Strategi Reksadana Infovesta: Aset Emas Selepas Pandemi Covid-19

Sabtu, 18 Maret 2023 | 08:00 WIB
Strategi Reksadana Infovesta: Aset Emas Selepas Pandemi Covid-19
[]
Wawan Hendrayana | Vice President INFOVESTA

KONTAN.CO.ID - Seiring dengan kejatuhan Silicon Valley Bank dan kekhawatiran hal ini merembet ke bank lain, harga aset emas pun melonjak. Bagaimana pergerakan harganya dalam jangka lebih panjang, terutama dibandingkan aset pasar modal?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, perlu diingat, dari kacamata investasi, emas hanya memberi keuntungan dari pergerakan harga. Emas tidak menawarkan penghasilan tambahan seperti bunga atau dividen. 

Harga emas di dunia umumnya dijual per ons troi (oz). 1 oz sekitar 31,1 gram. Pada tahun 2000 harga emas masih sekitar US$ 260 per oz. Harga kemudian naik mencapai rekor US$ 1.900 per oz pada tahun 2011.

Namun kemudian harga turun hingga di bawah US$ 1.100 per oz di tahun 2016. Di tahun 2020, harga emas akhirnya menembus rekor US$ 2.000 per oz di Agustus 2020. Tahun ini harga bergerak di kisaran US$ 1.800-US$ 1900 per oz.

Untuk melihat bagaimana hasil investasi emas dibanding dengan aset pasar modal, penulis melakukan pengamatan terhadap kinerja investasi emas, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Infovesta Government Bond Index, yang adalah indikator kinerja obligasi negara.

Baca Juga: Direktur BDKR, Tan Franciscus : Belajar Instrumen Baru Saat Pandemi

Pengamatan dilakukan dengan melakukan perbandingan risk adjusted return setiap instrumen investasi tersebut. Semakin tinggi nilai risk adjusted return, maka kinerja instrumen investasi tersebut semakin optimal.

Penulis mengamati dua periode kinerja, yaitu 1 tahun dan 5 tahun, dalam kisaran 15 Maret 2018 hingga 15 Maret 2023. Hasil pengamatan bisa dilihat di tabel.

 

Kinerja 1 Tahun Terakhir

IHSG

Obligasi Pemerintah

Emas

Return

-4.19%

3.83%

0.21%

Std. Deviation

12.72%

2.02%

15.32%

RAR

-0.33

1.89

0.01

Korelasi

-

7.61%

11.68%

 

Kinerja 5 Tahun Terakhir

IHSG

Obligasi Pemerintah

Emas

Rata-rata Return Tahunan

0.95%

5.33%

7.89%

Std. Deviation tahunan

17.27%

2.51%

15.84%

RAR

0.2804

11.8064

2.9158

Korelasi

-

22.85%

3.83%

Sumber: www.infovesta.com

Terlihat saat pandemi menghantam pasar saham, kinerja obligasi pemerintah tidak turun signifikan, sementara emas di tahun pandemi secara kinerja di atas pasar modal, meski setelah pandemi reda kinerja emas relatif tidak berkembang.

Sebagai perbandingan, dalam 5 tahun terakhir rata-rata suku bunga deposito sesuai LPS adalah 3,6% setelah pajak dan inflasi. Jadi dalam lima tahun terakhir saham mencetak kinerja rata-rata di bawah deposito. Jadi, secara umum, lima tahun terakhir tidak optimal untuk investasi pada instrumen saham bila tidak betul-betul melakukan stock selection mumpuni.

Baca Juga: Strategi Manajer Investasi Pengelola Reksadana Saham Tetap Cuan Saat Saham Koreksi

Bila investor mencari investasi yang paling optimal di antara tiga instrumen yang dibahas di tabel, juaranya adalah obligasi negara dengan nilai risk adjusted return tinggi. Emas juga patut dipertimbangkan. Cuma, kinerja kinclong emas sangat didorong ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, ambruknya bank di Amerika Serikat dan naiknya risiko pada perbankan Eropa.

Secara historis, bila ekonomi dunia membaik, harga emas akan cenderung turun. Investor yang saat ini membeli emas harus siap bila emas turun di tahun depan.

Terlihat juga standar deviasi tahunan emas lebih tinggi dari obligasi negara dan setara dengan saham. Artinya pemegang emas harus siap bila harganya terjun lebih dari 15% dalam setahun. Ini sering terjadi.

