Simak Bagaimana Upaya Pebisnis Cat Wujudkan Netral Karbon

Minggu, 17 Desember 2023 | 10:25 WIB
Simak Bagaimana Upaya Pebisnis Cat Wujudkan Netral Karbon
[Produk cat ramah lingkungan berbasis tanaman, Mowilex Naturalle. ]
Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Asnil Amri

KONTAN.CO.ID - Sejak dibukanya bursa karbon di Tanah Air, istilah carbon offset atau tebus karbon semakin dikenal. Perdagangan karbon bukan hanya terkait pada pihak yang menjadi penyedia, tetapi juga mereka yang melakukan pembelian atau melakukan tebus karbon. 
Tebus karbon dimaknai sebagai upaya investasi yang dilakukan individu atau korporasi dalam proyek lingkungan sebagai upaya untuk menyeimbangkan jejak karbon yang dimiliki.  Biasanya pembelian karbon kredit menjadi upaya terakhir yang dilakukan demi mewujudkan carbon neutral. 
Mowilex Indonesia salah satunya. Perusahaan cat dan pelapis ini sudah sejak lima tahun terakhir melakukan berbagai upaya untuk menyeimbangkan jejak karbon mereka. Ada yang dilakukan secara internal, berkolaborasi dengan pihak ketiga hingga melakukan tebus karbon di pasar global.  
Tahun 2023 merupakan tahun kelima, perusahaan berhasil meraih sertifikasi eksternal netral karbon yang mencakup cakupan 1, 2 dan 3. Penilaian ini dilakukan oleh perusahaan sertifikasi lingkungan dan makanan yang berbasis di California, Amerika Serikat yaitu SCS Global Services. 
Niko Safavi, CEO Mowilex Indonesia bilang selama lebih dari 53 tahun, masyarakat telah mempercayai perusahaan sebagai pemimpin di antara produsen cat berkualitas dan sekarang manajemen ingin agar mereka bisa melihat bahwa Mowilex juga menjadi pemimpin industri dalam hal pertanggungjawaban lingkungan. 
Mowilex pertama kali melakukan perhitungan emisi karbon pada tahun 2018. Kala itu perhitungannya masih dilakukan untuk cakupan 1 yang merupakan emisi dari sumber internal perusahaan dan skup 2 yang merupakan emisi tidak langsung yang berasal dari penggunaan energi. 
Pada tahun 2019 perusahaan mulai melakukan perhitungan cakupan 3 atau emisi tidak langsung yang berasal dari aktivitas perusahaan dan pihak ketiga yang terlibat. Kemudian tahun 2022, perusahaan kembali melakukan evaluasi terhadap perhitungan emisi di skup 3. 
Per akhir 2022 lalu, emisi gas rumah kaca yang dihasilkan masih didominasi oleh skup 2 dengan prosentase 44,9%, diikuti oleh skup 3 sekitar 43% dan skup 1 sekitar 12,1%. 
Niko bilang, perjalanan untuk menuju carbon neutral alias netral karbon harus dimulai dari pengukuran emisi terlebih dulu. Setelah itu baru bisa diputuskan upaya apa yang dilakukan untuk mengurangi jejak emisi yang dihasilkan. Ada banyak upaya yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi jejak emisi karbon. 
Misalnya di tahun 2022, Mowilex meresmikan pabrik baru di kawasan Cikande, Banten yang berkonsep ramah lingkungan. Pabrik ini menggunakan teknologi kaca ganda canggih menerangi ruang kerja secara alami untuk mengurangi konsumsi listrik dan suhu interior. Upaya ini diperkirakan bisa menekan emisi hingga 7%. Lantas, limbah air dimanfaatkan kembali untuk menyiram 37% area pabrik. 
Mowilex menargetkan penurunan penggunaan listrik di pabrik hingga 15% dan konsumsi diesel bisa turun hingga 20% pada tahun 2023. “Kami fokus pada upaya analisis energi yang dikonsumsi untuk setiap proses manufakturnya,” ujarnya. 
Perusahaan juga telah memasang lebih dari 100 panel surya di kantor pusat. Upaya ini dilakukan untuk menekan emisi skup 2. Panel surya ini ditempatkan secara strategis di area parkir. Sekarang pada 1 dari 7 hari, perusahaan  mendapatkan pasokan daya dari panel surya. 
Tak hanya itu, untuk menekan emisi di skup 2, Mowilex juga mendapatkan pasokan Renewable Energy Credits (RECs) dari Proyek Panas Bumi Lahendong (PLTP). 
Sayangnya meski sudah menerapkan beragam hal, praktiknya ada banyak emisi yang tidak bisa dikurangi. Akhirnya diambil langkah untuk melakukan tebus karbon. Mowilex masuk ke pasar karbon global dan membeli karbon yang sudah tersertifikasi dari entitas yang sudah diakui. “Jika tidak bisa menghindari, dapat mengurangi. Jika tidak bisa mengurangi, dapat menyeimbangkan,” tegasnya.
Adapun beberapa portofolio tebus karbon yang dibeli Mowilex di antaranya National Solar Power Development Program di India, Burgos Wind Farm  di Filipina, Restorasi & Konservasi Lahan Gambut Katingan di Indonesia, Proyek Biodiversity Rimba Raya di Indonesia dan Household Agricultural Biogas di Vietnam. 
Namun, upaya reduksi emisi dan tebus karbon ini tak membuat perusahaan puas. Niko mengaku masih memiliki keraguan terhadap upaya penurunan emisi yang dilakukannya. 
Untuk meyakinkan capaian netral karbon yang disandangnya, sejak tahun 2020 Mowilex juga memulai program menanam 50.000 pohon. 
Uniknya, upaya penanaman pohon ini tidak dihitung sebagai kredit karbon karena perhitungan emisinya dianggap belum tersertifikasi. “Kami melakukan upaya penanaman ini agar kami tidak memiliki keraguan dari upaya yang sudah dilakukan,” jelasnya.
Bukan sekadar melakukan upaya mewujudkan netral karbon. Mulai 2023 ini, Mowilex juga resmi merilis laporan keberlanjutan pertamanya. Meski praktiknya sudah mulai diterapkan lima tahun lalu, baru kali ini mereka menyajikannya dalam sebuah laporan. 

