KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Singapura kembali menjadi kota dengan biaya hidup termahal. Ini artinya sudah kesembilan kali dalam 11 tahun Singapura menduduki peringkat teratas sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi di jagad raya.
Survei Economist Intelligence Unit yang dilakukan pada 14 Agustus hingga 11 September 2023 menyebut, Singapura berbagi posisi teratas dengan Zurich tahun ini sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi. Padahal, pada tahun lalu, Zurich masih berada peringkat keenam.
Survei yang dilakukan oleh EIU ini membandingkan lebih dari 400 harga barang pribadi pada lebih dari 200 produk dan jasa di 173 kota. Perusahaan riset tersebut mengatakan Singapura menempati posisi teratas karena tingginya biaya bahan makanan, alkohol, pakaian, dan kepemilikan kendaraan pribadi.
Baca Juga: Edegepoint Infrastructure Terbitkan Whitepaper Kesetaraan Digital
Sementara, Zurich terdorong di posisi pertama karena penguatan mata uang dan harga barang-barang rumah tangga serta biaya aktivitas rekreasi yang tinggi.
"Mirip dengan Hong Kong yang di peringkat kelima, Singapura adalah negara kota kecil yang memiliki pusat keuangan sukses," kata Syetarn Hansakul, analis senior EIU.
Singapura saat ini memiliki ruang terbatas dengan banyak profesional bergaji tinggi. Maka tidak heran jika tingkat permintaan akan properti serta sumber daya lain makin meningkat dan mengerek tingkat inflasi.
Selain itu, ada kenaikan harga atas 200 barang yang sering digunakan sebesar 7,4% secara tahunan dalam mata uang lokal. Namun angka tersebut lebih rendah ketimbang kenaikan harga yang terjadi di tahun lalu yang naik 8,1%.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,26% ke Rp 15.524 Per Dolar AS Pada Jumat (1/12)
Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan tren tahun 2017 hingga 2021. "Inflasi di Asia relatif lebih rendah ketimbang negara lain di dunia. Kondisi ini menjelaskan mengapa hanya dua kota di Asia ini yang masuk dalam 10 besar kota dengan biaya termahal," kata Hansakul.
Bahkan, New York yang tahun lalu berbagi posisi teratas dengan negara Asia Tenggara ini harus turun ke posisi ketiga dan berbagi posisi dengan Jenewa.
"Rata-rata kenaikan biaya hidup dunia pada tahun 2023 naik sebesar 7,4%. Namun di Asia, kenaikan rata-rata hanya sebesar 3%,” kata Hansakul. Ini menunjukkan jika banyak negara di Asia mampu mengendalikan harga dibandingkan dengan negara-negara di AS dan Eropa.
EIU memperkirakan inflasi akan terus melambat tahun depan. "Guncangan penawaran mendorong kenaikan harga pada tahun 2021-2022 telah berkurang sejak China mencabut pembatasan akibat Covid-19, lonjakan harga energi akibat konflik Rusia - Ukraina mereda," kata Upasana Dutt, Kepala Worldwide Cost of Living EIU. Namun konflik Israel dan Hamas serta bencana El Nino berpotensi kembali menaikkan harga energi.
Baca Juga: Berotot, Rupiah Spot Menguat 0,16% ke Rp 15.485 Per Dolar AS Pada Jumat (1/12)
10 Kota dengan Biaya Hidup Termahal (Sumber: The Economist Intelligence)
Kota | Negara | Posisi | Inflasi (%) |
Singapura | Singapura | 1 | 4,7 |
Zurich | Swiss | 1 | 1,7 |
Jenewa | Swiss | 3 | 1,7 |
New York | Amerika Serikat | 3 | 3,7 |
Hong Kong | Hong Kong | 5 | 2,7 |
Los Angeles | Amerika Serikat | 6 | 3,7 |
Paris | Prancis | 7 | 3,4 |
Copenhagen | Denmark | 8 | 0,1 |
Tel Aviv | Israel | 8 | 3,7 |
San Fransisco | Amerika Serikat | 10 | 3,7 |