Surat Utang Multifinance Bakal Semarak

Senin, 30 September 2024 | 03:57 WIB
Surat Utang Multifinance Bakal Semarak
[ILUSTRASI. Penjualan mobil di showroom Bintaro Tangerang Selatan, Selasa (24/11). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/24/11/2020.]
Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dimulainya musim pemotongan suku bunga acuan membuat penerbitan obligasi multifinance diramal bakal makin semarak. Pemain leasing bisa mengurangi beban pendanaan lewat refinancing surat utang.

Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin menyebut suku bunga yang lebih rendah memberi momentum bagi perusahaan pembiayaan  untuk merilis surat utang. Tapi untuk fase awal pelonggaran moneter seperti saat ini, dia menilai penerbitan obligasi kemungkinan lebih didorong oleh kebutuhan refinancing daripada untuk modal kerja pembiayaan.

Pasalnya, suku bunga yang lebih rendah memberikan peluang bagi multifinance untuk memperbaiki leverage keuangan. Dengan beban biaya yang akan lebih ringan, leasing disebutnya bisa melakukan refinancing atas obligasi sebelumnya yang lebih mahal dengan surat utang baru.

"Banyak perusahaan diperkirakan akan mulai me-refinancing obligasi," kata Ahmad.

Baca Juga: BRI Finance akan Mengoptimalisasi Kerja Sama dengan Perbankan Usai Penurunan BI Rate

Sementara penerbitan obligasi untuk modal kerja nampaknya masih akan terbatas. Ahmad memprediksi dibutuhkan waktu setidaknya tiga bulan guna merangsang permintaan jasa pembiayaan. Ketika prospek pertumbuhan terlihat lebih jelas, barulah multifinance akan lebih banyak mengakses pasar surat utang untuk meraih pendanaan sebagai modal kerja.

Yang pasti, penurunan suku bunga ini tetap bisa membuat penerbitan obligasi di tiga bulan terakhir 2024 lebih semarak. Maklum, pasar pembiayaan yang tersendat membuat penerbitan surat utang perusahaan pembiayaan turun cukup dalam.

Hingga Agustus, Pefindo mencatat multifinance hanya merilis obligasi Rp 18,01 triliun, turun dari Agustus 2023 yang sebesar Rp 25,9 triliun.

Pantau pasar

Sejumlah multifinance pun masih memantau pasar untuk merilis surat utang lagi. Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman bilang perusahaannya telah menerbitkan Sukuk Berkelanjutan I Wakalah Bi Al Ististmar sebesar Rp 1 triliun pada Juli lalu. CNAF berencana merilis Sukuk Berkelanjutan Tahap II pada tahun 2025.

CNAF berharap penurunan suku bunga akan berdampak pada tumbuhnya kepercayaan market sehingga dapat berkontribusi pada perekonomian Indonesia.

Baca Juga: Bunga Turun, Bank Yakin Kredit Konsumer Naik

Senada, Direktur BRI Finance, Willy Halim Sugiardi menyebut penurunan suku bunga akan dimanfaatkan untuk memperkuat pendanaan. Sedangkan untuk penerbitan obligasi di sisa 2024, BRI Finance masih mengkaji kebutuhan pendanaan sembari memantau ekonomi global dan kondisi pasar.

"Saat ini kami masih mencari momentum yang tepat untuk penerbitan obligasi," kata Willy.

Bagikan

Berita Terbaru

Melihat Potensi Akuisisi Campina (CAMP) Oleh Investor Strategis
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 12:28 WIB

Melihat Potensi Akuisisi Campina (CAMP) Oleh Investor Strategis

Emiten produsen es krim Campina, PT Campina Es Krim TBk (CAMP) diduga batal diakuisisi oleh manajer investasi asal Bahrain, Investcorp.

Dominasi Bitcoin Merosot di Awal Pekan, Altcoin Ini Layak Dicermati
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 09:34 WIB

Dominasi Bitcoin Merosot di Awal Pekan, Altcoin Ini Layak Dicermati

Bila penurunan dominasi terus berlanjut, likuiditas dari bitcoin bisa mengalir ke aset lain dan membuka ruang bagi reli altcoin.

Marketing Sales CTRA Melemah di Kuartal III, tapi Masih Ada Harapan di Ujung Tahun
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:42 WIB

Marketing Sales CTRA Melemah di Kuartal III, tapi Masih Ada Harapan di Ujung Tahun

Efek penurunan suku bunga BI belum terasa ke kredit KPR karena laju pemangkasan bunga kredit bank yang lebih lambat.​

Menang Lelang BWA, Hashim dan Sinar Mas Siap Masuk ke Bisnis Internet Murah
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:40 WIB

Menang Lelang BWA, Hashim dan Sinar Mas Siap Masuk ke Bisnis Internet Murah

Potensi perang harga sangat terbuka. Spektrum baru ini bakal menambah kompetisi di fixed broadband, terutama dengan TLKM yang masih dominan.

Harga Saham BBCA Anjlok Terus Hingga Sentuh Level Terendah Tiga Tahun, the Next UNVR?
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 08:27 WIB

Harga Saham BBCA Anjlok Terus Hingga Sentuh Level Terendah Tiga Tahun, the Next UNVR?

Jika level psikologis di 7.000 jebol, maka ada risiko harga saham BBCA bakal turun ke Rp 6.000 per saham.

Perpres Pembangkit Sampah Terbit, Ini Poin Penting & Efeknya ke OASA, TOBA, BIPI
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:54 WIB

Perpres Pembangkit Sampah Terbit, Ini Poin Penting & Efeknya ke OASA, TOBA, BIPI

Pengusaha mendapatkan kepastian penerbitan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) lebih cepat dan harga listrik yang dipatok di US$ 20 cent per KWh.

Baru Empat Izin Tambang yang Dibuka Kembali
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:48 WIB

Baru Empat Izin Tambang yang Dibuka Kembali

Sebanyak 44 perusahaan pertambangan yang mengajukan pengembalian izin telah membayar jaminan reklamasi tambang.

Data Migas Kemenkeu dan ESDM Berbeda
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:43 WIB

Data Migas Kemenkeu dan ESDM Berbeda

Perbedaan bisa muncul karena data di level pimpinan SKK Migas memasukkan produksi LPG yang dikonversi ke setara minyak.

Negosiasi Buntu, Skema Baru Beli BBM Digodok
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:40 WIB

Negosiasi Buntu, Skema Baru Beli BBM Digodok

Kementerian ESDM menjanjikan skema baru pembelian BBM swasta bisa disepakati pekan ini, sehingga bisa mengatasi kelangkaan pasokan

Kinerja Industri Susu Nasional Tertekan Daya Beli
| Kamis, 16 Oktober 2025 | 07:35 WIB

Kinerja Industri Susu Nasional Tertekan Daya Beli

Hingga kuartal III-2025 hampir seluruh pelaku industri mencatat penurunan penjualan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

INDEKS BERITA

Terpopuler