Penuh tantangan

Keberhasilan mewujudkan  netral karbon selama lima tahun berturut-turut tidak lepas dari beragam tantangan yang harus dihadapi. 
Persoalan pertama datang dari sisi biaya. Niko mengakui biaya untuk mewujudkan netral karbon tidak bisa dibilang murah. Ia membaginya dalam 3 komponen biaya. Pertama, biaya untuk melakukan pengukuran emisi karbon. Kedua, biaya untuk melakukan sertifikasi dan terakhir adalah biaya untuk membeli karbon yang sudah tersertifikasi. 
Sebenarnya setiap tahun, Mowilex sudah memiliki anggaran tersendiri untuk membiayai upaya tebus karbonnya. Ada karyawan yang khusus menghitung emisi tahunan dan berapa kebutuhan biaya yang diperlukan menjalankan aspek ESG mereka ini..
Namun, manajemen enggan menyebut kebutuhan anggaran ini sebagai komponen biaya. Mereka lebih suka menganggapnya sebagai investasi, yaitu investasi yang dikeluarkan untuk membentuk loyalitas merek. Mereka ingin agar konsumen membeli produk Mowilex karena kualitas produk dan kepedulian manajemen terhadap lingkungan. 
Untungnya gayung bersambut. Pasar memberikan respon positif dan terjadi peningkatan penjualan.  Ada kalangan konsumen yang sudah mulai peduli dengan praktik keberlanjutan yang dilakukan perusahaan. 
“Saya tidak tahu, kenaikan penjualan ini kami dapat karena penerapan ESG atau tidak, yang penting kami sudah melakukan banyak hal, memperkenalkan produk baru, semakin agresif dalam menjual dan meningkatkan pendapatan,” imbuhnya. 
Menurut Niko, keberhasilan menerapkan praktik keberlanjutan ini sangat dipengaruhi oleh pemegang saham. Untungnya pemegang saham Mowilex  memberikan cukup dukungan terhadap aksi yang dilakukan oleh  perusahaan dan tidak semata-mata mengejar keuntungan belaka. 
“Kalau profitnya turun tetapi masyarakat menganggap kami sebagai perusahaan beretika, mereka tidak apa-apa. Namun, kalau perusahaan mendapatkan pemberitaan negatif terkait isu lingkungan, justru pemegang saham itu bisa marah besar,” bebernya. 
Tantangan kedua datang dari pengumpulan data. Pengumpulan data untuk mengukur tingkat emisi di  cakupan 1 sampai cakupan 3 bukan hal mudah dan membutuhkan waktu lama.
Terakhir, tantangan datang dari bagaimana menggerakkan kesadaran tentang penerapan praktik keberlanjutan di internal dan eksternal perusahaan. 
Meski harus menghadapi berbagai tantangan di atas dan sudah netral karbon, Niko memastikan upaya penerapan praktik keberlanjutan Mowilex tidak akan berhenti sampai di sini. 
Manajemen akan terus melakukan perbaikan. Misalnya saja terkait upaya mereduksi penggunaan energi, pengumpulan data di skup 3 yang lebih baik, mengembangkan ekonomi sirkular dengan meluncurkan produk bernilai sirkular yang mengedepankan prinsip reduce, reused, recyle dan replace. Rencananya Mowilex akan merilis produk dengan konsep tersebut pada Januari nanti. 
Sekarang ini, Mowilex telah memiliki produk yang mengandung 28% bahan bahan baku terbarukan. Produk ini diberi nama Mowilex Naturalle sudah dipasarkan. 
Nico tetap optimistis penerapan  bisnis berkelanjutan akan berimbas positif yang pada akhirnya bisa membuat perusahaan lebih efisien. o

