Tanpa Penjelasan, Evergrande Gagal Melunasi Bunga Obligasi saat Jatuh Tempo

Jumat, 24 September 2021 | 13:41 WIB
Tanpa Penjelasan, Evergrande Gagal Melunasi Bunga Obligasi saat Jatuh Tempo
[ILUSTRASI. Gedung China Evergrande Centre di Hong Kong, China. 25 Agustus 2021. REUTERS/Tyrone Siu]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Dengan seluruh penjuru dunia memasuki hari Jumat (24/9), konglomerat asal China Evergrande beringsut lebih dekat ke jurang default. Tanggal jatuh tempo pembayaran bunga obligasi dollar senilai US$ 83,5 juta berlalu tanpa pengumuman apa pun dari konglomerat asal China itu.

Grup usaha yang memiliki total utang US$ 305 miliar itu, tengah dalam tekanan likuiditas. Investor pun mencemaskan kejatuhan Evergrande akan menimbulkan risiko sistemik terhadap sistim keuangan China, dan kemudian berbuntut ke seluruh dunia. 

Perusahaan sekarang berada di wilayah tak bertuan, dan memasuki masa tenggang 30 hari. Jika tak kunjung melakukan pelunasan selama masa itu, Evergrande otomatis akan berstatus default. 

Baca Juga: Pemegang obligasi Evergrande China dalam ketidakpastian karena krisis utang

“Ini adalah periode keheningan yang menakutkan karena tidak ada yang mau mengambil risiko besar pada tahap ini,” kata Howe Chung Wan, head of fixed income Asia di Principal Global Investors di Singapura.

“Tidak ada preseden untuk ini pada ukuran Evergrande. Kita harus melihat dalam sepuluh hari ke depan, sebelum China memasuki hari libur, bagaimana ini akan terjadi."

Bank sentral China kembali menyuntikkan uang tunai ke dalam sistem perbankannya pada ini Jumat. Aksi itu bisa diartikan sebagai dukungan otoritas ke pasar. Namun khusus untuk kasus Evergrande, regulator maupun media milik pemerintah memilih untuk bungkam, dan tidak memberikan petunjuk apapun tentang kemungkinan bailout.

Baca Juga: Pakar kripto sebut sekarang saatnya beli Bitcoin, ini alasannya

Evergrande menunjuk penasihat keuangan, dan memperingatkan kemungkinan default, pekan lalu. Menyusul pemberitahuan itu, pasar dunia turun tajam pada Senin di tengah kekhawatiran efek domino dari masalah Evergrande.

Pertanyaan yang mengadang pihak berwenang di China adalah bagaimana menerapkan aturan yang mendisplinkan perusahaan dalam mengelola keuangannya, tanpa memicu kerusuhan sosial. Evergrande saat ini tercatat sebagai pembang properti terbesar kedua di negerinya. Karena itu, kejatuhan Evergrande dapat menghancurkan pasar properti di China, yang menyumbang 40% dari kekayaan masyarakat negeri itu.

Aksi protes yang digelar pemasok, pembeli rumah, hingga investor Evergrande yang tidak puas sepanjang minggu lalu, menggambarkan keresahan publik yang dapat meningkat. Itu sangat mungkin terjadi apabila Evergrande default dan menyeret perusahaan properti lain di China ke dalam krisis yang sama.

Evergrande telah berjanji untuk memprioritaskan investor, dan menyelesaikan satu pembayaran kupon pada obligasi domestik minggu ini. Tetapi, perusahaan itu tidak menyinggung sedikit pun tentang pelunasan bunga obligasi dolar senilai US$ 83,5 juta yang jatuh tempo pada Kamis (23/9), atau bunga obligasi dolar senilai US$ 47,5 juta yang jatuh tempo minggu depan.

Pemegang obligasi mulai berpikir mungkin sekitar satu bulan sebelum semuanya menjadi lebih jelas dan pasar telah berasumsi bahwa mereka akan melakukan pemotongan besar-besaran.

"Harga pasar saat ini memperkirakan bahwa investor dalam obligasi dolar Evergrande kemungkinan akan pulih sangat sedikit," kata Jennifer James, manajer portofolio dan analis pasar negara berkembang terkemuka di Janus Henderson Investors.

Baca Juga: Japan welcomes Taiwan bid to join trade pact, citing shared values

"Hasil yang paling mungkin adalah bahwa perusahaan akan terlibat dengan kreditur untuk membuat perjanjian restrukturisasi," katanya, memperingatkan bahwa jika kesepakatan seperti itu salah urus "kehilangan kepercayaan dapat memiliki efek menular".

Aksi jual di bursa saham global yang disebabkan kecemasan Evergrande memang telah mereda. Pasar global telah mulai pulih setelah penderitaan Evergrande memicu aksi jual tajam, perdagangan atas dasar bahwa krisis dapat diatasi.

