Sinyal Shortfall Pajak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:10 WIB
Sinyal Shortfall Pajak
[ILUSTRASI. TAJUK - Khomarul Hidayat (KONTAN/Indra Surya)]
Khomarul Hidayat | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi penerimaan pajak tahun ini diperkirakan tak mencapai target alias mengalami shortfall. Bahkan, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut shortfall penerimaan pajak tahun 2025 berpotensi melebar. Sebagai gambaran, realisasi penerimaan pajak hingga November 2025 tercatat Rp 1.634,43 triliun. Realisasi ini baru setara 78,7% dari outlook penerimaan pajak 2025 yang senilai Rp 2.076,9 triliun. 

Padahal outlook tersebut juga sudah lebih rendah dibandingkan target awal penerimaan pajak dalam APBN 2025 yang dipatok Rp 2.189,31 triliun. Realisasi penerimaan pajak yang diperkirakan di bawah target bisa mendatangkan ancaman serius bagi kelangsungan fiskal. Maklum saja, penerimaan pajak adalah tulang punggung penerimaan negara. Tahun ini saja penerimaan pajak ditargetkan mencapai Rp 2.189,3 triliun, atau setara 72% dari target total pendapatan negara 2025 yang senilai Rp 3.005 triliun. 

Ancaman fiskal di depan mata adalah efek ke defisit anggaran yang bisa saja membesar andai penerimaan negara yang lain tak bisa menutup kekurangan penerimaan pajak. Defisit APBN bisa membesar karena pos belanja negara tetap sesuai rencana atau bahkan lebih, sementara penerimaan negara berkurang lantaran penerimaan pajak yang meleset dari target.

Menkeu Purbaya pun menduga defisit APBN 2025 berpotensi melebar seiring dengan tekanan pada penerimaan pajak tersebut. Data terbaru per November 2025, menurut hitungan Kementerian Keuangan, defisit APBN mencapai 2,35% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau setara Rp 560,3 triliun. Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan defisit APBN per Oktober 2025 yang sebesar 2,02% PDB.

Selain memberi tekanan ke fiskal, shortfall pajak sebetulnya juga menjadi penanda bahwa perekonomian Indonesia belum sepenuhnya membaik. Ambil contoh, penurunan penerimaan dari pajak konsumsi yakni pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) sebesar 6,6% per November 2025, seperti menegaskan bahwa pelemahan daya beli masyarakat masih memberi tekanan. Tekanan berat juga masih dihadapi dunia usaha. Tercermin dari penerimaan pajak penghasilan (PPh) badan yang menyusut 9% menjadi Rp 263,58 triliun per November 2025.

Dua hal ini seharusnya menjadi sinyal bagi pemerintah, bahwa persoalan penerimaan pajak bukan semata soal administrasi atau kepatuhan, melainkan cerminan kondisi ekonomi riil yang sedang menghadapi tekanan. Ketika konsumsi melemah dan dunia usaha menahan ekspansi, ruang negara untuk memungut pajak secara optimal otomatis ikut menyempit.

Selanjutnya: Rupiah Jadi Biang Kerok, IHSG Jumat (19/12) Masih Bisa Melemah

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terkait

Berita Terbaru

SKB Food (RAFI) Transformasi ke Bisnis Agrifood
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:15 WIB

SKB Food (RAFI) Transformasi ke Bisnis Agrifood

Sebagai pijakan awal transformasi, RAFI mengusung tema “More Impactful and More Valuable” yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan bisnis

Ancaman Dari Jepang Bisa Bikin IHSG & Rupiah Anjlok, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:11 WIB

Ancaman Dari Jepang Bisa Bikin IHSG & Rupiah Anjlok, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Jika perkiraan ini terjadi, ada potensi akan meningkatnya volatilitas saham dan mata uang di pasar global.

Pan Brothers (PBRX) Merajut Pemulihan Kinerja
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:10 WIB

Pan Brothers (PBRX) Merajut Pemulihan Kinerja

Sepanjang 2025 hingga 2026 perseroan masih akan fokus memenuhi kewajiban dalam putusan homologasi, terutama pembayaran bunga utang.

Diskon Pajak Dicabut, Pasar Mobil Listrik Indonesia Juga Bakal Diuji Tarif PPN 12%
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:00 WIB

Diskon Pajak Dicabut, Pasar Mobil Listrik Indonesia Juga Bakal Diuji Tarif PPN 12%

Pemerintah hentikan insentif PPN DTP 10% untuk mobil listrik mulai 2026. Harga mobil listrik rakitan lokal diprediksi naik.

Mengungkit Konsumsi Lewat Wisata Belanja
| Jumat, 19 Desember 2025 | 07:50 WIB

Mengungkit Konsumsi Lewat Wisata Belanja

Program ini menargetkan transaksi hingga Rp 30 triliun selama periode 18 Desember 2025 hingga 4 Januari 2026, 

Momen Belanja Akhir Tahun Dorong Transaksi Kartu Kredit
| Jumat, 19 Desember 2025 | 07:15 WIB

Momen Belanja Akhir Tahun Dorong Transaksi Kartu Kredit

Data BI mencatat, volume transaksi kartu kredit pada Oktober 2025 mencapai 45,224 juta kali, tumbuh 11,75% secara tahunan

Kredit UMKM Menyusut, Akses Kian Menciut
| Jumat, 19 Desember 2025 | 07:14 WIB

Kredit UMKM Menyusut, Akses Kian Menciut

Pertumbuhan kredit UMKM terus mengalami kontraksi, diikuti oleh peningkatan kredit macet.                

Agar Tidak Mengendap Di Instrumen Moneter
| Jumat, 19 Desember 2025 | 07:03 WIB

Agar Tidak Mengendap Di Instrumen Moneter

Menilik kebijakan BI menempatkan kelebihan likuiditas di bank sentral dengan bunga 3,5% .                

Rupiah pada Jumat (19/12) Menanti Data Inflasi AS
| Jumat, 19 Desember 2025 | 07:00 WIB

Rupiah pada Jumat (19/12) Menanti Data Inflasi AS

Fundamental rupiah sejatinya tetap terjaga berkat keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di level 4,75%.

PGEO Menggadang Inovasi, Mau Bangun Data Center yang Menempel Pembangkit Panas Bumi
| Jumat, 19 Desember 2025 | 06:48 WIB

PGEO Menggadang Inovasi, Mau Bangun Data Center yang Menempel Pembangkit Panas Bumi

Green data center dan ekspansi PLTP dorong pertumbuhan pendapatan dan EBITDA PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) hingga 2026.

INDEKS BERITA

Terpopuler