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Business Insight

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Bagikan

Berita Terbaru

Profit  35.95% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Longsor Dalam (1 Mei 2025)
| Kamis, 01 Mei 2025 | 09:06 WIB

Profit 35.95% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Longsor Dalam (1 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (1 Mei 2025) 1 gram Rp 1.932.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 35,95% jika menjual hari ini.

Beberapa Surat Utang Bakal Jatuh Tempo, ini Kondisi Keuangan INKP
| Kamis, 01 Mei 2025 | 08:00 WIB

Beberapa Surat Utang Bakal Jatuh Tempo, ini Kondisi Keuangan INKP

PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) berencana melunasi surat utang yang akan jatuh tempo tersebut menggunakan dana internal.

Ada Peluang Ekspor CPO ke Jepang, Inilah Kondisi dan Prospek Kelapa Sawit Saat ini
| Kamis, 01 Mei 2025 | 07:00 WIB

Ada Peluang Ekspor CPO ke Jepang, Inilah Kondisi dan Prospek Kelapa Sawit Saat ini

Indonesia menawarkan agar Jepang menambah volume ekspor minyak sawit mentah (CPO) dari Indonesia, sementara, Jepang menawarkan impor susu segar.

Orang Dekat Prajogo Pangestu Resmi Masuk Jajaran Manajemen Raharja Energi Cepu (RATU)
| Kamis, 01 Mei 2025 | 06:36 WIB

Orang Dekat Prajogo Pangestu Resmi Masuk Jajaran Manajemen Raharja Energi Cepu (RATU)

Selain menjadi pintu masuk petinggi Grup Barito sebagai manajemen perusahaan, RUPST RATU juga menyetujui rencana pembagian dividen. ​

Penjualan Rokok HMSP Melandai, Produk Bebas Asap Laris Manis
| Kamis, 01 Mei 2025 | 06:20 WIB

Penjualan Rokok HMSP Melandai, Produk Bebas Asap Laris Manis

Lewat strategi multi-kategori bebas asap ini, di sepanjang 2024 HMSP mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,7 triliun.

Ulasan Lengkap Rencana Merger Adira Finance (ADMF) dan Mandala Finance (MFIN)
| Kamis, 01 Mei 2025 | 06:01 WIB

Ulasan Lengkap Rencana Merger Adira Finance (ADMF) dan Mandala Finance (MFIN)

PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) bakal bertindak sebagai perusahaan penerimaan penggabungan PT Mandala Finance Tbk (MFIN).

 Efisiensi Belanja Pemerintah Mulai Tekan Bisnis Perhotelan
| Kamis, 01 Mei 2025 | 05:31 WIB

Efisiensi Belanja Pemerintah Mulai Tekan Bisnis Perhotelan

Hotel-hotel yang sebelumnya mulai pulih pasca pandemi kini kembali menahan laju karena melambatnya belanja pemerintah.

Aturan ETF Emas Ditargetkan Rampung Kuartal IV 2025, Ada Belasan MI yang Tertarik
| Kamis, 01 Mei 2025 | 04:38 WIB

Aturan ETF Emas Ditargetkan Rampung Kuartal IV 2025, Ada Belasan MI yang Tertarik

Total dana kelolaan ETF emas dunia mencapai US$ 274,3 miliar per November 2024 atau 8.215 ton emas.​

GOTO Menutup April 2025 dengan Manis, Saham Melejit Diborong Asing & Kinerja Membaik
| Kamis, 01 Mei 2025 | 04:38 WIB

GOTO Menutup April 2025 dengan Manis, Saham Melejit Diborong Asing & Kinerja Membaik

Berdasarkan konsensus yang dihimpun Bloomberg, mayoritas analis memberikan rekomendasi beli GOTO dengan target harga rata-rata Rp 100,71.

Saham-Saham Konsumsi Memadati Top Leaders Saat IHSG Naik Tipis Hari Ini (30/4)
| Rabu, 30 April 2025 | 19:36 WIB

Saham-Saham Konsumsi Memadati Top Leaders Saat IHSG Naik Tipis Hari Ini (30/4)

Rabu (30/4), IHSG naik 0,26% atau 17,72 poin ke 6.766,79 pada perdagangan di BEI. Sepanjang April 2025, IHSG mencatat kenaikan 3,93%.

INDEKS BERITA

Terpopuler