Bursa saham global mulai bergerak normal setelah bayang-bayang kecemasan akan kemampuan membayar Evergrande. Aksi jual saham mereda karena pasar berekspektasi masalah Evergrande dapat dikendalikan.

Dari total kewajiban Evergrande, hanya sekitar US$ 20 miliar yang terutang di luar negeri. Namun, risiko di dalam negeri cukup besar karena risiko terhadap sektor properti China, penyimpan kekayaan yang sangat besar.

“Penjualan dan investasi perumahan pasti bisa melambat lebih jauh. Ini akan memangkas hampir 1 poin persentase dari pertumbuhan PDB. Semakin lama pembuat kebijakan menunggu sebelum bertindak, semakin tinggi risiko hard-landing," kata analis di Societe Generale dalam sebuah catatan.

Sejauh ini hanya ada sedikit tanda-tanda pihak berwenang akan melakukan intervensi.  Suntikan likuiditas bernilai 270 miliar yuan ($42 miliar) dari Bank Rakyat China, minggu ini, adalah jumlah mingguan terbesar sejak Januari dan telah membantu bawah saham untuk bangkit.

Mengutip sumber yang disebut mengetahui masalah, Bloomberg, pekan ini, memberitakan regulator telah meminta Evergrande untuk menghindari risiko default dalam jangka pendek.

Baca Juga: Terpukul akibat regulasi China, Alibaba lepas 5% saham di sektor penyiaran China

Namun Wall Street Journal mempublikasikan cerita berbeda. Mengutip pejabat yang tidak disebutkan namanya, harian itu menyatakan bahwa Beijing telah meminta pemerintah daerah untuk bersiap-siap atas kemungkinan kejatuhan Evergrande.

“Mengingat langkah pembuatan kebijakan China yang disengaja, pihak berwenang mungkin memilih untuk bermain-main dengan waktu,” kata Wei-Liang Chang, ahli strategi makro di DBS Bank di Singapura.

Dia mengatakan mereka dapat memperpanjang bantuan likuiditas melalui masa tenggang pembayaran kupon Evergrande, mengingat tidak ada obligasi dolar yang jatuh tempo hingga Maret 2022.

Saham Evergrande bangkit pada perdagangan Kamis, namun kembali melemah pada Jumat. Sementara saham unit kendaraan listriknya turun 18%, yang merupakan level terendah selama empat tahun. 

Obligasinya sedikit turun pada hari Jumat dan obligasi luar negeri dengan pembayaran segera jatuh tempo terakhir diperdagangkan sekitar 30 sen dolar. 

Selanjutnya: Jatuh Tempo Terlewati, Pasar Tunggu Rencana Evergrande untuk Penuhi Kewajiban

 

Bagikan

Berita Terbaru

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja
| Rabu, 26 November 2025 | 08:59 WIB

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja

SMGR sudah pulih, terutama pada kuartal III-2025 terlihat dari pencapaian laba bersih setelah pada kuartal II-2025 perusahaan masih merugi.

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid
| Rabu, 26 November 2025 | 08:53 WIB

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid

Simak analisis prospek saham rumah sakit HEAL, SILO, dan MIKA) tahun 2026 yang berpotensi disulut kenaikan iuran BPJS dan implementasi KRIS.

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS
| Rabu, 26 November 2025 | 08:45 WIB

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS

Pelaku pasar juga menunggu rilis sejumlah data makroekonomi penting seperti indeks harga produsen, penjualan ritel dan produksi industri AS.

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 08:22 WIB

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak

Dirjen Pajak Bimo Wijayanto mengungkapkan rencananya untuk memperketat syarat bagi mantan pegawai pajak untuk menjadi konsultan pajak

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat
| Rabu, 26 November 2025 | 08:17 WIB

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat

Ditjen Bea dan Cukai bakal memangkas kuota hasil produksi kawasan berikat yang didistribusikan ke pasar domestik

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik
| Rabu, 26 November 2025 | 08:10 WIB

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik

Mandiri Spending Index (MSI) per 16 November 2025, yang naik 1,5% dibanding minggu sebelumnya ke level 312,8

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK
| Rabu, 26 November 2025 | 07:53 WIB

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK

Keberhasilan Akuisisi LINK dan peluncuran FWA IRA jadi kunci pertumbuhan bisnis PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga
| Rabu, 26 November 2025 | 07:51 WIB

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga

Ditjen Pajak menemukan dugaan praktik underinvoicing yang dilakukan 463 wajib pajak                 

Menguak Labirin Korupsi Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 07:10 WIB

Menguak Labirin Korupsi Pajak

Publik saat ini tengah menantikan langkah tegas Kejaksaan Agung dalam memberantas korupsi sektor pajak.​

Pembunuh UMKM
| Rabu, 26 November 2025 | 07:00 WIB

Pembunuh UMKM

Jaringan ritel modern kerap dituding sebagai pembunuh bisnis UMKM dan ditakutkan bisa menjalar ke Kopdes yang bermain di gerai ritel.

INDEKS BERITA

Terpopuler