Hal yang menarik dari emas adalah rendahnya korelasi dengan IHSG, di bawah 25% dalam jangka lima tahun. Jadi emas menarik sebagai diversifikasi dari saham. Penyebab pasar saham turun tidak terlalu berpengaruh terhadap emas.

Kesimpulannya, sebagai instrumen investasi, emas dapat dipertimbangkan untuk diversifikasi portofolio aset investasi. Namun harap diingat, kinerja diatas mengasumsikan tidak ada biaya tambahan ketika menyimpan emas.

Setiap instrumen memiliki karakteristik, potensi keuntungan dan risiko, investor diharapkan untuk memilih instrumen investasi sesuai dengan tujuan keuangan masing-masing.

Bagikan

Berita Terbaru

Uji Tuntas Atas KRYA Dimulai, Investor Asal Hongkong Berkunjung ke Kantor Surabaya
| Selasa, 08 Juli 2025 | 13:12 WIB

Uji Tuntas Atas KRYA Dimulai, Investor Asal Hongkong Berkunjung ke Kantor Surabaya

PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) secara resmi memulai proses uji tuntas (due dilligence) komprehensif pada 6 Juli 2025.

ITMG Borong 9,62 Persen Saham NICE Banderolnya di Rp 438, Pagi Ini Langsung ARA
| Selasa, 08 Juli 2025 | 11:58 WIB

ITMG Borong 9,62 Persen Saham NICE Banderolnya di Rp 438, Pagi Ini Langsung ARA

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) kini tercatat sebagai pemegang saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) secara langsung .

Saham Blue Chip Sedang tak Bergigi, Saham Lapis Dua & Tiga Ini Dinilai bisa Dicermati
| Selasa, 08 Juli 2025 | 08:41 WIB

Saham Blue Chip Sedang tak Bergigi, Saham Lapis Dua & Tiga Ini Dinilai bisa Dicermati

Investor tetap perlu memerhatikan kondisi fundamental dan sentimen di setiap saham lapis dua dan tiga yang diminati.

Profit 25,36% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Menghijau (8 Juli 2025)
| Selasa, 08 Juli 2025 | 08:39 WIB

Profit 25,36% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Menghijau (8 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat hari ini 8 Juli 2025) di Logammulia.com tertera Rp 1.906.000 per gram.

Mitra Pinasthika Mustika (MPMX) Memperkuat Platform Lelang Kendaraan
| Selasa, 08 Juli 2025 | 08:20 WIB

Mitra Pinasthika Mustika (MPMX) Memperkuat Platform Lelang Kendaraan

Saat ini, sekitar 90% transaksi lelang kendaraan di AUKSI, anak usaha MPMX dilakukan melalui platform digital.

Analis Ramai Rekomendasi Beli Saham MBMA, Blackrock dan Dimensional Fund Ikut Borong
| Selasa, 08 Juli 2025 | 08:12 WIB

Analis Ramai Rekomendasi Beli Saham MBMA, Blackrock dan Dimensional Fund Ikut Borong

Proyeksi pertumbuhan kinerja operasional mendasari rekomendasi beli saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).

IHSG Sulit Tembus 7.000, Investor Asing Masih Enggan Masuk, Domestik Kurang Mendukung
| Selasa, 08 Juli 2025 | 07:46 WIB

IHSG Sulit Tembus 7.000, Investor Asing Masih Enggan Masuk, Domestik Kurang Mendukung

Donald Trump baru saja mengumumkan tarif impor dari 14 negara, Indonesia tetap dikenai tarif 32% dan berlaku mulai 1 Agustus 2025.

Utilitas Industri Keramik Membaik
| Selasa, 08 Juli 2025 | 07:30 WIB

Utilitas Industri Keramik Membaik

Asaki mengestimasikan total volume produksi keramik nasional mencapai sekitar 218 juta meter persegi (m²) pada semester I-2025.

Telkom (TLKM) Incar Pertumbuhan Trafik Data
| Selasa, 08 Juli 2025 | 07:15 WIB

Telkom (TLKM) Incar Pertumbuhan Trafik Data

Masa liburan sekolah memiliki karakteristik serupa dengan momen Lebaran, yang terjadi lonjakan aktivitas digital pelanggan.

Kondisi Menantang, Begini Strategi Investasi di Kuartal III 2025
| Selasa, 08 Juli 2025 | 06:40 WIB

Kondisi Menantang, Begini Strategi Investasi di Kuartal III 2025

Fokus di kualitas obligasi A atau BBB dan gunakan strategi duration barbell dengan eksposur dua-tiga tahun dan 7 -10 tahun peringkat investas

INDEKS BERITA

Terpopuler