Tahan Suku Bunga, Tak Ada Kejutan dari Bank Sentral

Jumat, 21 Juni 2019 | 08:28 WIB
Tahan Suku Bunga, Tak Ada Kejutan dari Bank Sentral
[]
Reporter: Benedicta Prima, Grace Olivia, Titis Nurdiana | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tidak ada kejutan dari Kebon Sirih. Kemarin, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) di level 6%.

Ini memang pilihan realistis bagi BI untuk saat ini. Terutama sebagai upaya menjaga otot rupiah dan membantu pemerintah menjaga defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) tidak melebar.

Keputusan BI setidaknya tetap memberi kanal bagi aliran dana asing jangka pendek (hot money) masuk ke pasar modal dalam negeri, untuk mengimbangi derasnya arus keluar dana pembayaran dividen. Pada saat bersamaan, pasokan devisa dari hasil ekspor masih seret. Alhasil, arus masuk hot money jadi penopang jangka pendek otot rupiah, serta menahan CAD melebar lebih dalam.

Bunga acuan 6% tentu nyaman bagi investor global. Jika mengacu bunga The Fed Fund yang di kisaran 2,25%–2,5%, berarti selisih bunga antara Indonesia dan AS sebesar 3,5%–3,75%.

Tingginya selisih bunga itu jelas kompetitif dibanding negara lain. Selisih itu pula yang menempatkan Indonesia sebagai safe haven baru bagi pemodal asing.

Tak heran, asing masih mencatatkan net buy senilai sekitar Rp 278,8 miliar setelah keputusan BI, kendati Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tipis. Rupiah juga menguat 0,61% pada level Rp 14.182 per dollar Amerika Serikat.

Meskipun masih mempertahankan suku bunga acuan, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan BI berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena itu, BI menjanjikan suku bunga turun. "Hanya masalah timing dan besarannya," katanya, Kamis (20/6).

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso melihat, saat ini Selandia Baru, Malaysia, Rusia, India dan bank sentral lainnya sudah menurunkan suku bunga. "BI yang tahu kapan bunga turun. Harus mencari terobosan pertumbuhan ekonomi," kata Wimboh.

Wimboh menyatakan, industri keuangan cukup baik. Per April 2019, kredit perbankan tumbuh 11,05%, kredit investasi naik 14,34%, kredit modal kerja naik 10,48% dan konsumsi naik 9,06% yoy.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebut, kebijakan BI mempertahankan bunga sudah tepat. Apalagi The Fed masih memberi sinyal dovish yang flat. Reny memperkirakan BI akan menurunkan bunganya Juli atau Agustus 2019. "Satu kali sebesar 25 basis points (bps) tahun ini," kata Reny.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, posisi bunga acuan yang tak berubah memang menjaga daya tarik Indonesia sebagai safe haven. Tapi, mempertahankan bunga tak akan mengurangi risiko gejolak nilai tukar rupiah karena banyak isu-isu eksternal. Proyeksi David, rupiah bergerak di kisaran Rp 14.000–Rp 14.500 per dollar AS di akhir tahun.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani berharap, BI memangkas bunga acuan untuk menggerakkan sektor riil. Perang dagang membuka peluang bagi perusahaan luar negeri merelokasi ke Indonesia. Daya tarik Indonesia akan bertambah jika bunga acuan turun dan bunga kredit turun.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Maskapai Melirik Potensi Bisnis Online Travel Agent
| Kamis, 15 Mei 2025 | 05:20 WIB

Maskapai Melirik Potensi Bisnis Online Travel Agent

Lion Air Group mengembangkan pasar Online Travel Agent (OTA) melalui platform digital, BookCabin yang dirilis sejak Oktober 2023.

Alamtri Resources (ADRO) Merevisi Jadwal Pelaksanaan Buyback Saham
| Kamis, 15 Mei 2025 | 05:15 WIB

Alamtri Resources (ADRO) Merevisi Jadwal Pelaksanaan Buyback Saham

Perubahan pelaksanaan buyback saham ini seiring penyesuaian jadwal Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) ADRO.​

Indointernet (EDGE) Ekspansi Bisnis jaringan Serat Optik
| Kamis, 15 Mei 2025 | 05:10 WIB

Indointernet (EDGE) Ekspansi Bisnis jaringan Serat Optik

Pada tahun ini, EDGE menargetkan pembangunan jaringan fiber optic sepanjang 30-40 kilometer (km) di area Jakarta dan sekitarmya

 BPD Melihat Peluang Bisnis Kartu Kredit Pemerintah Cukup Besar
| Kamis, 15 Mei 2025 | 05:00 WIB

BPD Melihat Peluang Bisnis Kartu Kredit Pemerintah Cukup Besar

Bank Pembangunan Daerah (BPD) melihat potensi bisnis dari kartu kredit pemerintah (KKP) atau kartu kredit Indonesia (KKI) sangat besar. ​

Dapen Masih Cuan Berkat Jurus Bertahan
| Kamis, 15 Mei 2025 | 04:45 WIB

Dapen Masih Cuan Berkat Jurus Bertahan

Hasil investasi sejumlah pengelola dana pensiun (dapen) masih mengembang saat pasar saham terkoreksi pada kuartal I-2025. 

Kinerja Bank Milik Investor Korea Selatan Kompak Cetak Keuntungan
| Kamis, 15 Mei 2025 | 04:35 WIB

Kinerja Bank Milik Investor Korea Selatan Kompak Cetak Keuntungan

KB Bank menjadi bank milik investor Korea Selatan dengan kinerja terbaik sepanjang kuartal I tahun ini.  

Medikaloka Hermina (HEAL) Gencar Menambah Rumah Sakit Baru
| Kamis, 15 Mei 2025 | 04:20 WIB

Medikaloka Hermina (HEAL) Gencar Menambah Rumah Sakit Baru

HEAL saat ini mengoperasikan 52 jaringan rumah sakit di seluruh Indonesia dan fokus mengembangkan rumah sakit di luar Pulau Jawa.

THR Cair, Laju Pembiayaan Paylater Tersendat
| Kamis, 15 Mei 2025 | 04:10 WIB

THR Cair, Laju Pembiayaan Paylater Tersendat

Bisnis Buy Now Pay Later (BNPL) oleh perusahaan pembiayaan masih tumbuh cukup tinggi hingga Maret 2025. 

Bunga Harus Turun Agar Kredit Kembali Kencang
| Kamis, 15 Mei 2025 | 01:53 WIB

Bunga Harus Turun Agar Kredit Kembali Kencang

Suku bunga diharapkan bisa turun demi mendorong pertumbuhan kredit hingga akhir tahun, di tengah kondisi likuiditas perbankan yang masih ketat.​

Net Buy Rp 2,84 Triliun Saat IHSG Naik 2,15% Hari Ini, Asing Berburu Saham Bank
| Rabu, 14 Mei 2025 | 18:43 WIB

Net Buy Rp 2,84 Triliun Saat IHSG Naik 2,15% Hari Ini, Asing Berburu Saham Bank

Rabu (14/5), IHSG melesat 2,15% atau 147,08 poin ke 6.979,88 pada perdaganan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

INDEKS BERITA

Terpopuler