan PT Waskita Karya Tbk.
Direktur Manajemen Risiko Bank BNI, David Pirzada mengatakan, pihaknya bersama sedang melakukan proses grand restrukturisasi kredit Waskita bersama kreditur lain. Hanya saja, dia tidak bersedia menyampaikan opsi mekanisme restrukturisasi. "Info yang confidential tidak bisa saya share," ujarnya pada KONTAN, Rabu (30/6).
Sementara restrukturisasi utang Garuda, BNI dan BRI telah setuju mengkonversi sebagian pinjaman jangka pendek jadi jangka panjang yang jatuh tempo pada 2026.
Adapun Bank Mandiri sepakat restrukturisasi melalui skema perpanjangan pinjaman sampai Desember 2021 dan menangguhkan kewajiban pinjaman. Per September 2020, Garuda memiliki utang jangka pendek US$ 517,68 juta kepada pihak berelasi.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rudi As Atturidha menjelaskan, hingga Maret 2021, outstanding pembiayaan Bank Mandiri ke BUMN Karya mencapai Rp 47,8 triliun. "Seluruh penyaluran kredit Bank Mandiri mengedepankan prinsip kehati-hatian. Salah satunya membentuk pencadangan yang terukur sehingga kualitas kredit terjaga stabil dengan rasio NPL rendah," kata Rudi.
David sebelumnya menjelaskan Waskita sudah diberikan restrukturisasi Covid-19. Sehingga status kreditnya masih tetap kategori lancar. Namun, selanjutnya sudah tidak dapat lagi dilanjutkan dengan restrukturisasi Covid-19 dan harus diselesaikan dengan restrukturisasi biasa.
Per Maret 2021, Waskita punya utang jangka pendek Rp 28,74 triliun. Sebanyak Rp 20,77 triliun dari bank BUMN. Utang ke BNI mencapai Rp 9,7 triliun, ke BRI Rp 3,7 triliun, Bank Mandiri Rp 4,2 triliun, dan sisanya ke Bank Syariah Indonesia.
Sunarso Direktur Utama BRI mengungkapkan, pihaknya melakukan pencadangan optimal terhadap BUMN terdampak pandemi. "Garuda, walau belum jelas keputusannya mau diapakan, BRI sudah lakukan pencadangan hingga 60%. Waskita kami cadangkan dengan cukup hingga 32%," ungkap Sunarso, Rabu (30/6).
Pencadangan ke Waskita lebih rendah karena BRI melihat risiko lebih kecil. Pertimbangannya, BUMN karya kontraktor sekaligus pemilik proyek. Jika restrukturisasi berhasil atau investor yang membeli proyek itu, BRI tinggal mencairkan pencadangan. Agus Sudiarto Direktur Manajemen Risiko BRI bilang, kualitas kredit BUMN masih terjaga. NPL di 1,3%.